Catatan Anazkia

Karena hanya tulisan yang bisa saya tinggalkan

  • beranda
  • Kisah
    • Serial
    • Cerpen
    • Celoteh
    • Reportase
    • Perjalanan
      • Gaya Travel
      • Trip Gratisan
      • Piknik Buku
  • Pojok Anaz
  • Murai
  • Sosok
  • komunitas
    • Volunteer
    • KBO
    • Semestarian
    • Blogger Hibah Buku



Desa tangguh bencana. Selama ini saya memahami bentuk desa tangguh bencana itu hanya untuk bencana yang nampak saja. Semisal, gempa bumi, tsunami, banjir, kebakaran. Tak pernah terpikir bahwa kemarau merupakan bagian dari bencana dan harus dipersiapkan. Teringat di Citayam, sebagai salah satu desa yang kerap mengalami kekeringan. Kamis 28 Agustus 2019, bertempat di Upnormal Raden Saleh Jakarta Pusat, Rumah Zakat (RZ) melakukan prescon Penanggulangan Bencana Kekeringan.

Acara ini dihadiri oleh Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Dr. Ir. Dodo Gunawan. Dalam penjelasannya, Ir. Dodo menjelaskan tentang waktu panjang musim kemarau. Indonesia negara beriklim tropis dengan dua musim kemarau dan hujan, memiliki dua potensi besar ketika menghadapai kedua musim tersebut. Musim kemarau, kita akan mengalami kekeringan dan ketika musim penghujan tiba kita akan menghadapi kebanjiran. Menurut Ir. Dodo Gunawan, musim tak hanya bisa diprediksi hanya melalui hitungan bulan.

Dr. Ir. Dodo Gunawan (Dokumentasi Mbak Ria Buchori)


"Prediksi musim kemarau masih berlaku sampai bulan November." Ujar Ir Dodo Gunawan. Diperkirakan nantinya hujan akan turun pada bulan November dan itu berlaku tidak merata di wilayah Indonesia. Jika beberapa hari sebelumnya di sebagian wilayah hujan, maka hujan tersebut belum memasuki musim penghujan. Ia berpesan, bahwa hujan yang beberapa hari sebelumnya turun belum bisa dijadikan pathokan untuk mulai bercocok tanam.

“Desember-Januari, diperkirakan musim hujan mulai datang karena adanya angin barat.” Tegasnya lagi.

Rumah Zakat sebagai salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang concern dengan masalah sosial, salah satunya adalah penanggulangan tentang bencana kemarau. Murni Alit Baginda, sebagai Chief Program Officer (CPO) Rumah Zakat dalam keterangannya kepada pers menjelaskan bahwa beberapa langkah yang diambil oleh RZ di antaranya adalah sosialisasi kepada masyarakat, mengajak juga untuk kolaborasi sehingga saudara kita yang dilanda bencana bisa diedukasi lebih siap dan bisa terbantu bagi mereka yang memiliki kelebihan rezeki berdonasi.

Murni Alit Baginda (dokumentasi Mbak Ria Buchori)


Beberapa aksi-aksi yang dilakukan oleh RZ pada semester dua tahun 2019 salah satunya adalah penanggulangan kekeringan. Sampai dengan bulan September, perkiraan Indonesia masih mengalami musim kemarau. Hujan dengan intensitas lebih tinggi dan merata diperkirakan akan turun pada bulan Januari. Ia berharap, dengan adanya sikon bisa menimbulkan hujan dan dipanen untuk persiapan beberapa bulan ke depan. Sementara di luar sana masih banyak saudara-saudara kita yang mengalami kekeringan, masih harus mengalami kekeringan sampai beberapa bulan ke depan.

“92% wilayah Indonesia terkena dari dampak kemarau,” Ujar CPO Rumah Zakat. Ia juga menyinggung tentang kekeringan yang terjadi di Sumedangyang dijadikan video oleh RZ. “Untuk mencari sumber air, mereka harus berjalan jauh. padahal air merupakan sumber kehidupan. Tidak hanya untuk ternak dan kambing, bahkan untuk kebutuhan diri sendiri pun masih kurang.” Tambahnya lagi.

