Catatan Anazkia

Karena hanya tulisan yang bisa saya tinggalkan

  • beranda
  • Kisah
    • Serial
    • Cerpen
    • Celoteh
    • Reportase
    • Perjalanan
      • Gaya Travel
      • Trip Gratisan
      • Piknik Buku
  • Pojok Anaz
  • Murai
  • Sosok
  • komunitas
    • Volunteer
    • KBO
    • Semestarian
    • Blogger Hibah Buku

Pengobat rindu kumpul, kan makan dan brol ngobrol ^_^


Kopi Jinjinger? Apa yang kebayang kalau dengar nama itu? Saya, awal baca Kopi Jinjinger kesannya itu kopi untuk kaum sosialita. Hahahaha... Kan ngebayanginnya orang yang belanja di mall trus jinjing tentengan dengan isi barang-barang branded gitu. Jadi, pas pertama dengar yah agak mikir gini, "Ini bukan untuk kelas saya." Gitu amat kepikirannya. Wakakakaka... Yah maaf, dah setahun otak buat rebahan aja jadi over thingking terus.

Pas sudah di Depok, saya nanya-nanya dengan Kak Beby ada kopi apa saja. Dan saya direkomendasikan kopi Hujan Senja. Kata kak Beby, itu enak. Sebagai peminum kopi amatir, saya manut aja. Terus mesen ke Kak Beby. Eh, saya lupa mesennya sama kak beby atau Om Ragil. Hehehehe.

Beberapa hari kemudian, kopi langsung sampai aja. Cepet bener proses bungkus dan kirimnya. Kudu ditiru ini. Nah, pas nyobain itu kopi Hujan Senja beneran enak banget. Enak buat diminum kosongan gitu aja tanpa gula. Yah, selama ini kan saya minum kopinya masih tetep pakai gula atau susu kental manis (SKM). Meski nggak manis-manis banget, tapi yah tetep belum bisa kayak Diaz yang bisa minum kopi sehari lima gelas tanpa gula. Bahahahaha... Maaf, jadi ghibahin orang. 

Sejak minum Hujan Senja, saya mulai mentasbihkan diri sebagai bajer independennya Kopi Jinjinger. Bahahaha... Apa banget, dah! Maaf ya, Kak beby dan Om Ragil (sungkem).

Tapi sayang, pas mesen yang ke dua kalinya kopi Hujan Senja sudah nggak ada. Apa setelah itu saya berhenti jadi bajer independen? Yah nggak juga, sih. Soale masih ada gayo wine yang rasanya juga enak banget! Tuh, sampai pakai tanda seru. Mahahaha.

Sebelumnya, Kopi Jinjinger dikirim dari Kalibata. Ini karena Ownernya Om Ragil dan Kak Beby tinggalnya memang di sana. 

Tahun 2021 ini Kopi Jinjinger pindah ke Depok. Tetanggan! Tetanggan jauh tapi, lebih dari 10 KM. Hahahahaha...

Nah, Februari lalu (ya elah, dah berapa bulan ini) saya niat main ke Kopi Jinjinger. Sekalian biar bisa ketemu sama Om Ragil yang kalau nggak salah inget baru ketemu sekali waktu acara ASEAN Bloger. Dan pengen ketemu juga dengan Kak Beby yang belum pernah ketemu. Janjian sejak di Malaysia, tapi nggak pernah jadi juga. Sampailah Kak Beby pindah ke Sabah dan pulang ke Indonesia.

Sebelum ke tempat Kopi Jinjinger, tentu saja saya mengajak kawan-kawan yang lain. Diaz, Hilda dan Kak Ije. Owh ya, teman-teman saya ini pada taat prokes banget. Jadi, pas diajakin nanya dulu, "Beneran nggak apa datang lebih dari seorang?"

Setelah meyakinkan satu sama lain aman dan meyakinkan tetap jaga prokes akhirnya tanggal 14 Februari 2021 kami datang ke Kopi Jinjinger. Saya dan Hilda, sebagai kang nyasar dah biasalah ya sesat jalan. Sampai di lokasi Kopi Jinjinger, waw! Homey banget! Selain deretan kopi, juga udah disiapin macam-macam makanan.

Gimana, gimana?

Kami sampai masih siang. Jam satuan kayaknya. Pas banget buat langsung makan. Niat banget ini cari makan. Owh ya, saya bawa bahan roti jalan. Tadinya mau dimasak dulu di rumah, tapi gasnya habis. Sementara Nitanya nggak ada, jadi saya nggak bisa pasang. Dasar lemah!

