Bermula dari tulisan Mbak Reni dengan tulisan Tiga Tahun Lalu, seolah membuka kenangan dan memori saya ketika awal-awal ngeblog eh, maksudnya awal-awal mengenal blogwalking dan mulai mengenali teman-teman blog. Maka tak heran, tulisan tersebut dikomentari saya dengan bahasa yang mungkin kalau belum kenal orangnya akan merasa gimana githu? :D Semoga Mbak Reni nggak marah membaca komentar saya. Dan Insya Allah enggak, yah, Mbak?
Kemarin, seperti biasa, seperti hari-hari ahad sebelumnya. Saya keluar rumah, mengejar bus, tertidur di dalam bus bahkan hampir kebablasan karena ketiduran. Ahad, adalah waktu di mana kadang saya keluar rumah untuk mengukur jalan. Kalau tidak meniki bus, ada kalanya saya menaiki kereta api. Begitulah rutinitas akhir-akhir ini. Mulai jenuh juga saat harus mengikuti kursus komputer, membuat tabel dari exel menghapal sedikit rumus. Adakalanya saya berpikir, itu nggak begitu penting buat saya. Saya, bisa dan tahu mengoperasikan word saja sudah cukup #pemikiran orang yang gak berkembang :D
Alhmadulilah... Senangnya
Beberapa saat lalu, saya mendapat kabar dari facebook dan ditag oleh Kang Dani,
Alhamdulillah... buku Relawan Merapi untuk acara Blogger Nusantara di Surabaya sudah sampai. Sport jantung juga euy!
cc. Anazkia Aja
Tepat setahun lalu, 28 oktober 2010 saya dan beberapa teman-teman komunitas multiply menghadiri undangan XL dalam acara soempah pemoeda 2.0 bertempat di gedung stovia Jakarta. Bersama dengan 14 komunitas blogger dari seluruh Indonesia, (komunitas Blogger Makassar, Manado, Ambon, Kalimantan, Padang, Medan, Palembang, Surabaya, Semarang, Jogjakarta, Solo, Bandung, Jakarta dan Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) serta gerakan masyarakat diantaranya adalah gerakan masyarakat Indonesia Optimis dan Komunitas Historia Indonesia (KHI), dan komunitas online lainnya. Di gedung inilah kami sama-sama mendeklarasikan soempah pemeoda 2.0.
Awal mula ngeblog, saya nggak pernah kepikiran kalau bakalan banyak mendapatkan teman dan kenalan. Dulu, dulu banget ketika pertama kali dibuatkan blog oleh teman saya, saya hanya mikir blog hanya sebagai sarana untuk ajang corat-coret kata di dunia maya. Tak lebih... Yah, inget pertama kali ngeblog, saya dibuatkan oleh seorang sahabat. Belajar secara online, diajari satu-satu melalui yahoo messenger.
Meski blog ini dibuat sejak tahun 2007, tapi saya mengenali dunia blogwalking pada tahun 2009. tanpa disengaja, ketika saya sedang searching dunia TKW melalui google, saya menemukan sebuah blog yang berada di Timur Tengah. Saya lupa nama blognya. Tapi, sampai saat ini saya tak boleh lupa, tentang apa yang dimuat di blog tersebut. Sebuah postingan yang mereview seorang sosok TKW, bernama Rie-rie. TKW tersebut berasal dari Hongkong. Dalam review tersebut, diceritakan bahwa sang TKW memiliki blog dengan URL babungeblog. Dalam hati saya berujar, betapa senangnya ketika blog kita direview oleh orang lain.
Dari situ, tanpa disengaja saya berkunjung ke blognya Mbak Rie-rie. Dan tanpa direncana, Mbak Rie-rie pun singgah ke blog saya. Interaksi berlanjut melalui yahoo messenger. Sejak mengenali Mbak Rie-rie, sejak saat itu juga saya mengenali blogwalking, berkunjung dari satu blog ke blog lainnya. Membaca tulisan teman juga memberikan komentar. Lambat laun, blog saya ada yang membaca, blog saya ada yang memfollow dan tanpa diminta, beberapa teman blog yang mengenali saya mereviewe saya. Ah, senangnya...
