Catatan Anazkia

Karena hanya tulisan yang bisa saya tinggalkan

  • beranda
  • Kisah
    • Serial
    • Cerpen
    • Celoteh
    • Reportase
    • Perjalanan
      • Gaya Travel
      • Trip Gratisan
      • Piknik Buku
  • Pojok Anaz
  • Murai
  • Sosok
  • komunitas
    • Volunteer
    • KBO
    • Semestarian
    • Blogger Hibah Buku

Waktu di Malaysia, ada satu obat luka yang bikin saya takjub dan ketika saya pulang ke Indonesia saya bawa. Tak hanya sekali membawanya, hampir setiap kali ke Malaysia pulangnya saya kerap membawa obat tersebut. Meski saya kerap membawanya, jangan salah kalau di awal melihat obat tersebut saya pernah underestimate. Kenapa? Karena baunya nggak enak! Ahahaha.

Minyak gamat waktu di Malaysia
Ini penampakan minyak gamat waktu di Malaysia


Obat apakah itu? Namanya minyak gamat.

Dulu heran, kenapa di rumah Ibu majikan banyak sampai berlusin-lusin minyak gamat. Baca kegunaannya saya nggak percaya, masa iya bisa nyembuhin luka bakar segala padahal cuma gitu doang. Selain luka bakar juga bisa meringkankan masuk angin dan entah apa lagi saya sudah lupa. udah hilang semua bekas-bekas wadah minyak gamat itu.

Saya mulai terbuka pikirannya mengenai kegunaan minyak gamat itu waktu tiba-tiba jari kena pisau saat memotong bawang. Darah mengucur deras, saya langsung mencucinya sambil perut mules². Takut darah oei... Hahahhaha.

Abah yang waktu itu ada di dapur bilang, "Eli, jangan dicuci tangannya. Tunggu sebentar." Sambil berlari ke kamar. Saya pikir mau ngapain. Rupanya Abah ngambil minyak gamat dan mengulurkannya ke saya. Awalnya, saya geli. Masak diobatin minyak ginian pikir saya.


Tapi demi melihat darah yang tak berhenti juga, saya membuka botol obat dan membubuhkan minyak ke bekas luka yang terkena pisau. Dan... Alhamdulillah darah langsung berenti. Alahai, jadi malu pula dengan obat tersebut. Jadi, sejak saat itu saya kerap membawa ke mana pun minyak gamat. Bahkan ketika pulang ke Indonesia.

Waktu sudah di Indonesia, saya begitu irit menggunakan minyak gamat tersebut karena susah nyarinya. Lah wong selama ini nggak pernah lihat keberadaannya di Indonesia. Tapi ini karena pengetahuan saya aja yang terbatas, sih. Ehehehe... Ndilalahnya, Ibu saya juga cocok menggunakan minyak tersebut untuk kaki pecah-pecah. Ada sekali waktu ketika persediaan minyak tersebut sudah begitu menipis, kami membagi dua dengan saksama karena saya lebih sering tinggal di Jakarta. Alhamdulillahnya, setelah itu waktu saya ke Malaysia pulangnya dibawain minyak gamat banyak. Hehehehe... 

Kalau saya seringnya pakai untuk obat luka, rupanya Ibu sering ngolesin di ujung telapak kakinya yang pecah-pecah. Rupanya itu juga sangat ampuh. Telapak kaki ibu berangsur membaik.

Belum lama ini, kakak saya terkena air panas di tangan. Betul-betul baru angkat dari kompor. Sempat bingung waktu dengar kakak teriak-teriak, saya pikir becanda. Rupanya tangannya sudah melepuh. Dia langsung mengucur tangannya dengan air di keran. Ia juga menyuruh saya mengambil jelly gamat yang ada di lemari. Sempat lama karena saya terburu-buru dan khawatir lihat kondisi tangan Kakak. Setelah disiram dengan air yang mengalir dalam waktu yang cukup lama, Kakak langsung mengolesi tangannya dengan jeli gamat.

Besoknya, dia cerita kalau semalaman merasakan sakit tak terkira dan jeli gamat satu pack yang masih oenuh itu habis tak bersisa. Bekas-bekas air panas yang sudah dibubuhi minyak gamat tak berbekas. Tapi luka yang tersiram air begitu banyak tetap menjadi hitam legam. Sekarang sudah membaik tentu saja. Alhamdulillah....

Dan jeli gamat di atas, saya baru tahu penampakannya setelah sekian lama di Indonesia dan fungsinya pun tak hanya sebagai obat oles saja. Ada jeli gamat yang diminum dengan fungsi lebih bermacam-macam lagi. Tentunya ini setelah dioah dengan tekhnologi dan aman untuk dikonsumsi. Tak melulu hanya untuk luka bakar atau luka terkena pisau. Ianya bisa meningkatkan daya tahan tubuh, meredakan gangguan sakit lambung, mempercepat penyembuhan luka pada penyakit diabetes serta menghilangkan luka pada kulit gangren. Barangkali, jeli gamat bisa menjadi perantara penyembuhan sakit yang saya atau siapa pun alamai.



Oleh-oleh Pasundan ada di Banten? Eh, ini gimana ceritanya? Emang di banten sudah nggak ada oleh-oleh ciri khas lagi? Selow, selow... Banten dengan segala keunikannya itu tetaplah memiliki ciri khas oleh-oleh. ^_^

Minggu, 26 Juli 2020 bertempat di Jl. Raya Serang Jakarta KM. 4, Ruko Milenium No. 10 Kel. Penancangan-Serang telah dibuak salah satu store terbaru Siliwangi Bolu Kukus (SBK). Pembukaan store ini merupakan yang ke lima, setelah sebelumnya ada di Bogor, Cibinong (ada dua tempat lupa nama tepatnya) dan Bandung.

Selama ini hanya melihat cuitan kawan-kawan bloger yang kerap mengabarkan pembukaan store di beberapa tempat sebelumnya. Penasaran melihat keramaian saat pembukaan dan penasaran juga ingin mencoba rasanya.

Siliwangi, merupakan nama khas dari Bumi Pasundan. Kenapa Banten dijadikan target pembukaan store padahal dia nggak masuk Jawa Barat? Jawabannya ya sederhana, karena Banten dalam salasilah sejarahnya merupakan Bumi Pasundan. Eh, sebagai orang Banten yang nyasar, sebelumnya saya nggak kepikir ke situ. Ini setelah dikasih tahu Bang Aswi jadi ngeh tentang Bumi Pasundan dan Banten. 