Nggak lama sampai, langsung eksekusi roti jala. Sementara kuah kari (yang kemudian diganti gulai) sudah disiapkan oleh Kak Beby. Ya ampun, enak banget hidup. Hahahaha. Roti jala belum selesai dibuat, Kak Beby, Om Ragil dan Mamanya sibuk nyuruh kami makan. Jadilah, kami langsung makan. Sementara Kak Beby kembali menghangtkan roti maryam. Yak ampun, lengkap banget.

Roti jalan buatan saya sendiri.


Sambil makan, sambil minum kopi, kami ngobrol macam-macam. Apa selesai makan kami pulang? Oh, tentu tidak. Kami masih ngobrol entah apa-apa, sebab masih ada nasi bakar yang dibawa Hilda belum dimakan. Ahahahah... Astaga, niat banget ini. Macam piknik aja.

Dari terang benderang, sampai gelap gulita. Hahahahaha


Menjelang ashar, nasi bakar yang Hilda bawa baru kami panaskan. Tahu dong ngapain lagi? Ya makanlah :D.

Manasin nasi bakar.


Ngobrolin apa sih sampai selama itu?

Banyak hal. Pengalaman masing-masing. Kayaknya, baru kali itu saya ketemu teman-teman selama ngobrol tak sekalipun melepas masker. Boleh dibilang, ini adalah kumpul-kumpul pertama saya di Jabodetabek setelah pandemi dengan jumlah teman yang banyak. Ini jadi kayak obat rindu ngumpul. Buat Om Ragil, Kak Beby dan Mamanya, terima kasih banyak sudah mau menerima kami. Terima kasih juga atas hidangan mewahnya. Cold Brew yang enak banget. Pun sudi menerima kami dari hari benderang, sampailah gelap gulita. 

Oh ya, ngomong-ngomong penasaran nggak kenapa namanya Kopi Jinjinger? Setelah menanyakan ke Kak Beby, arti harfiahnya rupanya gini, Bisa dibawa ke mana-mana, bisa dikirim ke mana-mana, nanti kurir yang ngejinjing sampai ke depan rumah.

Dulunya, Kak Beby punya blog namanya jinjinger juga. Blognya isi tentang jalan-jalan. paslah ya, kalau dicocok-cocokin. Kalau bukan Kak beby yang jalan-jalan, biar kopinya saja. ^_^

Cold Brewnya enak ^_^. Yang mau nyoba pesen, sila hubungi nomor di atas. Kopi Jinjinger aktif di jam kantor, ya. Setelah itu, selow respon.




Detail harga Kopi Jinjinger. Akun IG, @kopijinjinger.

Sekali lagi, terima kasih untuk sambutan hangatnya. Semoga bisa main lagi, kumpul-kumpul.







Tahun 2013, saya pernah menulis ini, "Ajari Aku Mencintai". Dialog dalam tulisan tersebut merupakan fiktif belaka, setelah mendengar lagunya Anuar Zain di Hot FM dari corong radio di mobil. Tajuk tulisan, tentu saja diambil dari judul lagu Anuar Zain. Bagi saya, cinta tak semestinya hanya kepada lawan jenis saja. Karena tulisan itu dibuat untuk menerima apapun hasil dari sebuah lomba. Menang atau kalah, tentu saja saya harus ikhlas menerima dengan lapang dada.

Tujuh tahun tinggal di Malaysia membuat saya mengenal banyak penulis juga artis kenamaan di sana. Salah satu yang saya tahu adalah seorang penyanyi, Anuar Zain. Saya menyukai lagu-lagunya karena kerap diperdengarkan di radio. Pun tekadang mendengarnya kalau lagi online.

Sampailah saya pulang ke Indonesia, saya masih sering mendengar lagunya Anuar Zain melalui Youtube tentu saja. Jadi apdet lagu-lagu terbarunya juga hanya melalui Ytube saja. Meski suka mendengarkan lagunya, saya tak pernah sekalipun ingin tahu lebih mengenai apa dan siapa penyanyinya. Ada beberapa hal yang saya tak peduli dan nggak mau ambil tahu mengenai sosok atau artis yang saya suka. Takutnya, kalau ada satu hal yang saya tak berkenan dari sosok itu saya akan berhenti mendengarkan lagunya. Atau kalau dia artis drama, maka saya akan berhenti menontonnya. 

Bahkan, sampai Desember tahun lalu saya masih nggak ambil tahu apa dan gimana Anuar Zain.


Selama pandemi dan menjadi freelancer sepenuh masa, saya banyak menghabiskan waktu di depan laptop. Bulan lalu, nggak sengaja nonton videonya Anuar Zain di Nu Sentral yang lagi live. Tiba-tiba dibuat takjub dengan caranya melayan penggemar. Lagi nyanyi, turun ke panggung terus ngajak selfie. Wow! Wow! Ini orang beneran? 