Akhirnya ngeblog menjadi rutinitas harian saya. Tak hanya posting untuk blog pribadi, lama kelamaan saya mulai berani mengikuti lomba menulis di blog. Lomba menulis yang pertama kali saya ikuti. "Ketika Blogger Bicara Korupsi" yang diadakan oleh ceritainspirasi yang dimiliki oleh Mas Jhoddy. Alhamdulilah saya bersama dengan 20 teman-teman blogger lainnya lolos sebagai pemenang. Itulah kali pertama saya mendapatkan uang dari tulisan saya :)
Saya nggak tahu kabar buku ini selanjutnya gimana :)
Alhamdulilah, tak hanya sekali dua kali saya mengikuti lomba, meskipun nggak menang semua, bahkan lebih banyak kalahnya tapi sekurang-kurangnya saya telah menang melawan kemalasan saya mengikuti lomba. Mendapatkan buku, lolos untuk antologi itulah beberapa hikmah dari ngeblog yang saya dapatkan. Dan yang pastinya, saya semakin banyak mendapatkan kenalan.
Pernah, suatu hari FB saya diadd oleh puluhan orang. Bahkan mencapai ratusan dalam beberapa hari. Karena bingung, saya mendiamkan saja. Ketika dilanda kebingungan, ada salah seorang teman yang memberikan prolog ketika mengadd saya. Katanya, membaca tulisan saya di sebuah majalah yang terbit di Hongkong. Wah, asli saya kaget. Setahu saya, saya nggak pernah mengirimkan tulisan ke media manapun. Setelah saya bertanya kepada beberapa teman, tahulah saya bahwa blog saya telah direview di sebuah majalah Indonesia yang terbit di Hongkong. Asli, seneng banget waktu itu. Saya jadi teringat sosok Mbak Rie-rie, karena beliaulah yang merekomendasi.
Pernah dimuat di majalah peduli yang terbit di Hongkong :)
Beberapa kali facebook saya diadd oleh orang yang tak saya kenali dan beberapa pula menyebutkan kalau mereka telah membaca tulisan saya. Ada yang tahu dari hasil serach google, ada juga yang membaca tulisan saya di harian Tribun Pekanbaru. Nah lho, kok bisa tulisan saya nyangkut di sana? Ini juga sebuah keistimewaan dari ngeblog. Saya yang berada di Malaysia, masuk dan diakui dalam komunitas temen-temen blogger bertuah. Awalnya karena saya sekali telah berkunjung ke sana jadi, ada kesempatan untuk menulis di harian Tribun Pekanbaru.
Ada kenangan yang tak lekang dalam ingatan, ketika saya menulis sebuah surat untuk Pak Marzuki Ali ketua DPR, di sebuah blog. Tanpa dinyana, tulisan saya dibacanya dan tanpa diduga pula, tulisan saya dikomentari langsung oleh beliau. Bangga? Bisa dibilang demikian. Karena sebagai seorang TKW, jujur saya kadang sering dibuat gerah dengan omongan-omongan beberapa politisi kita mengenai dunia tenaga kerja. Meskipun adakalanya beberapa kalimat tersebut hasil dari plintiran media. Dan blog, mampu menjadi penghubung antara saya dan beberapa orang yang ingin saya tuju.
Dari tulisan tersebut, kemudian diedit dan ditulis kembali pada media online, kompas.com
Masih banyak hikmah yang saya dapat dari ngeblog. Koleksi buku saya bertambah, temanpun bertambah. Yang lebih istimewa ketika dua kali blog saya mendapatkan sponsor untuk mengadakan lomba. Yah, dua kali blog saya mengadakan lomba dan sponsor utama adalah seorang blogger dari negara tetangga, Malaysia. Lomba pertama dengan mengambil tema "Blogger Berbagi Kisah Sejati" dan untuk mengabadikan serta sebagai kenang-kenangan setelah lomba tersebut selesai tulisan saya bukukan. Bukan untuk tujuan komersil, tapi sebagai pengingat dan penyemangat ketika saya sedang dilanda penyakit malas ngeblog. Lomba yang kedua juga masih dengan sponsor yang sama, saya mengambil tema, "Blogger Nggak Cuma Ngeblog" Yah, seorang blogger ketika ngeblog, nggak hanya menghabiskan waktu dengan sia-sia, tapi ada banyak yang didapat setelahnya.