Semakin tahun, menurut BMKG tingkat kekeringan di Indonesia semakin berat. Beberapa hal yang dilakukan oleh RZ dalam menghadapi kekeringan ini salah satunya adalah melalui pemberian air bersih. Ini merupakan bentuk dari respon jangka pendek untuk mengurangi kekurangan air di masyarakat. Selain itu, RZ juga menyediakan logistik dan peralatan lain seperti penyediaan tangki air dan pipanisasi juga pembuatan sumur bor. Ada 30 titik yang di respon RZ dalam penanggulangan kekeringan di Indonesia. 18 titik di 7 porvinsi di antaranya sudah didistribusi air bersih oleh RZ. Beberapa di antaranya adalah, Giriharjo Gunung Kidul, Cikeusik, Pamekasan Madura, Ponorogo dan Sumedang. Salah satu contoh pembuatan sumur bor yang sudah dilakukan adalah di Desa Angsana, Kecamatan Angsana, Pandeglang, Banten.

Selain sumur bor, ada juga pipanisasi yang dilakukan di Cisolok yang masuk dalam desa berdayanya Rumah Zakat. Selain itu, RZ juga melakukan banyak cara dalam menanggulangi kekeringan ini. Misalnya dengan membuat Penampungan Air Hujan (PAH). Salah satu daerah yang sudah melakukan PAH dan berada di bawah binaan RZ adalah Kampung Pasir Peuti, Desa Sukamulya, Kec. Sukaluyu, Kab. Cianjur.

Penanggulangan kekeringan adalah satu dari sekian banyak pemberdayaan yang dilakukan oleh RZ dalam menghadapi kekeringan. RZ, membuka kesempatan seluas-luasnya peluang kolaborasi dengan berbagai pihak untuk menanggulangi bencana, baik bencana kekeringan yang sedang melanda saat ini maupun melalui aksi mitigasi dan respon atas bencana yang terjadi.








So Klin White & Bright baru




Isu sampah semakin global. Di Indonesia, banyak komunitas dan perorangan yang mulai bergerak mengkampanyekan peduli sampah dan bagaimana cara menguranginya. Dari kurangi penggunaan plastik sekali pakai, menggunakan sedotan stainless juga menghabiskan makanan sendiri kini kerap beredar di media sosial. Dalam ranah kota dan perkampungan, kini mulai muncul desa dan kota dengan konsep peduli lingkungan. Desa Hijau, kota Hijau kerap bermunculan dari berbagai daerah di Indonesia.

Lalu, bagaimana dengan dunia industri?

Berbagai macam dunia industri di mana mereka merupakan “pemroduksi” sampah yang beredar  di masyarakat, kini  mulai bergeliat melakukan kampanye serupa. Di Jakarta, di berbagai mall-mall besar saya acap menemukan mereka sedang melakukan kegiatan dengan banyak tema. Salah satunya adalah So Klin. Pada tanggal 16 Agustus lalu bertempat di Mall Kelapa Gading 3 saya menghadiri acara launching produk baru mereka. Tentunya, peluncuran produk baru ini tak hanya produk saja karena dibarengi dengan talkshow “Be Sustainable, Be Fashionable by So Klin”. Dengan tema yang diambil, So Klin bekerja sama dengan ESMOD Jakarta juga komunitas sosial Sadari Sedari.

Talk show, dipandu brand ambasador So Klin Indi Barend


Baju, merupakan salah satu kebutuhan primer manusia sejak zaman berzaman. Ia menduduki peringkat pertama sebelum pangan.  Menurut Ellen MacArthur Foundation salah satu badan yang fokus memelajari polusi industri mode, limbah bisnis busana di dunia bisa mencapai US$ 500 miliar pertahun. Saya baru tahu jika limbah industri mode sampai sebesar ini. Dari kejadian inilah mereka memunculkan kebijakan ramah lingkungan salah satunya dengan mengolah  kain perca menjadi bahan yang bermanfaat. Di Indonesia sendiri sudah mulai banyak desainer yang menerapkan konsep sustainable fashion.