Dari situ penasaran, mulai nyari video-video Anuar Zain yang live. Dan yang dilakukan sama. Ramah dengan peminat. Waw, langsung jatuh hati dengan caranya... Ketemu lagi dengan wawancaranya Anuar Zain di chanel Ytube DJ Nazz. Ngobrol-ngobrol selama lebih dari 40 menit itu membuat saya mengenal sedikit lebih jauh mengenai siapa Anuar Zain. Baru tahu kalau dia pernah jadi pramugara. Dan baru tahu juga kalau kariernya dalam dunia musik dimulai sejak usia 12 tahun. 

Kayaknya, ini temu bual paling lama yang dibuat. Kalau lihat artis lain, paling lama 20 menit. DJ Nazz memang terbaik, bisa bikin abang Nuar cerita.



Mengikuti menit demi menit obrolan Anuar Zain dan Dj Nazz, saya seperti diajak ke masa lalunya. Apa yang terjadi? Tentu saja, semakin jatuh hati. Dalam obrolan, Anuar Zain "meng-abang-kan" diri sebagai kata ganti orang pertama. Pengetahuan baru kalau Anuar Zain, lebih biasa dikenali sebagai Abang Nuar. Selesai menonton dan membaca komentar-komentarnya, saya beralih ke Instagram. Mencari akun Abang Nuar. Ketemu. Dan untuk seorang artis, Abang Nuar termasuk baru memiliki akun IG. Dari laman berita online juga saya sedikit tahu alasannya kenapa dia baru menggunakan IG.

Setelah nemu akun IGnya, saya bikin story. Itu tertanggal 23 Januari 2021 pukul 01:58 dini hari. Yah tadinya iseng-iseng aja posting. Kan mikir, nggak mungkin dinotice sama artisnya. Beberapa menit kemudian, rupanya story saya di restory. Waw, waw, waw... bahagianya. Tapi, masih mikir juga, "Ini akun pasti dipegang admin." Hahahahaha... punyalah tak percaya.

Trus saya bilang terima kasih, nggak peduli admin yang restory saya tetap suka. Yang ternyata langsung dibalas katanya itu akun Abang Nuar sendiri yang pegang. Wah, meleleh... 

Pantesan dulu suka lihat orang bisa pingsan lihat artis idolanya. saya pikir lebay, rupanya yah emang lebay. Hahahahahaha...



Dikarenakan sangat ramah, adalah besoknya saya tanya soalan yang sangat panjang. Apa dan kenapa alasannya Abang Nuar bisa begitu ramah dengan penggemarnya. Jawabannya bikin saya tambah respect.

"Kerja Abang adalah sebagai seorang penyanyi. Pada Abang, sama sahaja seperti orang lain yang mencari rezeki. Penggemar bagi Abang, adalah mereka yang support carier Abang dan yang enoy nyanyian Abang. Sangat appreciate sokongan daripada pendengar lagu-lagu Abang."

Bagi saya, Abang Nuar seperti membuat kelasnya sendiri. Ekslusif, mahal, tapi tetap membumi. Senantiasa dekat dengan peminat.

Tanggal 15 Februari lalu, Abang Nuar ulang tahun. Saya juga ngucapin, sampai bikin eposter khusus. Hahahahaha... Nah, pas sudah bikin itu kan teman-teman banyak yang kaget, ya. Mereka heran, ternyata saya bisa bucin juga sama mas-mas artis. Miahahahaha... Yah gimana, dah suka, trus  diladenin pula sama artisnya. Jadilah... Terima kasih, Abang Nuar yang baik. 

Teman-teman jadi banyak yang stalking ke akun IGnya Abang Nuar. Muehehehehe...

Catatan: Bucin= Budak cinta. Kalau dalam Bahasa Melayu artinya angau atau gila bayang. Tapi, tahap angau dan gila bayang saya masih standarlah. Hahahaha. Abang Nuar jangan takut saya psiko ahahahaha.

yah sekali-sekali. Kan nggak pernah ehehehehehe

Sampai ada yang stalking dan sempet-sempetnya capture. Padahal, pas itu story Abang Nuar udah titik titik. Ahahahahaha....



Ini suruh cari lagunya sendiri. Nggak aci kalau saya kasih link. Hehehehe









Waktu di Malaysia, ada satu obat luka yang bikin saya takjub dan ketika saya pulang ke Indonesia saya bawa. Tak hanya sekali membawanya, hampir setiap kali ke Malaysia pulangnya saya kerap membawa obat tersebut. Meski saya kerap membawanya, jangan salah kalau di awal melihat obat tersebut saya pernah underestimate. Kenapa? Karena baunya nggak enak! Ahahaha.