Selain dari semua yang saya dapatkan di atas, alhamdulilah saya ucapkan ketika saya dan beberapa teman-teman blogger menyusun sebuah buku antologi tentang cerita teman-teman yang menjadi relawan ketika erupsi Merapi 2010. Awalnya hanya saya publish di multiply, dan meminta beberapa teman yang saya kenal dan sama-sama ke Jogja untuk menuliskan kisah yang serupa. Tapi tak semuanya berkenan dan mau menuliskan kisahnya. Akhirnya, dengan aktivitas blogwalking, saya menemukan beberapa tulisan yang serupa dari orang yang tak sama. Bercerita mengenai keterlibatannya saat terjadi erupsi Merapi. Dan tersusunlah sebuah buku, "Relawan Merapi" Berbagi Jejak Kebersamaan Untuk Anak Negeri. Di mana royalti yang kami dapat sepenuhnya adalah untuk charity.
Masih berpikir neblog membuang waktu? Saya tidak :) Alhamdulilah, banyak yang saya dapat dari ngeblog, tak hanya kaya akan teman, tapi saya juga mempunyai tulisan :)
Selamat hari Blogger Indonesia.
Ditulis untuk mengikuti lomba #Berkat Ngeblog di sini
Buku pertama, di mana saya sebagai PJnya :)
Buku kedua dan cetakan kedua. Royalti sepenuhnya dari penjualan buku ini adalah untuk charity. Eh, saya belum publish detailnya di sini :) Insya Allah menyusul...
Masih berpikir neblog membuang waktu? Saya tidak :) Alhamdulilah, banyak yang saya dapat dari ngeblog, tak hanya kaya akan teman, tapi saya juga mempunyai tulisan :)
Selamat hari Blogger Indonesia.
Ditulis untuk mengikuti lomba #Berkat Ngeblog di sini
Alhamdulilah, dapet kabar dari Saidy Alhadi, volunteer wilayah Jakarta kalau sudah ada yang mulai mengirim bukunya ke sana :). Info-info terbaru tentang program Blogger Hibah Sejuta Buku ini akan terus kami up date, baik dari saya atau teman-teman volunteer lainnya. Buat temen-temen blogger yang baru singgah ke mari dan bertanya apa itu Blogger Hibah Sejuta Buku, silakan buka tulisan dengan judul, "Blogger Hibah Sejuta Buku Fase Kedua" Di sana, dituliskan tentang apa dan bagaimana program Blogger Hibah Sejuta Buku. Dalam tulisan tersebut juga tersedia dengan lengkap alamat-alamat yang bisa dijadikan alternatif untuk mengirim buku
Mengenali Arif Lukman Hakim, ibarat mengenali racun dan virus yang bisa menular. Gimana enggak, beberapa teman-teman saya banyak yang kesengsem pengen ke Papua (belum termasuk sayanya) Itu temen-temen yang saya kenal. Belum dari teman-temannya Arif sendiri yang terang-terangan pengen ke Papua *melihat di wall FBnya kalau berkunjung. Kalau inget awal mula kenal dia lucu, kenalnya kan di kompasiana. Sewaktu saya add FBnya dia manggil saya, Mas. Lah dah saya bilang kalau saya cewek, dia malah bingung sendiri manggil saya Mbas
Blogger Hibah Sejuta Buku, awalnya dipelopori oleh salah seorang anggota blogger bertuah, Prima Wahyudi atau nama kerennya adalah, Nan Limo Datuk Bertuah. Dari situ, gerakan amal menyumbangkan buku ini mulai bergulir. Berangkat dari falsafah "Pemberian yang paling berharga adalah memberikan benda yang paling disayangi atau dicintai" maka buku buku menjadi pilihan untuk disumbangkan. Selain buku adalah harta berharga buat kita, tapi ketika diberikan kepada yang membutuhkan semoga buku ini lebih bermanfaat. Lengkapnya, baca tulisan Emo di sini. Pengiriman buku ada di sini
