Catatan Anazkia

Karena hanya tulisan yang bisa saya tinggalkan

  • beranda
  • Kisah
    • Serial
    • Cerpen
    • Celoteh
    • Reportase
    • Perjalanan
      • Gaya Travel
      • Trip Gratisan
      • Piknik Buku
  • Pojok Anaz
  • Murai
  • Sosok
  • komunitas
    • Volunteer
    • KBO
    • Semestarian
    • Blogger Hibah Buku


Salah satu mitos untuk mencegah anyang-anyangan adalah dengan mengikat jempol tangan menggunakan karet gelang. Ini saya ketahui dari Mbak Tanti ketika menjadi salah satu pembicara di acaranya uri-cran. mitos tersebut membuat saya tertawa. Bukan hendak menertawakannya, tapi jadi ingat mitos di kampung halaman ketika kecil dulu. Di kampung, waktu kecil saya hampir setiap hari mengalami anyang-anyangan. Eh, ini beneran, loh. Nggak cuma saya, tapi juga kakak. Waktu itu, betapa tersiksanya saat harus bolak-balik buang air kecil. Padahal, kami yah nggak punya kamar mandi sendiri. Dulu di kampung belum banyak keluarga yang memiliki kamar mandi sendiri.

Menjadi hal yang biasa ketika kami terkena anyang-anyangan, nenek atau bude akan menyuruh kami buang air kecil (BAK) di atas bara api. Eh, apaaaa?? Bara api? Seriusan? Iya, seriusan kami disuruh kencing di atas bara api? Caranya gimana? Mengambil satu bilah kayu di tungku yang sudah menjadi bara, dibawa ke luar rumah, lalu kencinglah di atasnya. Sembuh? Kadang-kadang. Karena saking seringnya saya anyang-anyangan waktu kecil. Nggak cuma saya, tapi juga Kakak. Kadang bingung, kenapa dulu sering banget terkena anyang-anyangan.

Tapi kalau inget Budhe sama Nenek bilang, katanya air minum yang nggak mendidih bisa menjadi penyebab terkena anyang-anyangan. Makanya kalau rebus air, saya pasti diwanti-wanti wajib mendidih atau bandelnya kami sering minum air mentah waktu main. Bahahahaha.... Padahal, dulu airnya yah langsung dari mata air. Itulah kenapa berani meminum air mentah. Kalau ingat dulu, pas kena anyang-anyangan itu sampai nangis. Karena nggak enak banget. Dan alhamdulillahnya, pas sudah dewasa saya jarang banget terkena anyang-anyangan.

Tapi, buruknya saya ketika sudah dewasa dan menuju tua, sering menunda BAK. Sering banget... Bahkan pernah, udah kebelet pipis pas di jalan, sudah nemu kamar mandi, trus keadaan kamar mandi kurang bersih, saya bisa batal kencing. Atau kadang kalau sebelum tidur banyak minum dan tengah malam alarm BAK memberikan warning, saya nggak buru-buru bangun. Kalau pas pulang di kampung halaman, karena saking dinginnya saya males ke kamar mandi. Duh... Padahal, katanya itu nggak boleh. Menahan kencing bisa menjadi salah satu pemicu Infeksi Saluran Kemih (ISK).

Ngomong-ngomong ISK, saya tahu belum lama ini ketika beberapa teman blogger posting datang ke acara uri-cran. Minggu 28 Juli lalu saya datang juga ke acara yang sama.  Dengan beberapa pembicara yang dihadirkan, saya jadi tahu lebih sedikit tentang ISK.

ADalah Com
SD Negeri 03 Karangsari


Sekolah Dasar Negeri (SDN) Karangsari 03 berada di Desa Karangsari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang. Jika melihat jarak, desa ini lumayan jauh dari kecamatan juga dari kabupaten. Dulu, di tempat inilah saya belajar. Mengenyam pendidikan dasar selama enam tahun. Di sekolah itu pula pertama kali saya mengenal abjad sampai kemudian bisa membaca. Kalau mengenang lagi masa-masa SD, saya hampir masih mengingat semua nama teman-teman satu kelas. Karena kebetulan satu kelas saat itu hanya ada 28 orang. Itu pun dengan beberapa perubahan di mana teman satu angkatan tidak lulus bareng, pun kemudian yang awalnya kakak kelas menjadi satu kelas. Zaman dulu, wajar rasanya jika sekolah tidak naik kelas.