Terbaiklah... Kayaknya bisa abis satu sendirian. hehehehe


Kembali ke SBK, seperti lazimnya pembukaan store sebelumnya yang dilakukan oleh pihak SBK, saat ceremonial pembukaan di Serang pun kembali diberlakukan promo. Di mana produk dibundling dengan harga Rp. 30.000 saja mendapatkan tiga varian rasa yang berbeda. Padahal, dalam harga normal SBK dijual dengan harga Rp. 27.500 per/item. Lalu bagaimana proses pembukaan di masa pandemi?

Alhamdulillah semua berjalan lancar. Dengan mengeluarkan 1000 kupon di mana dibagi dua sesi, semuanya ludes tak lebih dari dua jam. Pukul sembilan kurang sekian, ketika kami sampai di depan ruko SBK yang baru antrean sudah mengular. Padahal, pembelian baru bisa dilakukan pada pukul 10 pagi. Protokol kesehatan dijaga dengan ketat. Desainfektan, tempat cuci tangan sudah disediakan oleh panitia. Dan pembeli pun diwajibkan menggunakan masker. Sebelum mengambil kupon, pembeli sudah dipastikan dalam keadaan bersih oleh petugas. 

Calon pembeli bisa juga menikmati potongan-potongan sajian yang sudah dihidangkan oleh panitia.

Tepat pukul sepuluh pagi, transaksi jual beli boleh dilakukan. Wow! Beruntungnya, panitia memiliki aturan bahwa satu orang, hanya bisa mendapatkan satu kupon. Kalau enggak, wah... bakalan diborong oleh beberapa orang saja itu, mah. Owh ya, di pembukaan store di Serang Minggu lalu, juga diluncurkan dua rasa varian baru dari SBK. Martabak kacang dan talas oren. 



Sebelumnya, sudah ada berapa varian rasa? 12 varian rasa! Waw! Mengambil sejarah dari muasal Bumi Pasundan, maka berbagai rasa yang tersedia pun kental dengan kearifan lokal. Lihat saja, Susu Lembang, Strowberi Ciwidey, Kopi Bogor, Ubi Cilembu, Alpukat Mentega, Talas Bogor, Brwnies Coklat, Ketan Kelapa. Nama-nama yang diambil tentu saja bahan bakunya ada di Jawa Barat semua. Meski ada juga rasa Kurma Ajwa, tapi ianya tak menghilangkan sisi kental Bumi Pasundan.

Bagaimana dengan rasa baru? Hmmm... Ini sungguh saya merasa sedikit berdosa, karena sebelumnya mengira rasa martabak ini nggak enak. Seriusan... Saya pikir yang paling enak itu rasa alpukat mentega. Tapi rupanya rasa martabak kacang sungguh juwara! Muehehehe... ini beneran, yaks ^_^

Kalau kita masuk ke dalam toko SBK, di dalam itu tentu saja nggak cuma menjual bolu saja. Tapi ada banyak varian makanan yang tersedia. Dari sambal bawang, batagor, keripik dan sebagainya. Makanan-makanan tersebut diambil dari produk UKM di area Jabar. Sampai dengan pembukaan kemarin, produk UKM yang berasal dari Banten tentus aja belum ada. Tapi, saya yakin kalau kelak akan ada. Prinsip dari pengembangan SBK adalah maju bersama, jadi satu sama lain harus saling mendukung.

Pabrik atau pembuatan bolu hanya tersedia di kota Bogor saja. Kalau melihat jumlah produksi SBK, ianya banyak sekali. Apalagi kalau lagi promo. Menurut bang Aswi, terpusatnya produksi demi menjaga kualitas rasa tetap terjaga. Kalau dipikir, iya juga, sih. Mungkin, kalau ada pabriknya di Serang, rasanya akan sedikit berubah. Selain itu juga, modal produksi akan semakin embengkak. Karena tentu saja, besar di pembelian alat dan sebagainya. 

Owh ya, kalau lihat di semua pembukaan store SBK, hampir semuanya mengular. Yang menarik, saat ada store baru dibuka dan diadakan promo, maka store lain pun akan diadakan promo yangs ama juga. Menariks ekali cara marketing mereka.

Review tentang bolunya...

Nggak usah ditanyalah, lembut dan nggak ambyar. Yang bikin berantakan itu kejunya aja hehehe. Kakak saya, suka banget dengan yang martabak kacang. Bahkan, di hari kedua promo beli dua dapat tiga, kakak kembali nitip dengan kawan.




Sulit? Sulit gimana? 

Dulu, waktu pertama kali datang ke Malaysia satu hal yang membuat saya penasaran adalah perihal bahasa. Dalam kultur sejarah, kita tentunya sama-sama menggunakan bahasa  yang sama. Melayu. Tapi nyatanya, bahasa melayu yang saya temui amat sangat jauh berbeda dengan bahasa Indonesia. 

Bertemu dengan banyak orang Malaysia membuka wawasan saya kalau sebenarnya muasal bahasa Melayu itu dari Riau. Pertama kali dengar ini kaget. Entah pengetahuan saya yang sempit, atau wawasan saya yang tak luas, tapi saya tahu sejarah ini yah pas ngobrol sama orang KBRI, orang Malaysia dan kang Isjet dari Kompasiana. Waktu itu penasaran. Saya sempat baca artikel entah di mana yang sayangnya saya lupa, dalam perjalanannya ada banyak perkembangan dari bahasa Melayu. Di mana bahasa Indonesia sendiri paling banyak mengalami perubahan dari bahasa Melayu asli.

Kalau melihat orang Brunei, Malaysia dan Singapura ngomong Melayu itu masih ada persamaannya. Nah, coba lihat kalau bahasa Indonesia. Jauh banget eui!
Kembali menilik tentang muasal bahasa melayu, kalau lihat di wikipedia, saya menemukan catatan ini, 


Tanah Asal-Usul Penutur Bahasa Melayu

Catatan tertulis pertama dalam bahasa Melayu ditemukan di pesisir tenggara Pulau Sumatra, di wilayah yang sekarang dianggap sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya. Istilah "Melayu" sendiri berasal dari Kerajaan Minanga (Malayu) yang bertempat di Kabupaten Kampar, Riau.

Sejarahnya juga bukan hanya empat negara saja yang menggunakan bahasa melayu. Karena ada Thailand Selatan, Filipina, Myanmar dan sebagainya. Kalau bahas dan belajar lagi rupanya banyak banget ini jenis-jenis bahasa melayu. Ini mau bahas kesulitan saya aja yang kadang dibuat bingung dengan bahasa Indonesia dan Malaysia. Eh, dulu ngomong-ngomong waktu saya kecil kalau bilang bahasa Indonesia itu melayu. 

"Eh, si Fulan itu ngomongnya cara melayu, ya."

"Si Fulanah bisa ngomong cara melayu, ya."

Kalimat-kalimat tersebut biasanya dilontarkan untuk orang-orang yang baru pulang dari Jakarta. 