Telatan bukan teladan. Yah, kadang saya menjadi manusia telatan setiap masa, di mana setiap kegiatan yang saya ikuti saya datang telat alias terlambat. Padahal, ada kalanya saya ditunjuk sebagai panitia. Uniknya keterlibatan saya sebagai panitia secara instant. Yang mana saya hanya dikabarkan melaluis SMS ataupun telpon. Karena beberapa kepanitaan yang saya ikuti, saya hanyalah sebagai seksi tak seksi, eh, maksutnya seksi dokumentasi alias tukang photo :D Ini dikarenakan keadaan saya yang tidak memungkinkan untuk mengikuti setiap musyawarah acara. Emang kenapa, Naz? Yah, karena saya jauh tentu saja :D
Tapi ada keindahan tersendiri ketika saya telat (hahaha, dasar cah gemblung telat kok yah, indah. dikeplak). Unik, saat harus berlari-lari mengejar kereta atau bus supaya tidak tertinggal atau sering kali lebih banyak termangu saat menunggu bus dan kereta api yang tak juga berlalu. Seperti kemarin, saya diminta untuk mendokumentasikan acara diskusi kepenulisan yang pembicaranya adalah Mbak Helvy dan Mbak Asma Nadia. Saya kembali diminta untuk jadi tukang photo oleh ketua panitia, a.k.a Bu Ellin penasihat FLP Malaysia.
Sebelumnya sudah diberi kabar, kalau acaranya jam 9:30 pagi. Saya berangkat dari rumah jam 9 berharap tepat waktu sampai di tujuan SIK (Sekolah Indonesia Kuala Lumpur) Tapi, rupanya jam 10 kurang saya baru sampai. Kebetulan, saya janjian juga dengan salah seorang sahabat blogger yang tinggal di Malaysia, Baha Andes. Baha sudah sampai duluan, sementara saya belum. Akhirnya, sampai saja di stasiun Putra, saya kudu lari-larian menuju SIK. Sebenernya bukan kudu lari, tapi saya yang mau lari :D. Padahal, selain kamera yang ada di tas, saya juga menyelipkan laptop di dalamnya, karena setelah acara diskusi saya akan menuju Pasar seni untuk mengikuti kursus komputer.
Sampai di SIK, acara bener-bener dah mulai. Tapi pengunjung belum begitu banyak jadi saya masih bisa leluasa untuk mengambil tempat duduk yang strategis. Meskipun akhirnya ngambil di belakang :D. Diksusinya seru, saya dapet dua buku gratisan *maklum saya muka gratisan dan pecinta gratisan :D. hasil reportase diskusi ada di kompasiana, "Temu Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia di SIK" silakan klik aja *kalau berminat. Kalau nggak minat, yah tinggalin aja :D
Seperti niat awal, habis dari acara diskusi saya dan Baha serta temannya menuju ke Pasar Seni. Saya sengaja mengajak Baha ke Pasar Seni untuk melihat kelas komputer yang saya ikuti. Meskipun akhirnya Baha pulang duluan dengan temannya. Untuk tulisan tentang kursus, Insya Allah lain kali saya nulis dengan tulisan opini yang lian *jiyahhh
Dan dari tempat kursus, saya kembali bergabung dengan teman-teman paguyuban Konslet untuk mengikuti pengajian bulanan. Pengennya, sih langsung pulang. Tapi berhubung dalam undangan dituliskan pengurus wajib hadir, mau nggak mau saya kudu hadir. Ini bukan terpaksa lho huehehehe.. takut dikaplok sendal sama ketuanya #nyengir...