Cuaca lagi bagus ^_^


Yang paling saya ingat sepertinya momen kelas 6 SD. Formasi dalam satu kelas, di mana ada tiga baris bangku. Sebelah barat bagian kanan satu baris bangku diisi oleh para siswi. Saya akan mengingat siapa aja teman-teman perempuan waktu SD. Kursi paling depan, diduduki oleh Suminah dan Atik Widiastati. Barisan kedua, saya dan Mujiwati. Bagian ketiga, Nurhayati dan Wasilah dan paling belakang ada Wasniah juga Timi. Ya, ceweknya Cuma delapan orang doang.

Beralih ke bangku tengah, saya nggak tahu masih inget apa enggak teman-teman cowok ini. Hahahaha. Seingat saya, kursi bagian depan diduduki oleh Toha dan Tikno. Terus ke belakangnya lupa, deh. Bahahaha... parah ini. Nyerah kalau urusan duduk dan ngurutin bangku. Mungkin diurut aja siapa nama-nama mereka. Kalau nggak salah ingat, ada Warto A, Warto B. Kenapa diberi label A dan B? Itu untuk memudahkan kami absen karena satu kelas ada nama yang sama. Warto A, rumahnya di kampung atas, sedang Warto B di kampung bawah. Ada lagi Sayono, Daryono, Sodikin, Nurwibowo, Agus, Maksum, Rosikin, Tarmudi, Budi dan... Sepertinya saya nggak ingat lagi. Angkat tangan dulu untuk ini.



Di sini, dulu untuk kelas 4, 5 dan 6


Dari teman sekelas, mari beranjak mengingat nama-nama  guru. Guru waktu SD itu jumlahnya lebih sedikit, karena satu guru satu kelas. Yang beda hanya guru agama dan guru olahraga. Kelas 1, saya diajar sama Bu Guru Ning. Beliaulah yang pertama kali mengenalkan huruf ke saya. Tentang beliau, sepertinya harus ditulis khusus. Kelas dua, saya lupa nama gurunya. Beliau lelaki, orangnya baiiikkkkk banget. Kalau ngajar sering bawa anaknya. Kelas tiga saya lupa diajar siapa, kayaknya Pak Guru Gono. Beliau juga sangat lemah lembut, nggak marahan. Kelas 4 SD diajar sama Bu Guru Sri, kelas 5 kayaknya sama Bu Guru Ning lagi dan kelas 6 diajar sama Pak Guru Aspuri.

Dari nama-nama guru di atas, ada dua guru yang ngajarnya pada bidang masing-masing. Mereka adalah guru olahraga dan guru agama. Guru olahraga saya lupa namanya, karena beliau dipindah tugaskan. Ingat waktu beliau mengucap salam perpisahan, semua anak menangis dari kelas satu sampai kelas enam. Pak Guru olahraga ini juga orangnya baikkkkk banget. Makanya ditangisin.  Maksum, guru agama. Ah, kalau mengingat beliau, saya sedih :( berasa banyak banget dosa-dosanya. Kadang, kami satu kelas seperti kompak untuk menjadi nakal saat pelajaran agama :((((. Terberkahilah Pak Guru Maksum, semoga apa-apa yang bapak ajarkan menjadi manfaat untuk kami juga menjadi amal jariyah untuk Bapak...

Berapa uang jajan waktu SD? Hmm... sebagai warga kelas kismin, uang jajan saat itu hanya Rp. 25 sahaja. Itu tahun 1989. Wehehehe... tuwa banget, yaks. Duit segitu biasanya Cuma dapet satu jenis makanan doang. Karena rata-rata makanan paling murah ya Rp. 25. Minumnya? Yah kalau bawa uang lebih bisa beli es. Kalau nggak cukup uang, kalau haus kami minum di belakang sekolah. Soale di belakang sekolah ada sumber air. Iya, ada sumber air. Soale ada pohon karetan kebo yang besar banget di belakang sekolah.
Main apa waktu SD? Macam-macam! Dari main bekel, kijingan, umbulan, dino, petak umpet dan sebagainya. Kalau anak laki, nggak sedikit yang mandi di kali. Tapi pas saya kelas 6 pun pernah mandi di kali, ding. Sekali-kalinya itu melakukan. Abis itu tobat! Wahahaha...

Jadi, masa SD teman-teman bagaimana? ^_^




pohon karet kebo yang senantiasa mengalirkan air sepanjang tahun...