Pertama kali tinggal di Malaysia saya puyeng lihat dan dengar orang bacain berita. Jenayah, disabitkan, terbabit, rasuah dan sebagainya terdengar sangat awam di telinga. Demi mengobati rasa penasaran akhirnya saya mulai mencari referensi bacaan buat memperkaya kosa kata.

Membaca Majalah Remaja

Ada beberapa majalah yang saya baca. Pertama tentu saja majalah remaja. Penasaran baca majalah ini soale biar tahu gimana bahasa rojak (bahasa gaul) yang dipakai oleh para remaja Malaysia. Ada juga majalah Wanita. Majalah ini terkenal banget di sana. Ada juga majalah lainnya yang saya lupa apa namanya. Yang paling saya ingat ada satu majalah. Namanya majalah I. Isinya keren banget. Informatif dan kaya akan isi pengetahuan umum dan agama. Saya kenal majalah ini dari Bang Hasif, sampai kemudian saya berlanganan sendiri. Ada juga majalah Dewan Bahasa dan Pustaka. Isinya tentu saja perkembangan dunia sastra Malaysia. Di Indonesia, kayak majalah Horisonlah. Tahun 2006, dunia digital belum begitu riuh. Jadi penjualan majalah masih bagus.

Baca Surat Kabar

Abah, kalau beli surat kabar itu sehari bisa tiga jenis. Harian Metro, Berita Harian dan Utusan Malaysia. Nggak cuma Abah, anak-anaknya juga rajin beli surat kabar. Nah, kalau baca surat kabar ini demi mengikuti perkembangan politik dan berita-berita terbaru di sana waktu itu. Balik lagi, ya... Tahun 2006-2012 dunia digital belum seperti sekarang ini.

Baca Buku-buku Melayu

Bersyukurnya, waktu pertama kali saya datang ke rumah Ibu tidurnya itu di ruangan buku. Kayaknya itu ruangan udah lama nggak dipakai. Saya pernah sampai digigit tikus  bahahaha... Ini dulu pernah ditulis di blog. Tapi lupa entah di mana -_-. Besoknya langsung ke dokter :D.

Baca Novel Romantis

Helegh, kayaknya ini genre novel-novel Malaysia kebanyakan romatis. Ini sebenernya punya anak-anak Ibu. Jadi saya numpang baca aja. Awal baca novel itu sebenernya saya banyak nggak paham bahasanya. Ada kalimat degil, comel, alang-alang, kantoi dan banyak lagi. Meski nggak paham, saya paksain baca aja. Dan novel-novel ini pula yang sering dibaca waktu saya baru datang setelah majalah remaja. Apa dengan membaca novel dan majalah remaja saya paham bahasa Melayu? Tentu saja tidak, Maemunah... Biasanya usai baca buku malam-malam, esoknya akan ada banyak pertanyaan kayak gini.

"Ibu, alang-alang itu apa?" Saya kan pas baca ngebayanginnya tumbuhan, rumput liar yang bisa buat foto-foto. Hahahaha...

"Alang alang, dah basah mandi sekali." Aik... Macam pelik aja bunyi.

"Maksudnya gimana?"

"Yah awak tu, kalau dah basah. Baik mandi sekali. Tak paham?" Oik. Saya diam. Mikir lama. Tapi nggak paham juga. 

"Alang-alang itu kalau bahasa Indonesia terlanjur. Macam kamu, semisal udah basah bajunya. Udah mandi aja sekalian." Amboi... Nasib baik ada Kak Ani. Orang Medan yang udah lama tinggal di Malaysia. Pahamlah saya. 

Atau lain hari, saya tanya soalan lain pula dengan Ibu.

"Ibu, degil itu apa?"

"Macam awaklah." Eh, ini bunyi macam lain aja. Di kepala saya degil itu artinya genit. Masa iya saya genit.

Cari punya cari tahu, degil itu artinya keras kepala, susah diatur. Kalau genit pula, di Malaysia gedik. Alahai...

Apakah dengan membaca bahasa malaysia dan lama tinggal di sana sudah cukup untuk memahami bahasa Melayu Malaysia? Ah! Tentu saja belum. Sungguh masih jauh panggang dari api. Lah piye, ini kerjaanku kalau pas ada translete narasi ke bahasa Melayu ternyata saya masih gagap -_-


"Barangsiapa yang berpuasa bulan Ramadan, kemudian diikuti dengan enam hari dari bulan Syawal, maka seperti puasa setahun." (HR. Muslim, 1164)

"Harusnya kan menghargai tuan rumah, minum kek dikit. Itu kan cara menghargai tuan rumah."

Saya diem aja denger kalimat yang jelas-jelas dilontarkan untuk diri yang memang tak menjamah apa pun sejak datang ke sebuah sambutan rumah terbuka hari raya. Lah gimana mau jamah makanan atau sekadar membatalkan dengan mencicip sedikit sajian yang dihidang tuan rumah, kalau saya lagi puasa bayar hutang. Bukan puasa sunnah syawal.

Pasca kejadian tersebut, saya selalu diungkit.

"Kan kamu bisa niat dobel sekalian. Niat puasa syawal dengan puasa bayar hutang. Apalagi kalau hari Senin atau Kamis, lagilah dobel-dobel pahala. Niat sunnah syawal, niat sunnah Senin/Kamis sama niat bayar hutang." Elah ndalah... Ini orang keukeuh aja ngebahas puasaku. Tentunya masih orang yang sama di atas.

"Kalau gitu, saya bisa dong salat digabung niatnya? Isya, tahajud, taubat dan sebagainya?"

"Yah nggak gitu juga."

"Lah, katanya boleh dobel niat dalam ibadah."

Entah apa jawabannya saya udah lupa. Kadang kalau inget ini saya kok nggak ada sopan-sopannya. Yang komplain ke saya itu orang tua soale. Tapi gimana, ya? Saya memang pernah dan sering diskak mat begini perihal puasa syawal dan bayar hutang.

Ini tentunya penyakit perempuan setelah baligh. Tiap Ramadan, pasti punya hutang. Bisa 6 hari, 7 hari, atau bahkan ada yang 12-15 hari. Biasanya yang gini di awal dapat haid dan mendekati lebaran pun dapat haid juga. Eh, tapi setelah baligh, saya ada sekali puasa tak batal sama sekali. Iya, sejak remaja haid saya memang nggak teratur. Heu...

Dulu, saat remaja saya pernah jadi orang yang jahil perihal puasa sunnah dan wajib ini. Nggak bisa mendahulukan yang wajib dan lebih sering mengerjakan yang sunnah. Sekali waktu, seorang teman marah di depanku gara-gara saya puasa sunnah arafah sementara saya masih ada hutang puasa Ramadan. 