Alhamdulilah, meski telah berlelah-lelah dalam sehari bakda mahgrib pengajian dimulai. Awalnya adalah pembacaan surat yassin berjam'ah, setelah itu ada tausiyah dari Ustadz Fahmi. Subhanallah, meskipun tinggal di negara orang, ketika mengikuti diskusi dan pengajian seperti ini mayoritas yang datang adalah warga Indonesia di Malaysia saya seperti berada di kampung halaman sendiri. Guyubnya ada, kebersamaan dan persaudaraannya terasa. Terimakasih buat teman-teman yang terlibat juga buat teman-teman FOKMA dan FLP Malaysia. Tak lupa, para guru-guru pengajar komputer kami. Luar biasa! Kami bangga menjadi murid Anda semua :)
Semoga saya tak menjadi manusia telatan abadi yang ingin selalu belajar mengejar pagi melihat melihat mentari pagi berseri #belajar
Selalu, epilog tulisan yang nggak jelas :D
Mbak Helvy dan Mbak Asma :)
Jajaran panitia dan pembicara :) foto-foto lain ada di multiply
Baha gak mau diphoto :D
Beginilah para pengajar kami menularkan ilmunya, satu persatu mereka memberikan arahan kepada murid-muridnya. Luar biasa dedikasi mereka. Kami hanya tinggal datang dan belajar, tanpa dipungut bayaran.
Di sini kami berhimpun, mengaji dan mendapat tausiyah
Dulu, sewaktu saya kecil suka main kijingan. Entah apa nama bahasa Indonesianya...? itu lho yang kerang-kerang dikumpulkan beberapa bagian, biasanya lima biji terus mainnya sama bola yang dipantulkan. Kalau punya kulit kerang banyak, itu sebuah kebangaan. Apalagi, kalau kulit kerangnya besar itu jadi prestige tersendiri. Saya sempat mengoleksi kulit kerang, dari berbagai jenis. Kalau ada temen yang baru datang dari kota saya sering memburunya. Karena terkadang mereka membawa kulit kerang dengan jumlah yang banyak. Untuk memilikinya, saya harus membeli dan seringkali saya justru menggunakan uang jajan untuk membeli cengkerang kerang tersebut. Eh, namanya kulit kerang apa cengkerang, sih? Sotoy banget saya.
Kali ini saya kembali posting copas :D ini masih tulisan yang kemarin, dari event Festival Fiksi Kolaborasi di kompasiana bulan maret lalu. Hasil tulisan dari tiga pemikiran. Saya, Peran Sabeth dan Inseeya. Tidak begitu sulit ketika harus menulis kolaborasi, dengan berbekal diskusi baik melalui YM maupun inbox FB kami dapat bekerja sama dengan baik. Sebelum masing-masing menulis, saya wanti-wanti ke mereka kalau jangan mengambil genre cinta, soale saya nggak bisa. byuhhh... Akhirnya, inilah hasil tulisan kami...
Tulisan ini dibuat ketika mengikuti event Festival Fiksi Kolaborasi (FFK) di kompasiana bulan maret lalu. Saat itu saya mengikuti dua kolaborasi. Membuat cerpen dan puisi. Kolaborasi puisi dengan Mbak Endah Raharjo, seorang penulis asal Semarang. Agak grogi juga ketika diajak kolaborasi dengan beliau. Al-maklumlah saya segan dengan beliau. Waktu membuatnya, saya berani-beranikan diri aja. Syukurnya, Mbak Endah partner yang baik dan memberikan semangat kepada saya. Duet saya dengan Mbak Endah saat itu namanya "Duet Maut EA" huehehehe... singakatan dari Endah Raharjo-Anaz. Nyaingi Erianto Anas huehehe :D.