Menurut Joanna Elizabeth Samuel, Marketing Manager Fabric Care PT Sayap Mas Utama (Wings Group) kampanye Sustainable fashion untuk mengajak masyarakat Indonesia supaya lebih peduli dengan lingkungan dengan menerapkan gaya hidup berkelanjutan melalui pakaian. So Klin sangat mendukung inovasi kreatif, terutama dalam hal merawat mix and match pakaian. Dengan So Klin White & Bright juga membantu meningkatkan efisiensi waktu para Ibu di rumah agar tidak perlu repot ketika memilih warna baju saat mencuci. Jadi, Bright & White bisa digunakan untuk mencuci segala warna baju. Pun baju jadi tidak mudah pudar, jadi hayat pemakaiannya jadi lebih panjang.


Brand ambasador So Klin, Mbak Indi Barends yang tetep muda aja dari dulu ^_^


ESMOD Jakarta, merupakan salah satu sekolah model yang mulai menerapkan sustainable fashion. Menurut Patrice Desilles, Academic Program Head ESMOD Jakarta, sustainable fashion sekarang merupakan bagian dari gaya hidup. Bagi seorang pakar mode seperti Patrice, Segala sesuatunya harus dipikirkan termasuk sustainable fashion. Ada banyak hal yang harus dipikirkan bahwa kita harus lebih berhemat untuk tidak mudah membeli dan mengikuti trend yang baru. Dunia fashion itu tidak ada habisnya. Tapi tentu saja segala sesuatunya ada batas maksimum, karena kita juga harus memikirkan polusi terhadap bumi. Di Prancis, menurut Patrice sustainable  fashion sudah diberlakukan sejak 25 tahun yang lalu.

Sebaga pegiat sustainable fashion, Patrice tidak hanya peduli dengan sampah fashion. Tapi juga sampah di rumahnya sendiri. Ia selalu memilah sampah organik dan anorganik. Sampah organik ia kumpulkan, lalu dijadikan pupuk. Sedang sampah kering ia suruh Pekerja Rumah Tangganya (PRT) untuk menjualnya ke tukang loak keliling. Begitulah seharusnya kita menjaga bumi. Semoga saya bisa belajar.

Di acara tanggal 16 lalu, ada juga ditampilkan karya mahasiswa-mahasiswa ESMOD dengan menggunakan baju-baju bekas. Pertama, tampil seorang model dengan menggunakan baju yang bahan utamanya adalah celana panjang. Ada juga model yang mengenakan baju dari bahan jaket yang dibuat dari 34 jaket. Wogh! Baju ini dibuat oleh alumni ESMOD, Melisa. Apa yang ditampilkan pada talkshow ini merupakan cara ESMOD mendukung Sustainable fashion.


Dibuat dari 34 jaket


Segala sesuatu yang bersifat sustainable adalah tentang kreativitas, bisa memadu padankan baju yang sudah lama tanpa menjadi kuno karena tertinggal modenya. Kreativitas menurut  Indi Barends yang merupakan brand ambasador So Klin bisa dilakukan oleh siapa saja selagi mempunyai kemauan.

Sadari Sedari, bergerak sejak Januari 2018. Berawal dari foundernya, Nadira yang melihat begitu banyak baju yang dimilki di almari yang sudah tidak terpakai. Dari situ ia berpikir bahwa baju yang ada bisa dijual kembali dan diperunrukkan untuk hal yang baik. Dengan syarat baju layak pakai, tidak lusuh dan tidak robek dan tidak bau. Kegiatan di Sadari Seda, funding dan dijual baik offline mau pun online. Mengumpulkan donasi baju, lalu dikurasi dan yang layak akan dijual kembali. Hasil penjualan untuk didonasikan.

Setelah menyimak talk show, kami diajak untuk melakukan workshop kilat bagaimana caranya mix and match baju-baju lama menjadi fashionable dan kekinian. Dipandu oleh alumni ESMOD, kami berusaha menjadi kreatif. Nggak semua bisa berkreasi, karena ada manusia macam saya yang nggak kreatif. Hahahaha.... jadilah saya membuat kreasi seadanya. Padahal, segala tetek bengek kebutuhan sudah disiapkan oleh panitia. Dari lem, gunting, jarum, benang, kancing dan sebagainya.

Terima kasih banyak, So Klin detergent. Sudah 70 tahun menemani kaum Ibu di Indonesia. So Klin detergent dilengkapi dengan formula anti-bacterial pada setiap variannya, untuk dapat membantu menjaga kesehatan kulit para penggunanya dan untuk menjaga pakaian agar tidak bau apek. Varian So Klin, kini lebih beragam.