"Orang, mah, hutang puasa dulu dibayar. Ini malah mentingin sunnah." Inget banget intonasi suara dan mimik mukanya. Waktu itu saya kesel banget. Ni anak kenapa rese banget, sih...?

Setelah itu, saya coba nyari referensi kesana kemari. Inget dulu pernah nanya dengan guru bahasa Arab. Jawabannya, yah kudu bayar hutang dulu. Baru diikuti puasa syawal. 

Waktu berlalu. Semakin menua, saya kerap bertemu berbagai manusia dengan ragam perbedaan. Ada yang memiliki pemahaman kalau puasa enam bisa dibarengi dengan bayar hutang. Bagi saya pribadi tak apa segala macam pemahaman dan keyakinan yang dipegang selagi tak mengusik keyakinan lainnya. Yah kayak orang di atas (ops).

Lagi pun salah satu syarat puasa sunnah bisa diniatkan setelah fajar. Beda dengan puasa wajib yang syarat wajib niatnya adalah sebelum fajar. Dulu, saya sering diskusi dengan salah seorang kawan tentang bab puasa sunnah syawal ini. 

Ada berbagai macam alasan dari orang-orang yang memiliki keyakinan kalau puasa sunnah bisa dibarengi dengan hutang puasa. Salah satunya, kalau hutang puasa banyak, kapan mau puasa syawalnya? Alahai... Kalau hal-hal gini masih saja jadi bahan telingkah, bukankah kita tahu kalau Allah itu begitu Pemurah? Siapa yang berhak memberi ganjaran ibarat puasa setahun  kalau kita menjalankan puasa sunnah syawal jika bukan Dia?

Karena bagi saya, yang terpenting bukan mana benar mana salah. Tapi siapa yang boleh lakukan itu dengan ikhlas hati. Dah mengata si A salah, si B tak betul tapi diri pun tak lakukan apa. Entah-entah puasa tahun lepas pun belum dibayar lagi. Eaaaa... dikeplak! Yang pasti, saya geng puasa bayar hutang dulu ^_^.

Mau nyalin hadis-hadis kon sungkan, ya... -_-
Mau nulis apa? Entahlah... Banyak banget yang pengen ditulis, banyak banget yang pengen diceritakan. Ini masuk bulan ke empat masa pandemi, dan tepat setahun saya nggak bekerja tetap setelah tahun lalu saya resign. Berderet cerita bisa ditulis kalau mau. Jatuh bangun menyemangati diri demi melihat usia yang mulai terkikis waktu. Entah satu hari, setahun, dua tahun atau berapa lagi nafas saya masih bisa menyatu dengan raga.

Pagi ini, bangun seperti biasa. Eh, nggak biasa juga karena agak siangan bangunnya setelah sebelumnya beberapa kali bangun tapi merem lagi. Kebetulan, memang lagi nggak salat. 

Dulu, saya sempat membuat kliping dengan tulisan, "Bacalah sebelum amalanmu yang ditulis dibacakan, dan tulislah sebelum amalanmu yang dibaca dituliskan." Eh, ini lupa-lupa ingat. Sepertinya quote ini dari Kang Abik. Kalimat tepatnya sudah lupa. Tulisan yang saya tempel di dinding itu jadi penyemangat kalau saya lagi malas baca dan nulis. Iya, saya pernah serajin itu.

Sudah tepat seminggu ini seorang teman yang baik hati memberikan pekerjaan ke saya. Di saat saya kelimpungan mencari pekerjaan kesana kemari, bahkan banyak ngikutin group lowongan kerja ART di mana-mana. Jangan ketawa... Saya memang kadang masih insecure dalam hal mencari pekerjaan. Saya selalu tak yakin dengan kemampuan diri bahwa saya bisa melakukan lebih baik dari apa yang saya kira. Dari sejak lebaran, saya sudah banyak menghubungi calon-calon majikan. Ketika mengenalkan diri, tentu saja saya tak menggunakan nama Anazkia. 

Dalam keadaan mendesak seperti ini saya harus bisa segera mengambil keputusan. Saya nggak tahu pandemi ini kapan akan berhenti. Saya harus realistis, ada cicilan rumah yang harus dibayar. Jadi, saya harus bekerja apa saja. Eh, buat yang anti riba nggak usah ceramahin, ya... Hehehehe. 

Kamis lalu, saat seorang teman mengirim direct messege di twitter meminta bantuan, saya sempat curiga. Jangan-jangan akunnya diambil alih orang. Ternyata, teman tersebut meminta bantuan saya untuk menerjemahkan sebuah tele drama ke dalam bahasa Malaysia. Lalu saya? Saya kayak ditampar-tampar. Antara malu, sedih dan terharu. Teringat deretan-deretan chat saya kepada banyak orang yang menanyakan pekerjaan. Tapi Allah memberi saya pekerjaan dari tempat yang sungguh tak dijangkakan. Aduhai, Allah, ampuni saya. 

Owh ya, orang-orang yang saya whatsapp menanyakan pekerjaan semuanya ada di Jakarta. Sementara saya belum berani ke Jakarta.


Ini hanya satu dari sekian banyak chat yang saya kirim ke orang-orang yang butuh ART 


Pejam celik, pejam celik, nggak nyangka ini tahun ke tiga belas saya corat coret di blog ini. Eya Salam... beneran nggak nyangka. Tadi sampai ngitung pakai kalkulator dari tahun 2007 sampai 2020 itu berapa tahun. Soale pas ngitung sendiri pakai tangan kok nggak percaya pas udah sampai ke angka 10 tahun. Masak iya saya ngeblog udah selama itu? Tua amat? Trus, masih gini-gini aja juga. Bahahahaha (dikeplak kanan kiri!).

Jadi ingin mengimbas masa lalu sejak pertama kali blog ini dibuat. Dulu, blog ini dibuatin sama teman. Namanya Arwani. Teman ini saya kenali melalui yahoo messenger (YM). Tuwa banget, kan? Arwani waktu itu lagi kuliah di Al Azhar. Sementara saya bekerja di Malaysia. Bikin blog itu awalnya iseng-iseng aja karena lihat di milis ada orang yang sering share tulisannya dari blog. Tuh, pada kenal milis, nggak? Behehehehe...

Adalah Pak Agus Syafii, beliau yang kerap membagikan tulisan-tulisan ringannya di blog melalui milis (era muslim kalau nggak salah inget). Saya penasaran, gimana caranya bisa nulis di blog. Sampai kemudian saya nanya beliau lewat SMS. Jawaban beliau, katanya saya juga bisa bikin blog dan bisa nulis di sana. Hayah terus aku mbatin, "Gimana saya bisa nulis di blog kalau bikinnya saja nggak bisa?"