Kemarin, ketika saya menulis "Namanya OOT" saya sedikit menyinggung tentang keadaan komapsiana yang dapat untuk ber OOT ria. Dari beberapa teman yang komentar, kebanyakan tidak menyangka kalau di kompasiana bisa menjadi ajang OOT. Tapi, ini untuk orang-orang yang dah kenal aja, sih :D. Dulu waktu saya masih jarang-jarang ke kompasiana juga nggak berani OOT, segan euiiii... Apalagi kalau tulisan yang serius hehehe... Nah, kali ini saya ingin mengenalkan sedikit tentang kegemblungan di kompasiana. Meskipun gemblung, tidak sekedar gemblung, soale gemblungnya kreatif :D
Aku meyakini bahwa, dalam hidup ini segala sesuatunya tiada yang kebetulan. Hidup, mati, pertemuan dan perpisahan semuanya telah di tentukan oleh-Nya. Dan, bukan kebetulan juga ketika aku mengenali Wina melalui dunia maya. Begitu singkat, sekali berkunjung ke tempatku, Wina langsung mengajakku kopdar. Dalam hati, aku tertanya-tanya siapa dia sebenarnya? Tidak mungkin ia seorang pelajar apalagi isteri pekerja ekspatriat. Selama ini, ada beberapa teman di Malaysia yang aku temui melalui dunia maya tapi, beberapa adalah para isteri ekspatriat (pemegang golden card, atau pekerja profesional) juga beberapa pelajar. Awalnya, aku sedikit canggung, apa tidaknya, jarak Selangor-Melaka meskipun tak begitu jauh tapi, ia juga tidak dekat buatku. Copas 1 paragraf postingan 8 juni 2009 pasca kopdar 6 juni 2009. Aku dan Wina Part 1
Exited! begitulah perasaan saya tadi malam. Merasa bahagia yang sangat, alhamdulilah... mau tahu kenapa? Karena mendengar kabar surat saya sudah sampai. Yah, surat saya sudah sampai, bukan saya yang mendapatkan surat. Tapi saya yang berkirim surat. Eh, githu aja bangga, Naz. Hehehe.. soale surat ini luar biasa jauh, meskipun masih di Indonesia alamatnya, tapi butuh waktu dua bulan untuk sampai ke sana. Saya ingat betul, nulis suratnya awal bulan agustus menjelang bulan Ramadhan. Saya pikir, surat itu nggak bakalan sampai. Emang surat buat siapa, sih?
Saya memiliki seorang teman yang sekarang sedang berada di Papua, bertugas di sana sebagai pengajar muda program Indonesia Mengajar yang dipelopori oleh Pak Anis Baswedan yang menggunakan slogan "Setahun mengajar sumur hidup menginspirasi" Nah sejak teman saya berada di Papua, ia kerap menceritakan keadaan di Papua sana. Baik melalui kata atau bercerita dengan gambar yang ada. Saya sudah dua kali bercerita tentangnya di kompasiana saya menulis, "Pak Guru Bercerita, Dari Tanah Papua" Dan juga di multiply tulisan dengan judul "Saya Kerap Menunggu Ceritanya Dari Papua" Sejak Pak Guru selalu membagi ceritanya kepada saya, baik melalui notes FB, blog Indonesia Mengajar maupun komapsiana saya teringin untuk mengenali anak-anak muridnya.
Setelah mendapatkan alamat sementara Pak Guru di dinas pendidikan kabupaten Fakfak, saya pun memberanikan diri menulis surat. Saya tidak mau mengirim e-mail melalui Pak Guru, karena ia akan berbeda rasanya. Lagipun, saya kangen dengan surat-menyurat ala sahabat pena yang masih menggunakan tulisan tangan. Nilainya berbeda, rasanya juga berbeda. Eh, saya jadi berharap surat-surat saya akan dibales oleh anak-anak muridnya Pak Guru :)
Karena di daerah pedalaman di mana tempat Pak Guru mengajar nggak ada sinyal, Pak Guru onlinenya hanya sebulan sekali kalau libur sekolah. Bulan lalu, ketika lebaran, saya menanyakan apa surat saya sudah sampai atau belum. Dan jawabannya ternyata belum. Byuhhhh... kok lama banget, yah? Nah kemarin pak Guru online, karena sedang berada di kota. Biasanya, kalau Pak Guru online akan membagi foto dan berbagi cerita. Kebetulan, kemarin saya ditag gambar di FB, gambar barisan surat-surat dari teman-teman Pak Guru untuk anak muridnya.
Setelah saya dapat kabar tersebut, asli saya seneng bangeetttt. Pokoknya senengggg... Alhamdulilah, akhirnya setelah menunggu dua bulan surat tulisan tangan saya sampai juga ke Papua. Tinggal menunggu pak Guru menyampaikan kepada anak-anak muridnya. Padahal tadinya saya dah pasrah kalau surat tidak sampai. Hmmm.. kudu sabar rupanya. Surat-surat di atas kebanyakan dikirim melalui e-mailnya Pak Guru, kemudian akan disampaikan kepada murid-muridnya. Luar biasa Pak Guru satu ini, bahkan ia membuat replika perahu dari coretan kertas mimpi-mimpi anak muridnya.