Ada dua kelompok, dan kelompok kita paling betah weheheheh

Devita Anabel, salah satu alumni ESMOD Jakarta  jurusan Fashion Desain & Creation. Dia sabar banget ngajarin kami. Kata dia, sayang waktunya dikit, jadi nggak bisa ngajarin banyak-banyak. 


Mbak Eskaning serius banget

Hasil buatan saya. Jelek tentu saja, tapi tak apa. Ngomong-ngomong, kalau buat saya pribadi hal seperti ini kurang pas kalau harus ditambahin ini itu, karena sampahnya jadi lebih banyak hehehehe






Buah berangan ini saya ambil fotonya dari blog ini

Tujuh tahun bukanlah waktu yang sebentar.  Awal tahun 2006 hingga akhir tahun 2012 saya tinggal di Malaysia. Sering ke mana saja waktu itu? Hmm... nggak banyak, sih. Kalau janjian sama teman biasanya hanya di sekitaran Kuala Lumpur, nggak jauh-jauh dari Masjid Jamek, Petaling Jaya, Pasar Seni (Central Market), Pudu Raya, Bukit Bintang dan Kuala Lumpur City Center (KLCC). Sebetulnya, masih banyak lagi. Tapi waktu di Malaysia tempat-tempat itulah yang sering saya datangi. Lagi pun, tempatnya saling berdekatan dan transportasinya mudah.

Ingat pertama kali dulu ketemu sama Wina, kami janjian di Pudu Raya. Di situ, setiap akhir pekan biasanya banyak banget dikunjungin sama para tenaga kerja dari berbagai negara. Bangladesh, Filipina, Thailand dan tak sedikit tenaga kerja Indonesia. Sebetulnya, saya ini buruk banget navigasi petanya. Sering banget nyasar kalau jalan di situ. Hahahaha...

Trus kalau ada wisatawan yang ke Kuala Lumpur (KL), biasanya ke mana saja? Banyak! Sebagian sudah disebut di atas. Dan salah satu tempat yang kerap didatangi adalah Petaling Street. Petaling Street merupakan salah satu pusat membeli oleh-oleh ketika ke KL selain Pasar Seni. Petaling Street ini merupakan Cina Townnya Kuala Lumpur. Jadi jangan heran kalau ke sini melihat ornamen-ornamen warna merah. Gerbang masuknya pun berwarna merah, khas nuansa Tiongkok. Dulu pertama kali mau ke Petaling Street dilarang sama majikan. Katanya, nyari makanan halal susah. Apa iya? Tidak juga. Di Petaling Street, meski para peniaga banyak ditemukan beretnis Cina, banyak juga ditemukan peniaga lokal melayu. Tapi sebagai muslim, saya memang harus lebih berhati-hati. Kalau mau nyari makan yang mudah ya di Pasar Seni.


Sumber gambar 123rf.com. Koleksi foto saya enah pada ke mana huhuhu


Yang paling saya sukai di Petaling Street saat petang adalah penjual kacang kenari atau kalau di Malaysia disebut buah berangan. Jangan tanya kenapa dinamakan buah berangan, saya tahunya makan saja hehehehe. Dimakan pas panas-panas, enak banget. Rasanya hampir mirip kayak biji nangka rebus. Kalau ke sana, pasti nggak pernah absen untuk membelinya. Enaknya beli buah berangan ini bisa lihat langsung proses sangrainya. Kebanyakan penjualnya mamak India yang ramah. Sesekali, kalau jalan-jalan ke KL dan singgah di Petaling Street untuk membeli oleh-oleh, cobalah untuk mencicipi buah berangan. Tapi jangan salahkan saya kalau ketagihan, soale sekarang saya nyari di Indonesia susah. Buehehehe... Owh ya, di Petaling Street, mulai ramai orang jualan itu menjelang sore dan puncak keramaiannya adalah malam. 

Owh ya, saya pernah menginap di hotel sekitaran Petaling Street waktu ke sana tahun 2016. Wah, sudah lama banget ternyata. Ini juga waktu jalan-jalan sama Gaya Travel. Saya nginep dengan Mbak Olyp. Karena sebelumnya kalau ke sana hanya sesekali dan di akhir pekan,  saya nggah ngeh kalau di sekitaran situ ternyata banyak penginapan. Penginapan-penginapan di sekitaran Petaling Street tentunya menjadi alternatif penginapan murah bagi wisatawan.