Atas kegelisahan itulah akhirnya saya menghubungi Arwani. Saya mengutarakan niat kalau pengen punya blog. Ditanya apa alamatnya, saya bilang samain aja dengan email, anazkia. Jadilah saat itu blog anazkia dot blogspot dot com. Nasibnya, saya ini begitu gaptek. Lah wong setelah dikasih user dan password mau log ini aja nggak bisa. Ahahahaha... Dulu sampai nangis belajarnya, sekarang kalau inget ketawa-ketawa aja. Beberapa tulisan di awal blog ini juga hasil coretannya.

Tiga belas tahun berlalu...

Hampir 80% teman-teman yang dulu aktif ngeblog sudah nggak aktif lagi. Dulu, saya rajin banget nulis di blog ini. Tak hanya ini, saya juga nulis di Multiply dan Kompasiana. Tentunya dengan tulisan yang berbeda-beda. Salah satu niat utama saya bikin blog biar bisa nulis dan dibaca keluarga. Nggak tahunya, ada banyak dapat kawan dari mana-mana. Ini jadi hikmah tersendiri dan jadi rezeki terbesar dalam hidup saya tentu saja. 

Meski sudah tiga belas tahun ngeblog, saya tetaplah manusia konservatif yang enggan sekali mengikuti perkembangan zaman digital. Hyah piye, bayangkan betapa begitu cepat tekhnologi ini berubah. Ia tak hanya berlari, tapi melesat. Meninggalkan siapa saja yang tak mengikuti perkembangannya. Dunia blog yang dulu hanya cuma-cuma dan riang-riang saja siapa sangka kini ada cuannya. Ngeblog yang dulu cuma dapat award aja seneng, sekarang berubah jadi kalau ada job review tambah dobel senengnya. 

Tak ingkar, saya pun banyak terbantu penghasilannya dari blog. Tapi dikarenakan saya ini manusia yang enggan mengikuti perubahan, tentu saja saya tertinggal jauh. Sangat jauh. Tapi saya tak kisah sangat. Nah, kelihatan banget kalau gini, orang macam saya tak akan bisa ngikutin ritme perkembangan digital. Jadi, saya nggak heran kalau ketinggalan. Segala jenis teori ngeblog enggan sekali saya ikuti. Selalu bodo amat dengan segala tutorial. Lah, kalau gini gimana mau berkembang? Bahahahaha...

Ah! Tak apa.
Saya kangen nulis di blog kaya dulu. Nulis hal remeh temeh tanpa mikir ini nanti bakalan dibaca orang atau enggak. Pengen kembali ke khitah tagline, "Karena hanya tulisan yang saya tinggalkan." Ya, cuma pengen itu aja. Tapi, takutnya saya ingkar janji dengan diri sendiri. Lagi. dan lagi...




Awal Maret 2020, menjadi sejarah panjang bagi masyarakat Indonesia. Tak terkecuali saya. Diumumkannya dua suspek covid-19 yang berasal dari Depok ini seolah menjadi cerita pembuka tentang keadaan yang tak baik-baik saja yang entah kapan berakhirnya. Bulan Maret, saya berada di Cikampek. Ya, sejak Januari 2020, saya tinggal di Cikampek untuk bekerja juga belajar membuat berbagai macam jenis kue. Pasca diumumkannya dua suspek di Depok, saya sempat ke Jakarta sekali. Setelah itu, saya betul-betul berdiam diri di Cikampek.

Lalu lalang berita dengan berbagai macam cerita mulai muncul di linikala. Semua berkejar-kejaran menjadi yang utama. Media sosial dipenuhi dengan segala unggahan tentang corona. Sesekali, timbul rasa takut. Tapi acap kali saya tepis. Teringat tulisan dari ketua RT perumahan Studio Alam Indah (SAI) Depok (di mana suspek pertama tinggal) bagaimana tulisan-tulisan netizen yang lalu lalang mengganggu kondisi psikologis mereka, bagaimana media mengeksploitasi warga sekitar di sekitar perumahan, baik yang datang langsung mau pun yang ditulis di laman berita.

Hari berlalu. Satu demi satu kabar orang yang terkena covid semakin banyak. Bahkan, korban yang meninggal pun jumlahnya melesat melebihi Malaysia yang sebelumnya mereka terkena lebih dahulu. Kondisi psikis mulai berubah. Saya menghindari membaca berita mengenai covid, kesibukan membuat segala macam kue membuat saya sedikit "lupa" jika keadaan sedang tidak baik-baik saja. Selama di Cikampek, saya nggak pernah kemana-mana. Paling hanya ke warung sesekali untuk membeli bahan pokok. Itu pun dengan wanti-wanti diri selalu jaga jarak, cuci tangan dan menjaga kebersihan badan. Saat itu, kebiasaan menggunakan masker belum begitu didengungkan. Masker, hanya untuk orang yang sakit. Begitu menurut mentri kesehatan juga WHO.

Waktu berjalan dengan cepat, sangat cepat. 2020 betul-betul menjadi cerita yang akan selalu diingat. Saya mulai khawatir tidak akan bisa pulang ke Citayam mau pun ke Serang. Saya sama sekai tak berani menaiki kendaraan umum. Membayangkan perjalanan dengan naik kereta api dari Cikampek, lalu commuterline menuju Citayam membuat saya begitu seram. Tiba-tiba semua menjadi "musuh", semua dicurigai bahkan badan sendiri.

menjelang akhir Maret, Kakak meminta saya pulang. Dia khawatir nanti saya terjebak di Cikampek nggak bisa ke mana-mana. Mulanya saya menolak, tak apa sampai pandemi berakhir saya nggak pulang ke Serang. Tapi kakak bersikeras, dan bilang kalau dia yang akan menjemput. Akhirnya, saya mengiyakan tawaran Kakak.

Sebulan yang lalu, Kakak menjemput saya ke Cikampek. Perjalanan Serang-Cikampek yang biasanya lima jam-an, hanya ditempuh dua jam lebih. Melewati Jakarta, jalanan lengang. Ada yang berembun ketika melewati jalan-jalan yang biasanya sesak oleh kendaraan kali itu begitu sepi. Sedih... Saya terdiam sepanjang jalan, merapal doa semoga pandemi lekas berlalu. 

Karena ada keperluan, kami singgah di Cilegon. Ternyata, Cilegon masih ramai. Orang lalu lalang tanpa menggunakan masker. Melihat itu semua, saya setres. Tapi di satu sisi saya juga memahami bahwa masih banyak orang yang keluar memang untuk mencari kebutuhan hidup. Semoga yang keluar itu memang berkepentingan untuk keluar, bukan sekadar untuk nongkrong nggak ada keperluan. 

Apa yang dilakukan setelah saya berada di rumah?