Perahu mimpi
Mahalnya harga sebuah tekhnologi di Papua. Hanya untuk mendapatkan sinyal, kudu menyebrang pulau selama empat jam. Tak ada listrik di sana, hanya ada sebuah pelita untuk penerang ketika malam tiba. Betapa syukur itu patut selalu saya rasa, ketika melihat masih banyak saudara-saudara kita di belahan bumi Indonesia masih belum bisa menikmati hasil kemerdekaan Indonesia. Kadang saya dibuai sedih sendiri melihat kenyataan-kenyataan yang ada. Tapi, melihat semangat Pak Guru dan 72 teman lainnya saya bangga karena dari mereka saya dapat mengetahui cerita-cerita lain dari belahan bumi Indonesia. Mereka tersebar ke dalam sembilan kabupaten mulai dari Aceh-Utara sampai Papua. Dari Pulau Rote sampai Sangihe. Kebanyakan pulau-pulau tersebut tak terjejaki di peta.
Sekolahnya hanya ada dua kelas, kawan. Satu kelas berisikan murid kelas 1-3. Sedang kelas satunya berisi murid kelas 4-6.
Upacara di tepi laut. karena sekolahnya tepat berada di tepi laut. Indah nian...
Di bawah kerli pelita, mereka belajar mengeja kata, menghitung angka.
Halaman depan sekolah Pak Guru. kalau kita sekolah di situ apa rasanya, yah? #pengen
Semua gambar diambil dari FBnya Pak Guru. Buat yang mau baca tulisan-tulisannya Pak Guru di sini aja, blog Indonesia Mengajar dan satu lagi di kompasiana.
OOT atau Out Of Topic, pernah nggak sih kita melakukannya selama ngeblog? Hmmm... Awal-awal ngeblog, saya nggak tahu apa itu OOT. Lah boro-boro tahu, punya temen aja enggak :D. Seingat saya, setelah dua tahun ngeblog baru deh kenal namanya blogwalking. Dan setelah aktif BWpun saya tidak begitu sering OOT ketika komen di lapak orang. Kecuali, temen-temen blogger yang akrab aja kali, yah? Jiyah, itu mah sama aja kali. N haram gak, sih OOT itu? Tergantung dengan yang punya lapak. Kalau yang punya lapak nggak suka dan nggak mengizinkan OOT, yah itu hak dialah dan kita nggak perlu memaksanya. :)
Saya jarang pake batik, jarang banget. Bukan karena malu, tapi karena nggak punya baju batik. Paling juga adanya sarung batik, yang dipake buat selimut tidur :D eh, tapi pernah juga ndink beli baju batik, meskipun bukan untuk kondangan, tapi sekurang-kurangnya punyalah. Dari pada nggak ada sama sekali :D
Taman Tasik Perdana, pertama kali saya mengenalnya dari sebuah majalah anak-anak yang dibeli oleh Nabila, cucu majikan saya. Di halaman belakang majalah tersebut selalu menampilkan pariwisata di beberapa kota. Melihat foto-foto yang indah di sampul belakang majalah, saya tertarik untuk mengunjungi tempat yang ditulis. Sayangnya, saya tidak mengetahui di mana tempat tersebut. Saya coba search di google, di mana letak Taman Tasik Perdana tersebut.
Sering Dibaca
Harta Karun
-
▼
2011
(87)
-
▼
Oktober
(18)
- Membaca Mbak Reni
- Cemburu dan Mbojo
- Alhamdulilah, Senangnya...
- Kado Dari Blogger Indonesia di hari Sumpah Pemuda
- [Berkat Ngeblog] Saya Mempunyai Tulisan dan Teman
- Update Blogger Hibah Sejuta Buku
- Ko Tara Pantas Jadi Guru
- Blogger Hibah Sejuta Buku Fase Kedua
- Seperti Mengejar Pagi
- Kerang-Kerang
- Bias Senja Abu-Abu
- Tetanggaku Menjadi TKI
- Cengengesan Family
- Teruntuk Mamakku
- Surat Saya Sudah Sampai
- Namanya OOT
- Batikan Harimu!-Membeli Batik di Bukittinggi
- Taman Tasik Perdana
-
▼
Oktober
(18)