Ornamen di Lantern Hotel ^_^


Lantern Hotel, adalah salah satunya. Hotel ini benar-benar berada di tengah Petaling Street. Ah, pasti sempit dan kumuh! Eit, jangan salah. Meski berada di tengah hiruk pikuk area Petaling Street, hotel ini sangat bersih dan rapih. Sarapan paginya juga tidak mengecewakan. Namanya Lantern Hotel, pas masuk ke hotel kami disajikan ornamen lampion. Pun di luar hotel, lampion bergelantungan di luaran hotel. Waktu itu pesannya gimana? Kami langsung ke lokasi, karena sebelumnya kami jalan dari daerah lain. Sorenya, sempat menikmati keramaian Petaling Street bersama Mbak Olyp.

Lah, terus kalau misal ada yang mau ke sana dan pesan kamar lebih dulu bisa, nggak? Owh, tentu saja bisa banget. Salah satunya, ya, pesan pake aplikasi pegipegi. Lantern Hotel sudah bisa dipesan melalui pegipegi dan masuk ke bagian hotel di Kuala Lumpur. Lantern, termasuk penginapan murah di Kuala Lumpur karena harganya sangat terjangkau. Selain itu, ia juga berada di pusat kota, mudah untuk berkeliling ke berbagai tempat di KL. 

Cara pergi ke Petaling Street atau ke Lantern Hotel gimana? Gampang... Kalau langsung dari Bandara Kuala Lumpur Internasional Airport (KLIA) bisa langsung naik bis ke KL Central, atau bisa juga naik Express Rail Link (ERL) tapi ERL mahal, RM. 55. Kalau naik bus nggak sampai RM. 20^_^. Nah, dari KL Central bisa naik LRT arah Gombak, turunnya di Pasar Seni. Dari Pasar Seni bisa jalan kaki (kalau nggak bawa barang) atau bisa juga naik taksi. Tapi nggak jauh, sih. Itu yang saya bilang sering nyasar karena buta arah mehehehe... Kalau nyasar, jangan sungkan nanya ke orang ^_^ 

Difoto sama Mbak Olyp

Sarapannya lumayan lengkap.

Narses di depan hotel

Waktu nginep di Lantern, kamar kami yang ini. Harga relatif terjangkau, Rp. 374.816 di pegipegi. Foto koleksi milik pegipegi





Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Bagendung waktu pertama kali ke sini

Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Bagendung berada di Kelurahan Bagendung, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon. Penasaran dengan TPSA ketika mewacanakan kegiatan pembuatan ecobricks. Berusaha membuat perumusan sadar lingkungan, di mana point utamanya kenapa kita melakukan hal tersebut? Sabtu14 Juli 2019 bersama dengan Eha dan suami, Cholis, Swa, Nayla keponakan juga Heri adik yang  baik hati mau mengantar ke Bagendung.

Ini sebelum kejadian kebakaran


Karena hari Minggu, di lokasi tak ada petugas. Hanya ada beberapa pemulung yang masih sibuk mencari barang bekas layak pakai untuk dijual. Kami pun tak berbincang dengan mereka. Ke TPSA hanya sebentar, hanya memotret, lalu pulang. Lagi pun hari sudah petang.



Beberapa hari kemudian, tepatnya di Rabu 17 Juli 2019 saya dan Haqi kembali berkunjung ke TPSA. Ini mungkin bagian dari rezeki, tepat ketika kami sampai di sana seorang petugas hendak meninggalkan lokasi TPSA. Lantas saat melihat kami dia menghentikan mobilnya, keluar dari mobil lantas mengajak kami ke ruangannya. Dari ruangannya, ia menceritakan serba sedikit tentang seluk beluk TPSA Bagendung. Pak Dedy, pejabat yang baru dipindah tugaskan di TPSA Bagendung beberapa bulan ini.