1. Karantina Mandiri

Tahu diri karena dari luar kota dan melewati Jakarta meski nggak turun kendaraan, saya melakukan isolasi mandiri dengan tidak keluar rumah dan membatasi interaksi dengan keluarga. Meski saya sehat, tapi kekhawatiran menjadi carier itu membayangi diri. Sebelumnya, saya kerap mencari referensi bacaan mengenai apa dan bagaimana kalau orang dari lain kota.

Owh ya, di Halodoc, ternyata bisa test virus corona secara online. Pertanyaannya simpel-simpel  aja, seperti yang kita tahu selama ini. Kalau penasaran, bisa download aplikasinya ^_^



tes ini bisa dilakukan di aplikasi halodoc


2. Belajar Membuat Kue

Demi mengimplementasikan apa yang sudah dipelajari di Cikampek, selama karantina diri saya mulai belajar membuat beberapa kue. Dari donat, bolu, brownies dan roti goreng. Itu aja, sih yang baru dipraktekin. Tentunya, dengan menggunakan alat yang ada. Karena di rumah pastinya berbeda peralatan dengan yang ada di Cikampek  hehehehe...

Asli, buatan sendiri pake tangan (helegh, sombong) hehehehe


3. Senantiasa berpikir Positif

Ya, di masa pandemi seperti ini, pikiran-pikiran buruk apa berkelebat. tak hanya memikirkan diri sendiri, tapi juga kehidupan sosial secara umum. Tak jarang, kepala ini dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan, 'kalau sudah nggak ada uang beredar nanti gimana? Saya sebentar lagi gimana, trus orang-orang yang lain, yang keadaannya jauh lebih susah dari saya gimana?". Pertanyaan-pertanyaan seperti itu kerap menghantui. Jalan satu-satunya adalah selalu berpikir positif dan menggantungkan sepenuhnya ketentuan dengan Allah. Dalam keadaan seperti ini, kadang saya sadar sesadar-sadarnya jika saya adalah manusia yang lemah. Ikhtiar, tawakal adalah jalan terbaik saat ini. Pun saling memberikan doa dan kekuatan satu sama lain.

4. Berbagi untuk Menempa Diri

Inilah keadaan di mana kekurangan saya hari ini, saya usahakan masih bisa melakukan hal-hal yang biasa dilakukan sebelumnya. Berbagi nasi dengan uang seadanya, lalu ada donasi dari teman lainnya. Sedangkan donasi sembako, saya hanya sebagai penyalur saja. Karena donaturnya adalah Mbak Melanie Subono. 


Kalau biasanya berbagi nasi makannya beli, kemarin masak sendiri


Isi sembako


"Halo, Kak. Masih di kantor, nggak?."

"Masih, Kanaz. Ini mau pulang."

"Ok, aku sama Adi mampir ke kantor, ya. Ini lagi ngider bernas."

Rabu, 22 April 2020 saya dan Adi berencana berbagi nasi di sepanjang jalan Cilegon. Bermodalkan uang Rp. 250.000 hasil donasi, saya inisiatif buat masak sendiri. Tentunya dibantuin kakak. Jadilah 28 bungkus nasi dengan lauk ayam goreng tepung dan tumis kacang panjang dan tempe. Sementara Adi membawa 15 bungkus nasi hasil masak sendiri juga donasi dari tetangganya. Kami membuat temu janji di masjid agung Cilegon selepas ashar. Selain dengan Adi, saya juga janjian dengan Isna. Selagi Isna belum sampai dan kami mulai ngider, tiba-tiba teringat Kak Magda dan kami berniat singgah di kantornya. Tupperware Cilegon. Sebuah markas tak resmi yang kerap kami jadikan tempat ngumpul ketika keadaan sedang baik-baik saja. 

Rp. 250.000 menghasilkan 28 bungkus nasi. Yang Adi bawa nggak sempat motret. Terima kasih, donatur...


Sampai di Tupperware, rupanya sudah ada Kak Dita. Tak lama  kemudian muncullah Ijal. Setelah Ijal menampakan diri, Isna pun sampai di depan kami. Alahai... Pertemuan yang tak direncanakan ini tiba-tiba terjadi. 

Pertemuan yang tak direncanakan


Sebelum berangkat ke Cilegon, Kak Dita mengabarkan ke saya kalau paket sembako dari Jakarta yang akan dibagikan sudah sampai. Ya, beberapa hari sebelumnya Kak Dita memberitahu kalau akan membagikan donasi sembako dari teman-teman komunitas womanmarch dengan target perempuan sebagai penyangga kebutuhan. Mumpung ketemu, mumpung sembako juga sudah sampai akhirnya kami sepakat membagikan malam itu juga ke beberapa tempat. Sembako ada di rumah Kak Magda, jadilah menjelang maghrib kami menuju rumah Kak Magda.

Nasi yang dibawa oleh saya dan Adi belum habis terbagi. Isna menambahkan beberapa bungkus tahu melet produksinya. Di rumah Kak Magda, puluhan kardus sudah berjejer rapih. Seusai solat maghrib, kami mendiskusikan kemana saja paket tersebut akan dibagikan. Tak ada yang kebetulan... Selama covid ini kami memang jarang sekali ketemu kecuali untuk urusan-urusan pekerjaan (ngambil barang dan antar barang jualan). 

Jika sebelumnya saya mengajukan tiga tempat, malam itu saya menambahkan lagi jumlah penerima donasi. Owh ya, beberapa hari yang lalu Kak Dita udah whatsapp Adi, menanyakan kebutuhan warga di dekat kampungnya. Tapi dikarenakan hapenya Adi rusak, komunikasi itu tak pernah berbalas. Jadilah malam itu Adi sibuk berkoordinasi dengan ketua RT di kampungnya. Tak lama kami duduk, Cholis datang dengan temannya. Kalau dengan Cholis, sepertinya Kak Dita sudah berkoordinasi. Kak Dita kembali memperbarui data kepada siapa saja donasi akan disalurkan. Adi sibuk bertelpon dengan pak rt, saya pun sibuk bertelpon menanyakan dan memastikan siapa saja yang layak mendapakan bantuan.

"Loh, kalau ngomongin terdampak, saya juga terdampak."

"Lah, saya juga. Nggak kerja ini."

Ngomongin layak nggak layak, kami semua jadi berkelakar. Sampai kemudian orang yang paling bisa dipercaya di antara kami nyeletuk, "Layak tak layak, dalam kondisi seperti inilah mental kita diuji." Itu merupakan sabda pandita dari Kak Magda, orang yang paling bisa dipercaya di antara kami selain percaya kepada Pemilik alam semesta.