Minyak gamat waktu di Malaysia
Ini penampakan minyak gamat waktu di Malaysia


Obat apakah itu? Namanya minyak gamat.

Dulu heran, kenapa di rumah Ibu majikan banyak sampai berlusin-lusin minyak gamat. Baca kegunaannya saya nggak percaya, masa iya bisa nyembuhin luka bakar segala padahal cuma gitu doang. Selain luka bakar juga bisa meringkankan masuk angin dan entah apa lagi saya sudah lupa. udah hilang semua bekas-bekas wadah minyak gamat itu.

Saya mulai terbuka pikirannya mengenai kegunaan minyak gamat itu waktu tiba-tiba jari kena pisau saat memotong bawang. Darah mengucur deras, saya langsung mencucinya sambil perut mules². Takut darah oei... Hahahhaha.

Abah yang waktu itu ada di dapur bilang, "Eli, jangan dicuci tangannya. Tunggu sebentar." Sambil berlari ke kamar. Saya pikir mau ngapain. Rupanya Abah ngambil minyak gamat dan mengulurkannya ke saya. Awalnya, saya geli. Masak diobatin minyak ginian pikir saya.


Tapi demi melihat darah yang tak berhenti juga, saya membuka botol obat dan membubuhkan minyak ke bekas luka yang terkena pisau. Dan... Alhamdulillah darah langsung berenti. Alahai, jadi malu pula dengan obat tersebut. Jadi, sejak saat itu saya kerap membawa ke mana pun minyak gamat. Bahkan ketika pulang ke Indonesia.

Waktu sudah di Indonesia, saya begitu irit menggunakan minyak gamat tersebut karena susah nyarinya. Lah wong selama ini nggak pernah lihat keberadaannya di Indonesia. Tapi ini karena pengetahuan saya aja yang terbatas, sih. Ehehehe... Ndilalahnya, Ibu saya juga cocok menggunakan minyak tersebut untuk kaki pecah-pecah. Ada sekali waktu ketika persediaan minyak tersebut sudah begitu menipis, kami membagi dua dengan saksama karena saya lebih sering tinggal di Jakarta. Alhamdulillahnya, setelah itu waktu saya ke Malaysia pulangnya dibawain minyak gamat banyak. Hehehehe... 

Kalau saya seringnya pakai untuk obat luka, rupanya Ibu sering ngolesin di ujung telapak kakinya yang pecah-pecah. Rupanya itu juga sangat ampuh. Telapak kaki ibu berangsur membaik.

Belum lama ini, kakak saya terkena air panas di tangan. Betul-betul baru angkat dari kompor. Sempat bingung waktu dengar kakak teriak-teriak, saya pikir becanda. Rupanya tangannya sudah melepuh. Dia langsung mengucur tangannya dengan air di keran. Ia juga menyuruh saya mengambil jelly gamat yang ada di lemari. Sempat lama karena saya terburu-buru dan khawatir lihat kondisi tangan Kakak. Setelah disiram dengan air yang mengalir dalam waktu yang cukup lama, Kakak langsung mengolesi tangannya dengan jeli gamat.

Besoknya, dia cerita kalau semalaman merasakan sakit tak terkira dan jeli gamat satu pack yang masih oenuh itu habis tak bersisa. Bekas-bekas air panas yang sudah dibubuhi minyak gamat tak berbekas. Tapi luka yang tersiram air begitu banyak tetap menjadi hitam legam. Sekarang sudah membaik tentu saja. Alhamdulillah....

Dan jeli gamat di atas, saya baru tahu penampakannya setelah sekian lama di Indonesia dan fungsinya pun tak hanya sebagai obat oles saja. Ada jeli gamat yang diminum dengan fungsi lebih bermacam-macam lagi. Tentunya ini setelah dioah dengan tekhnologi dan aman untuk dikonsumsi. Tak melulu hanya untuk luka bakar atau luka terkena pisau. Ianya bisa meningkatkan daya tahan tubuh, meredakan gangguan sakit lambung, mempercepat penyembuhan luka pada penyakit diabetes serta menghilangkan luka pada kulit gangren. Barangkali, jeli gamat bisa menjadi perantara penyembuhan sakit yang saya atau siapa pun alamai.