Dengan Haqi, saya diajak mengelilingi TPSA sampai ke tempat paling bawah, yang jumlah sampahnya masih sedikit. Ketika baru memasuki TPSA, kita akan disajikan hamparan tanah luas yang sudah ditutup dengan terpal. Konon, itu adalah timbunan sampah yang sudah berpuluh tahun. Sebelah kiri hamparan terpal yang dipisahkan oleh jalan, timbunan sampah menyebar tak beraturan. Para pemulung hilir mudik mengangkut barang-barang yang mungkin masih layak digunakan.

Ini nggak tahu fungsinya apa


"Kanananz, foto, gih." Kata Haqi melihat lalu lalang pemulung. Ya, di situ kalau mau motret human interest banyak. Tapi, tentu saja saya menolak. Bagaimana pun tak berani jika memotret mereka yang sedang bekerja hanya menggunakan handphone. Sungkan. Melewati turunan yang curam, sebelah kanan ada beberapa bangunan seperti kolam ikan. Saya nggak tahu apa fungsinya dan tidak bisa bertanya karena tidak ada petugasnya. Owh ya, waktu itu sudah mendekati pukul empat da suasana TPSA bagian bawah sangat lengang. Hanya beberapa ekor anjing liar yang mengikuti saya dan Haqi.



Semakin ke bawah, beberapa bangkai mobil kebersihan tersadai di pinggir jalan. Entah apa kerusakannya, sepertinya sudah lama tidak digunakan. Puas mengelilingi tempat sampah kami beranjak meninggalkan TPSA. Sabtu, 2 Agustus 2019 TPSA Bagendung terbakar. 40 ribu lebih kubik sampah terbakar di lahan seluas 2000 meter persegi dari total 5,4 hektare luas TPSA. Dan, sampai hari ini asap masih mengepul di area kebakaran. Bahkan, dikabarkan warga mengungsi.

Kenapa kami ke TPSA? Ngapain susah-susah ke sana? Saya dan beberapa teman berniat membuat workshop ecobricks. Trus apa hubungannya? Dengan melihat fakta TPSA di negara kita yang sebagian besar menggunakan sistem pembuangan sampah sanitary landfill di mana sistem pengelolaan (pemusnahan)  sampah dengan cara membuang dan menumpuk sampah di lokasi cekung, memadatkannya dan kemudian menimbunnya dengan tanah. Sebagian besar negara ini menggunakan cara tersebut, karena cara ini paling murah. Tentu saja, dengan berbagai dampak risiko lainnya. Dengan melihat kenyataan yang ada, diharapkan nantinya kami bisa bertanggung jawab dengan sampah sendiri. Kini, bukan lagi buang sampah pada tempatnya, tapi kelola sampahmu sendiri. 




Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Teman-teman

Sering Dibaca

  • Minyak Gamat Bukan Hanya untuk Obat Luka
  • Diary Blogger Indonesia
  • RM. 100 Dari Denaihati
  • Betapa Inginnya Mengumrohkan Ibu Saya
  • Beli Sprei Bisa Umroh?

Harta Karun

  • ►  2022 (5)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2021 (8)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2020 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
  • ▼  2019 (41)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ▼  Agustus (4)
      • Desa Tangguh Bencana Rumah Zakat dalam Menghadapi ...
      • So Klin White & Bright Edukasi Mengenai Sustainabl...
      • Mencicipi Buah Berangan di Petaling Street
      • Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Bagendung
    • ►  Juli (8)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2017 (21)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (63)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (23)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2015 (137)
    • ►  Desember (25)
    • ►  November (20)
    • ►  Oktober (34)
    • ►  September (19)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (52)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2013 (40)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (12)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2012 (74)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (14)
  • ►  2011 (87)
    • ►  Desember (10)
    • ►  November (8)
    • ►  Oktober (18)
    • ►  September (13)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2010 (141)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (12)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (17)
    • ►  Februari (18)
    • ►  Januari (23)
  • ►  2009 (124)
    • ►  Desember (11)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (17)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (12)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2008 (105)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (16)
    • ►  Mei (19)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (22)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2007 (30)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (12)
    • ►  Agustus (2)

Kategori

Ads Blogger Hibah Buku Celoteh Cerpen Featured GayaTravel KBO komunitas Murai Perjalanan Piknik Buku Pojok Anaz Reportase resep reveiw Semestarian Serial Sosok Teman TKW TripGratisan Volunteer

Catatan Anazkia By OddThemes | Turatea.com