Teringat chat sehari sebelumnya dengan Adi. Mulanya, saya mengajak Adi berbagi nasi hari Selasa. Tapi Adi bilang besok saja. Rabu, 22 April 2020 rupanya ada rezeki lain yang menemani kami. Selesai memperbarui data, kami semua bergerak mengeluarkan paket sembako, memasukannya ke dalam mobil Kak Magda dan Adi juga ke motor Cholis. Kami beranjak meninggalkan rumah Kak Magda, menuju Kebon Dalem sambil melanjutkan berbagi nasi di sepanjang jalan Cilegon.

Karena malam hari dan mendadak, ada keharuan dari wajah-wajah penerima donasi. Salah seorang penerima manfaat yang saya temui suaranya tercekat di tenggorokan, memegang tangan saya "Saya nggak tahu mau ngomong apa." Ucapnya sambil terbata-bata. Target pemberian donasi ini adalah untuk para perempuan tulang punggung keluarga yang terdampak covid. Teruntuk Kak Dita dan Kak Magda, terima kasih atas perantara kebaikannya. Donasi ini, menurut Kak Dita adalah kepanjangan tangan dari Mbak Melanie Subono (Rumah Harapan Melanie) dan Mbak Oli (mohon maaf jika salah nama). Semoga berkah untuk semuanya... Kok kardusnya Sido Muncul semua? Bisa jadi, ini adalah donasi dari CSR mereka. 

Untuk Adi, Isna dan Bella, terima kasih juga atas donasi berbagi nasinya ^_^


Semangat, Cholis!Itu rambut gondrong amat hahahaha

Kata Kak Magda berat banget. Kata aku dan isna B aja (maklum, tenaga kuli) Hahahhhahaha

Istrinya Adi, yang ninggali baby di rumah ^_^


Sumber foto, Adi Caesario official (picasa)



Rumah Sakit Mitra Keluarga merupakan salah satu pilihan tempat yang memberikan layanan kesehatan untuk masyarakat. Tidak hanya melayani di kota besar, tetapi rumah sakit ini juga mempunyai banyak cabang yang ada di daerah. Seperti misalnya ada Rumah Sakit Mitra Keluarga Waru yang ada di Sidoarjo. Rumah Sakit ini mempunyai alamat lengkap di Jalan Jenderal S Parman Nomer 8, Krajan Kulon, Waru, Kabupaten Sidoarjo. Rumah sakit ini juga menawarkan fasilitas kesehatan yang lengkap termasuk untuk dapat membuat janji dengan dokter. Anda bisa untuk menentukan dan mengatur konsultasi yang dibutuhkan dengan cara buat janji dengan mengetahui jadwal dokter Mitra Keluarga Waru.

Pada umumnya untuk mengetahui jadwal dokter juga sangat mudah. Dimana Anda bisa untuk melihat jadwal dokter tersebut yang ada di website rumah sakit masing-masing. Maka dalam hal ini Anda bisa untuk melihat jadwal dokter ada di Rumah Sakit Mitra Keluarga yang ada di Waru Sidoarjo. Anda bisa untuk melihat jadwal tersebut di website Rumah Sakit Mitra Keluarga Pusat kemudian memilih cabang rumah sakit Waru. Setelah itu Anda juga perlu untuk mengisi beberapa hal yang dapat untuk melihat jadwal dokter yang Anda inginkan dan juga bisa untuk buat janji pertemuan dengan dokter.

Adapun untuk membuat janji dari jadwal dokter adalah dengan mengisi berbagai hal berikut ini:

  1. Pertama adalah dengan memilih waktu untuk berkonsultasi. Dalam ini Anda harus memilih tanggal, bulan, dan tahun yang diinginkan untuk berkonsultasi. Sehingga dengan mengisi waktunya maka akan dapat memperlihatkan jadwal dokter yang sesuai dengan jadwal Anda.
  2. Selanjutnya adalah memilih poliklinik yang diinginkan karena banyak sekali layanan kesehatan yang ada di rumah sakit ini.
  3. Terakhir adalah dengan memilih dokter yang Anda inginkan untuk melihat jadwal dari dokter yang telah Anda pilih.

Beberapa hal di atas merupakan hal yang perlu diperhatikan ketika akan membuat janji dengan dokter yang ada di Rumah Sakit Mitra Keluarga Waru. Dari beberapa hal yang harus diperhatikan untuk buat janji tersebut, maka juga ada beberapa pertimbangan ketika Anda akan memilih konsultasi menggunakan jadwal dokter yang Anda inginkan. Misalnya untuk hal pertama yang perlu diperhatikan adalah dari kesesuaian jadwal dokter dengan jadwal Anda. Dokter pada umumnya akan ada setiap hari tetapi jam tertentu. Sehingga ketika akan memilih jadwal memang penting untuk yang detail yaitu dari hari dan juga jam untuk melakukan konsultasi.

Hal selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah dari jenis layanan yang akan didapatkan. Bagi Anda yang kurang mengetahui untuk bertemu dengan dokter spesialis apa maka bisa untuk bertemu dokter umum terlebih dahulu. Cara ini akan lebih efisien sehingga akan mendapatkan diagnosis yang lebih tepat karena nantinya apabila memerlukan pemeriksaan lainnya maka akan dirujuk dengan dokter spesialis yang lebih tepat dari dokter umum.

Hal ketiga ketika memperhatikan jadwal dokter Mitra Keluarga Waru adalah dengan memperhatikan jadwal dokter yang diinginkan. Apabila Anda telah pernah berkonsultasi dengan dokter sebelumnya maka bisa untuk memilih dokter yang sama ketika akan buat janji. Akan tetapi misalnya tidak menemukan jadwal yang tepat dengan dokter tersebut, maka Anda bisa untuk membuat janji dengan dokter lainnya dengan spesialis yang sama. Sehingga jadwal dokter tersebut dapat mengetahui jadwal dokter yang tersedia untuk waktu, spesialis, hari, dan jam yang Anda inginkan.





“Kalau nggak punya uang, planning keuangan hanya khayalan, Kak.”

Saya terdiam lama membaca komentar seorang teman di instagram sewaktu saya mengunggah gambar tentang PRUCinta. Bagi saya, yang pemahaman  literasi keuangnnya sangat minim, ketika mendengar tentang edukasi keuangan adalah sebuah ilmu baru yang membuat saya tergamam dan terdiam cukup lama. Apa kabar saya? Ke mana saja selama ini? 

Lalu teringat ketika bapak meninggal saat saya masih di SMA. Ibu, seorang diri berjuang membesarkan tiga anaknya. Kakak saya sudah menikah, jadilah ibu pontang panting membesarkan kami. Bapak, pulang ke pangkuan-Nya tanpa meninggalkan apa-apa. Kami, tentu saja bukanlah orang yang mengenal tentang literasi keuangan. Saat itu, bapak meninggal karena kecelakaan. Kabarnya, almarhum bapak mendapat santunan asuransi jiwa. Tapi, ndilalahnya ketika diurus asuransi itu tak didapatkan. Tak apa, hidup masih harus berjalan. 