Oleh-oleh Pasundan ada di Banten? Eh, ini gimana ceritanya? Emang di banten sudah nggak ada oleh-oleh ciri khas lagi? Selow, selow... Banten dengan segala keunikannya itu tetaplah memiliki ciri khas oleh-oleh. ^_^

Minggu, 26 Juli 2020 bertempat di Jl. Raya Serang Jakarta KM. 4, Ruko Milenium No. 10 Kel. Penancangan-Serang telah dibuak salah satu store terbaru Siliwangi Bolu Kukus (SBK). Pembukaan store ini merupakan yang ke lima, setelah sebelumnya ada di Bogor, Cibinong (ada dua tempat lupa nama tepatnya) dan Bandung.

Selama ini hanya melihat cuitan kawan-kawan bloger yang kerap mengabarkan pembukaan store di beberapa tempat sebelumnya. Penasaran melihat keramaian saat pembukaan dan penasaran juga ingin mencoba rasanya.

Siliwangi, merupakan nama khas dari Bumi Pasundan. Kenapa Banten dijadikan target pembukaan store padahal dia nggak masuk Jawa Barat? Jawabannya ya sederhana, karena Banten dalam salasilah sejarahnya merupakan Bumi Pasundan. Eh, sebagai orang Banten yang nyasar, sebelumnya saya nggak kepikir ke situ. Ini setelah dikasih tahu Bang Aswi jadi ngeh tentang Bumi Pasundan dan Banten. 

Terbaiklah... Kayaknya bisa abis satu sendirian. hehehehe


Kembali ke SBK, seperti lazimnya pembukaan store sebelumnya yang dilakukan oleh pihak SBK, saat ceremonial pembukaan di Serang pun kembali diberlakukan promo. Di mana produk dibundling dengan harga Rp. 30.000 saja mendapatkan tiga varian rasa yang berbeda. Padahal, dalam harga normal SBK dijual dengan harga Rp. 27.500 per/item. Lalu bagaimana proses pembukaan di masa pandemi?

Alhamdulillah semua berjalan lancar. Dengan mengeluarkan 1000 kupon di mana dibagi dua sesi, semuanya ludes tak lebih dari dua jam. Pukul sembilan kurang sekian, ketika kami sampai di depan ruko SBK yang baru antrean sudah mengular. Padahal, pembelian baru bisa dilakukan pada pukul 10 pagi. Protokol kesehatan dijaga dengan ketat. Desainfektan, tempat cuci tangan sudah disediakan oleh panitia. Dan pembeli pun diwajibkan menggunakan masker. Sebelum mengambil kupon, pembeli sudah dipastikan dalam keadaan bersih oleh petugas. 

Calon pembeli bisa juga menikmati potongan-potongan sajian yang sudah dihidangkan oleh panitia.

Tepat pukul sepuluh pagi, transaksi jual beli boleh dilakukan. Wow! Beruntungnya, panitia memiliki aturan bahwa satu orang, hanya bisa mendapatkan satu kupon. Kalau enggak, wah... bakalan diborong oleh beberapa orang saja itu, mah. Owh ya, di pembukaan store di Serang Minggu lalu, juga diluncurkan dua rasa varian baru dari SBK. Martabak kacang dan talas oren. 



Sebelumnya, sudah ada berapa varian rasa? 12 varian rasa! Waw! Mengambil sejarah dari muasal Bumi Pasundan, maka berbagai rasa yang tersedia pun kental dengan kearifan lokal. Lihat saja, Susu Lembang, Strowberi Ciwidey, Kopi Bogor, Ubi Cilembu, Alpukat Mentega, Talas Bogor, Brwnies Coklat, Ketan Kelapa. Nama-nama yang diambil tentu saja bahan bakunya ada di Jawa Barat semua. Meski ada juga rasa Kurma Ajwa, tapi ianya tak menghilangkan sisi kental Bumi Pasundan.

Bagaimana dengan rasa baru? Hmmm... Ini sungguh saya merasa sedikit berdosa, karena sebelumnya mengira rasa martabak ini nggak enak. Seriusan... Saya pikir yang paling enak itu rasa alpukat mentega. Tapi rupanya rasa martabak kacang sungguh juwara! Muehehehe... ini beneran, yaks ^_^

Kalau kita masuk ke dalam toko SBK, di dalam itu tentu saja nggak cuma menjual bolu saja. Tapi ada banyak varian makanan yang tersedia. Dari sambal bawang, batagor, keripik dan sebagainya. Makanan-makanan tersebut diambil dari produk UKM di area Jabar. Sampai dengan pembukaan kemarin, produk UKM yang berasal dari Banten tentus aja belum ada. Tapi, saya yakin kalau kelak akan ada. Prinsip dari pengembangan SBK adalah maju bersama, jadi satu sama lain harus saling mendukung.