Waktu berlalu. Beruntungnya, sejak kecil saya sudah terbiasa mandiri. Belajar hidup dengan mencari penghasilan sendiri. Meski berpenghasilan sejak kecil, bukan berarti saya pintar mengelola keuangan. Kalau ada pakai, nggak ada yah sudah. Ini seperti jadi momok tersendiri. Saya tak pernah memiliki dana cadagan. Pun dengan ibu saya.

Prudential, sebagai salah satu perusahaan asuransi besar di Indonesia pada hari Selasa 3 Maret 2020 mengeluarkan produk asuransi baru. PRUCinta syariah. PRUCinta merupakan produk asuransi jiwa syariah tradisional yang menyediakan perlindungan komperhensif selama 20 tahun masa kepesertaan terhadap risiko meninggal dunia dan meninggal dunia karena kecelakaan.

Menurut data Bapenas, kematian di Indonesia setiap tahunnya berjumlah 1,7 orang. Dan di tahun 2019 meningkat menjadi 1, 8 juta. Penyebab kematian masih dinominasi oleh penyakit tidak menular, 36%, penyakit menular 30% dan karena kecelakaan atau  bencana alam berjumlah 11%. Data dari kepolisian, data meninggal 3 orang setiap jam karena kecelakaan. Hal ini diungkapkan oleh Nini Sumohandoyo, selaku Goverment Relations and Community Invesment Director Prudential Indonesia. Ia juga menambahkan jika kecelakaan yang terjadi itu bukan hanya di jalan raya, tapi juga di rumah atau di tempat-tempat yang tak pernah diduga.

Seperti cerita saya di atas, bahwa kesadaran masyarakat mengenai perlindungan jiwa masih sangat rendah. Data dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia ( AAJI) menunjukkan bahwa pada 2019 tingkat penetrasi asuransi jiwa di Indonesia baru mencapai 1,2% dibandingkan total Produk Domestik Bruto(PDB). Angka ini masih tertinggal dari negara-negara Asia lainnyaseperti Korea Selatan (8,4%), Jepang (6,2%)dan Tiongkok (2,8%).





Dalam pemaparan yang disampaikan oleh HimawanPurnama selaku Head of Product Development Prudential Indonesia, "Berbagai pakar finansial menyarankan bahwa tiap keluarga perlu menyiapkan dana darurat untuk kondisi mendesak dan dan tak terduga, seperti meninggalnya sumber penghasilan utama. Dana ini harus dengan mudah dicairkan dan mencakup minimal total pendapatan rumah tangga selama satu tahun demi melindungi ketahanan keuangan keluarga yang ditinggalkan, PRUCinta, memberikan manfaat santunan meninggal dunia dari Dana Tabarru yang lebih optimal selama 20 tahun dengan pembayaran kontribusi selama selama 10 tahun."

Mendengar uraiannya. Saya terdiam cukup lama. Tentunya ada banyak hal kenapadi  masyarakat kita masih sangat rendah pemahaman literasi keuangannya. Benar komentar teman saya di atas, kalau nggak ada uangnya, yah apa mau diasuransikan. Ini menjadi salah satu sebab kenapa banyak masyarakat kita yang nggak aware dengan produk asuransi jiwa.

Ibrahim Imran, atau biasa dikenali sebagai Baim, salah seorang musisi yang juga hadir sebagai salah satu narasumber mengisahkan perjalanannya sampai kemudian ia peduli dengan keluarganya. Menurutnya, adalah berbeda ketika ia masih lajang dan kini menjadi ayah dari dua orang anak. Katanya, mencintai adalah bagian dari melindungi. Ia yang mempunyai prinsip sewaktu-waktu bisa pergi lebih dahulu, maka menjadi perlu persiapan yang maksimal untuk mensejahterakan hidup keluarganya. Pekerjaanya yang kerap traveling dan mobile, risiko yang dihadapinya jauh lebih banyak. Memiliki dan menggunakan PRUCita merupakan bagian dari langkah kecilnya memberikan solusi perlindungan yang besar untuk orang-orang yang dicintai oleh Baim.

Dengan ahdirnya produk baru dari Prudential, tentunya saya sangat berharap bahwa nantinya, semakin banyak orang yang melek akan literasi keuangan. Pun ke depannya, asuransi jiwa tak hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu saja.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Teman-teman

Sering Dibaca

  • Kontes Blog Berakhir
  • Laskar Pelangi, Pilihan KBO 2
  • Nikahilah Aku, Dengan Buku
  • Desa Karangsari, Kecamatan Pulosari
  • Aku, Mbak Elly juga Mbak Fanny

Harta Karun

  • ▼  2020 (10)
    • ▼  Agustus (1)
      • Minyak Gamat Bukan Hanya untuk Obat Luka
    • ►  Juli (1)
      • Bolu Siliwangi, Oleh-Oleh Pasundan yang ada di Banten
    • ►  Juni (4)
      • Sulitnya Memahami Bahasa Indonesia dan Malaysia
      • Puasa Syawal Dulu, atau Bayar Hutang Dulu?
      • Nulis Apa Hari Ini?
      • Begitu Banyak Teori Ngeblog Sekarang Ini
    • ►  April (3)
      • Karantina Mandiri Setelah dari Luar Kota
      • Menyalurkan Donasi dari Rumah Harapan Melanie
      • Berikut Pertimbangan dalam Memilih Jadwal Dokter M...
    • ►  Maret (1)
      • PRUCinta: Asuransi Jiwa Syariah, untuk Orang-orang...
  • ►  2019 (41)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2017 (21)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (63)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (23)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2015 (137)
    • ►  Desember (25)
    • ►  November (20)
    • ►  Oktober (34)
    • ►  September (19)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (52)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2013 (40)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (12)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2012 (74)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (14)
  • ►  2011 (87)
    • ►  Desember (10)
    • ►  November (8)
    • ►  Oktober (18)
    • ►  September (13)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2010 (141)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (12)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (17)
    • ►  Februari (18)
    • ►  Januari (23)
  • ►  2009 (124)
    • ►  Desember (11)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (17)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (12)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2008 (105)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (16)
    • ►  Mei (19)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (22)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2007 (30)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (12)
    • ►  Agustus (2)

Kategori

Ads Blogger Hibah Buku Celoteh Cerpen Featured GayaTravel KBO komunitas Murai Perjalanan Piknik Buku Pojok Anaz Reportase resep reveiw Semestarian Serial Sosok Teman TKW TripGratisan Volunteer

Catatan Anazkia By OddThemes | Turatea.com