Pabrik atau pembuatan bolu hanya tersedia di kota Bogor saja. Kalau melihat jumlah produksi SBK, ianya banyak sekali. Apalagi kalau lagi promo. Menurut bang Aswi, terpusatnya produksi demi menjaga kualitas rasa tetap terjaga. Kalau dipikir, iya juga, sih. Mungkin, kalau ada pabriknya di Serang, rasanya akan sedikit berubah. Selain itu juga, modal produksi akan semakin embengkak. Karena tentu saja, besar di pembelian alat dan sebagainya. 

Owh ya, kalau lihat di semua pembukaan store SBK, hampir semuanya mengular. Yang menarik, saat ada store baru dibuka dan diadakan promo, maka store lain pun akan diadakan promo yangs ama juga. Menariks ekali cara marketing mereka.

Review tentang bolunya...

Nggak usah ditanyalah, lembut dan nggak ambyar. Yang bikin berantakan itu kejunya aja hehehe. Kakak saya, suka banget dengan yang martabak kacang. Bahkan, di hari kedua promo beli dua dapat tiga, kakak kembali nitip dengan kawan.




Sulit? Sulit gimana? 

Dulu, waktu pertama kali datang ke Malaysia satu hal yang membuat saya penasaran adalah perihal bahasa. Dalam kultur sejarah, kita tentunya sama-sama menggunakan bahasa  yang sama. Melayu. Tapi nyatanya, bahasa melayu yang saya temui amat sangat jauh berbeda dengan bahasa Indonesia. 

Bertemu dengan banyak orang Malaysia membuka wawasan saya kalau sebenarnya muasal bahasa Melayu itu dari Riau. Pertama kali dengar ini kaget. Entah pengetahuan saya yang sempit, atau wawasan saya yang tak luas, tapi saya tahu sejarah ini yah pas ngobrol sama orang KBRI, orang Malaysia dan kang Isjet dari Kompasiana. Waktu itu penasaran. Saya sempat baca artikel entah di mana yang sayangnya saya lupa, dalam perjalanannya ada banyak perkembangan dari bahasa Melayu. Di mana bahasa Indonesia sendiri paling banyak mengalami perubahan dari bahasa Melayu asli.

Kalau melihat orang Brunei, Malaysia dan Singapura ngomong Melayu itu masih ada persamaannya. Nah, coba lihat kalau bahasa Indonesia. Jauh banget eui!
Kembali menilik tentang muasal bahasa melayu, kalau lihat di wikipedia, saya menemukan catatan ini, 


Tanah Asal-Usul Penutur Bahasa Melayu

Catatan tertulis pertama dalam bahasa Melayu ditemukan di pesisir tenggara Pulau Sumatra, di wilayah yang sekarang dianggap sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya. Istilah "Melayu" sendiri berasal dari Kerajaan Minanga (Malayu) yang bertempat di Kabupaten Kampar, Riau.

Sejarahnya juga bukan hanya empat negara saja yang menggunakan bahasa melayu. Karena ada Thailand Selatan, Filipina, Myanmar dan sebagainya. Kalau bahas dan belajar lagi rupanya banyak banget ini jenis-jenis bahasa melayu. Ini mau bahas kesulitan saya aja yang kadang dibuat bingung dengan bahasa Indonesia dan Malaysia. Eh, dulu ngomong-ngomong waktu saya kecil kalau bilang bahasa Indonesia itu melayu. 

"Eh, si Fulan itu ngomongnya cara melayu, ya."

"Si Fulanah bisa ngomong cara melayu, ya."

Kalimat-kalimat tersebut biasanya dilontarkan untuk orang-orang yang baru pulang dari Jakarta. 

Pertama kali tinggal di Malaysia saya puyeng lihat dan dengar orang bacain berita. Jenayah, disabitkan, terbabit, rasuah dan sebagainya terdengar sangat awam di telinga. Demi mengobati rasa penasaran akhirnya saya mulai mencari referensi bacaan buat memperkaya kosa kata.

Membaca Majalah Remaja

Ada beberapa majalah yang saya baca. Pertama tentu saja majalah remaja. Penasaran baca majalah ini soale biar tahu gimana bahasa rojak (bahasa gaul) yang dipakai oleh para remaja Malaysia. Ada juga majalah Wanita. Majalah ini terkenal banget di sana. Ada juga majalah lainnya yang saya lupa apa namanya. Yang paling saya ingat ada satu majalah. Namanya majalah I. Isinya keren banget. Informatif dan kaya akan isi pengetahuan umum dan agama. Saya kenal majalah ini dari Bang Hasif, sampai kemudian saya berlanganan sendiri. Ada juga majalah Dewan Bahasa dan Pustaka. Isinya tentu saja perkembangan dunia sastra Malaysia. Di Indonesia, kayak majalah Horisonlah. Tahun 2006, dunia digital belum begitu riuh. Jadi penjualan majalah masih bagus.

Baca Surat Kabar

Abah, kalau beli surat kabar itu sehari bisa tiga jenis. Harian Metro, Berita Harian dan Utusan Malaysia. Nggak cuma Abah, anak-anaknya juga rajin beli surat kabar. Nah, kalau baca surat kabar ini demi mengikuti perkembangan politik dan berita-berita terbaru di sana waktu itu. Balik lagi, ya... Tahun 2006-2012 dunia digital belum seperti sekarang ini.

Baca Buku-buku Melayu

Bersyukurnya, waktu pertama kali saya datang ke rumah Ibu tidurnya itu di ruangan buku. Kayaknya itu ruangan udah lama nggak dipakai. Saya pernah sampai digigit tikus  bahahaha... Ini dulu pernah ditulis di blog. Tapi lupa entah di mana -_-. Besoknya langsung ke dokter :D.

Baca Novel Romantis

Helegh, kayaknya ini genre novel-novel Malaysia kebanyakan romatis. Ini sebenernya punya anak-anak Ibu. Jadi saya numpang baca aja. Awal baca novel itu sebenernya saya banyak nggak paham bahasanya. Ada kalimat degil, comel, alang-alang, kantoi dan banyak lagi. Meski nggak paham, saya paksain baca aja. Dan novel-novel ini pula yang sering dibaca waktu saya baru datang setelah majalah remaja. Apa dengan membaca novel dan majalah remaja saya paham bahasa Melayu? Tentu saja tidak, Maemunah... Biasanya usai baca buku malam-malam, esoknya akan ada banyak pertanyaan kayak gini.

"Ibu, alang-alang itu apa?" Saya kan pas baca ngebayanginnya tumbuhan, rumput liar yang bisa buat foto-foto. Hahahaha...

"Alang alang, dah basah mandi sekali." Aik... Macam pelik aja bunyi.

"Maksudnya gimana?"

"Yah awak tu, kalau dah basah. Baik mandi sekali. Tak paham?" Oik. Saya diam. Mikir lama. Tapi nggak paham juga. 

"Alang-alang itu kalau bahasa Indonesia terlanjur. Macam kamu, semisal udah basah bajunya. Udah mandi aja sekalian." Amboi... Nasib baik ada Kak Ani. Orang Medan yang udah lama tinggal di Malaysia. Pahamlah saya. 

Atau lain hari, saya tanya soalan lain pula dengan Ibu.

"Ibu, degil itu apa?"

"Macam awaklah." Eh, ini bunyi macam lain aja. Di kepala saya degil itu artinya genit. Masa iya saya genit.

Cari punya cari tahu, degil itu artinya keras kepala, susah diatur. Kalau genit pula, di Malaysia gedik. Alahai...

Apakah dengan membaca bahasa malaysia dan lama tinggal di sana sudah cukup untuk memahami bahasa Melayu Malaysia? Ah! Tentu saja belum. Sungguh masih jauh panggang dari api. Lah piye, ini kerjaanku kalau pas ada translete narasi ke bahasa Melayu ternyata saya masih gagap -_-


"Barangsiapa yang berpuasa bulan Ramadan, kemudian diikuti dengan enam hari dari bulan Syawal, maka seperti puasa setahun." (HR. Muslim, 1164)

"Harusnya kan menghargai tuan rumah, minum kek dikit. Itu kan cara menghargai tuan rumah."

Saya diem aja denger kalimat yang jelas-jelas dilontarkan untuk diri yang memang tak menjamah apa pun sejak datang ke sebuah sambutan rumah terbuka hari raya. Lah gimana mau jamah makanan atau sekadar membatalkan dengan mencicip sedikit sajian yang dihidang tuan rumah, kalau saya lagi puasa bayar hutang. Bukan puasa sunnah syawal.

Pasca kejadian tersebut, saya selalu diungkit.

"Kan kamu bisa niat dobel sekalian. Niat puasa syawal dengan puasa bayar hutang. Apalagi kalau hari Senin atau Kamis, lagilah dobel-dobel pahala. Niat sunnah syawal, niat sunnah Senin/Kamis sama niat bayar hutang." Elah ndalah... Ini orang keukeuh aja ngebahas puasaku. Tentunya masih orang yang sama di atas.

"Kalau gitu, saya bisa dong salat digabung niatnya? Isya, tahajud, taubat dan sebagainya?"

"Yah nggak gitu juga."

"Lah, katanya boleh dobel niat dalam ibadah."

Entah apa jawabannya saya udah lupa. Kadang kalau inget ini saya kok nggak ada sopan-sopannya. Yang komplain ke saya itu orang tua soale. Tapi gimana, ya? Saya memang pernah dan sering diskak mat begini perihal puasa syawal dan bayar hutang.

Ini tentunya penyakit perempuan setelah baligh. Tiap Ramadan, pasti punya hutang. Bisa 6 hari, 7 hari, atau bahkan ada yang 12-15 hari. Biasanya yang gini di awal dapat haid dan mendekati lebaran pun dapat haid juga. Eh, tapi setelah baligh, saya ada sekali puasa tak batal sama sekali. Iya, sejak remaja haid saya memang nggak teratur. Heu...

Dulu, saat remaja saya pernah jadi orang yang jahil perihal puasa sunnah dan wajib ini. Nggak bisa mendahulukan yang wajib dan lebih sering mengerjakan yang sunnah. Sekali waktu, seorang teman marah di depanku gara-gara saya puasa sunnah arafah sementara saya masih ada hutang puasa Ramadan. 

"Orang, mah, hutang puasa dulu dibayar. Ini malah mentingin sunnah." Inget banget intonasi suara dan mimik mukanya. Waktu itu saya kesel banget. Ni anak kenapa rese banget, sih...?

Setelah itu, saya coba nyari referensi kesana kemari. Inget dulu pernah nanya dengan guru bahasa Arab. Jawabannya, yah kudu bayar hutang dulu. Baru diikuti puasa syawal. 

Waktu berlalu. Semakin menua, saya kerap bertemu berbagai manusia dengan ragam perbedaan. Ada yang memiliki pemahaman kalau puasa enam bisa dibarengi dengan bayar hutang. Bagi saya pribadi tak apa segala macam pemahaman dan keyakinan yang dipegang selagi tak mengusik keyakinan lainnya. Yah kayak orang di atas (ops).

Lagi pun salah satu syarat puasa sunnah bisa diniatkan setelah fajar. Beda dengan puasa wajib yang syarat wajib niatnya adalah sebelum fajar. Dulu, saya sering diskusi dengan salah seorang kawan tentang bab puasa sunnah syawal ini. 

Ada berbagai macam alasan dari orang-orang yang memiliki keyakinan kalau puasa sunnah bisa dibarengi dengan hutang puasa. Salah satunya, kalau hutang puasa banyak, kapan mau puasa syawalnya? Alahai... Kalau hal-hal gini masih saja jadi bahan telingkah, bukankah kita tahu kalau Allah itu begitu Pemurah? Siapa yang berhak memberi ganjaran ibarat puasa setahun  kalau kita menjalankan puasa sunnah syawal jika bukan Dia?

Karena bagi saya, yang terpenting bukan mana benar mana salah. Tapi siapa yang boleh lakukan itu dengan ikhlas hati. Dah mengata si A salah, si B tak betul tapi diri pun tak lakukan apa. Entah-entah puasa tahun lepas pun belum dibayar lagi. Eaaaa... dikeplak! Yang pasti, saya geng puasa bayar hutang dulu ^_^.

Mau nyalin hadis-hadis kon sungkan, ya... -_-
Postingan Lama Beranda

Teman-teman

Sering Dibaca

  • Mas Aris Kurniawan Basuki, Kenapa Nggak Nulis Lagi?
  • Writing Camp yuks...???
  • Hari Ini, Aku Menulis
  • Yang Ikut Ke SBB 2015 Bersama Yeos
  • 5 Tahun Bekerja, Tidak dibayar Gajinya

Harta Karun

  • ▼  2021 (2)
    • ▼  April (1)
      • Main dan Makan-makan di Kopi Jinjinger
    • ►  Februari (1)
  • ►  2020 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2019 (41)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2017 (21)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (63)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (23)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2015 (137)
    • ►  Desember (25)
    • ►  November (20)
    • ►  Oktober (34)
    • ►  September (19)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (52)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2013 (40)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (12)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2012 (74)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (14)
  • ►  2011 (87)
    • ►  Desember (10)
    • ►  November (8)
    • ►  Oktober (18)
    • ►  September (13)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2010 (141)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (12)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (17)
    • ►  Februari (18)
    • ►  Januari (23)
  • ►  2009 (124)
    • ►  Desember (11)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (17)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (12)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2008 (105)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (16)
    • ►  Mei (19)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (22)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2007 (30)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (12)
    • ►  Agustus (2)

Kategori

Ads Blogger Hibah Buku Celoteh Cerpen Featured GayaTravel KBO komunitas Murai Perjalanan Piknik Buku Pojok Anaz Reportase resep reveiw Semestarian Serial Sosok Teman TKW TripGratisan Volunteer

Catatan Anazkia By OddThemes | Turatea.com