Belakang sekolah tentunya beda dengan zaman ketika saya sekolah dulu :(

Foto-foto di atas koleksi lama. Sepertinya tahun 2017. Penampakan di belakang sekolah sekarang sudah jauh berbeda lagi.
Potongan tumpeng oleh Bu Nur di Kem Chicks


Tumpeng, tradisi kuliner Indonesia. Jika menyusuri wikipedia, pengertian tumpeng seperti ini,  Nasi Tumpeng adalah cara penyajian nasi yang berdibentuk kerucut dan ditata bersama dengan lauk-pauknya; karena itu disebut pula 'nasi tumpeng'. Olahan nasi yang dipakai umumnya berupa nasi kuning, meskipun kerap juga digunakan nasi putih biasa atau nasi uduk. Ada banyak kegiatan di Indonesia yang menggunakan tumpeng. Dulu, waktu kecil kalau ada tetangga yang hajatan baik sunatan mau pun nikahan sering bikin tumpeng. Pas udah di kota, beberapa peresmian kegiatan itu pasti pake acara potong tumpeng ^_^

Adajuga waktu zaman sekolah dulu, pihak sekolah pernah mengadakan lomba tumpeng! O'mak ai... berat kali pun lombanya. Hahahaha... Betapa susah hatinya saat itu. Beruntung, salah satu teman kelompok ada yang memiliki saudara "tukang" masak. Jadilah kami hanya iuran, belanja, lalu bantu-bantu masak saja. Iya, cuma bantu-bantu. Soale yang lebih banyak eksekusi yah saudaranya teman yang tukang masak itu. Kayaknya, baru kali saya ikut membuat tumpeng secara penuh. Penuh sampai dibentuk kerucut, tapi sesungguhnya juga nggak bagus-bagus amat. Sayang, waktu itu belum ada hape jadi nggak ada dokumentasinya. Wekekekek

Setelah itu, saya tak pernah membuat lagi tumpeng secara utuh. Selain ribet, juga karena nggak tahu. Paling hanya membuat nasi kuning gitu aja, tapi dengan lauk tumpeng sepenuhnya. Lah, emange lauk tumpeng apa saja? Biasanya, ya ayam goreng, sambal goreng kentang hati, perkedel kentang, telur dadar yang dipotong kecil-kecil, tempe kering, mie goreng.

Nah, kalau melihat sejarahnya, tumpeng ini bermacam-macam. Ada tumpeng buat nujuh bulan, biasanya digunakan pada syukuran kehamilan tujuh bulan. Tumpeng pungkur, digunakan pada saat kematian seorang wanita atau pria yang masih lajang. Tumpeng putih, warna putih pada nasi putih menggambarkan kesucian dalam adat Jawa, digunakan untuk acara sakral. Tumpeng kuning, warna kuning menggambarkan kekayaan moral yang luhur. Tumpeng nasi uduk, digunakan untuk tumpeng tasakuran. Tumpeng seremonial, yang sekarang udah dimodifikasi macem-macem.

Lauknya khas. Sayang pakenya plastik :(


Ngomongin tumpeng, Sabtu lalu di Kem Chicks Kemang  saya mengadiri undangan kuliner dan syukuran juga demo masak dalam rangka Ulang Tahun ke 70 Hubungan  Diplomatik Indonesia dan Amerika. Seyogyanya sebuah acara syukuran, maka dalam acara ini juga dihadirkan tumpeng sebagai makanan utama. Tapi jangan salah, selain ada tumpeng sebagai menu utama, ada pula makanan-makanan lain khas negeri paman sam tersebut. Sebetulnya, ada beberapa acara inti sambutan dari penyelenggara. Sayangnya saya datang terlambat, jadilah saya datang hanya untuk mencicipi makannya saja. 

Kem Chicks, yang berada di daerah Kemang ini tentunya tak lepas dari salah satu sosok Bambang Mustari Sadino. Terdengar asing, tapi ketika disebut Bob Sadino, maka nama ini tidak nampak lagi asing. Salah satu pengusaha terkenal yang kerap menggunakan celana pendek ini dikenal di kalangan banyak orang. Tak hanya usahawan, tapi juga rakyat biasa. Dialah pemilik jaringan usaha Kem Chicks dan Kemford. Ia dilahirkan di Tanjung Karang pada 9 Maret 1933. Ia menjadi yatim piatu sejak usia 19 tahun. Sejak muda, ia sudah diserahi warisan untuk mengurus harta warisan kedua orang tuanya.

Pernah tinggal di Belanda selama 9 tahun. Di negeri kincir angin inilah Bob Sadino bekerja untuk Djakarta Lylod di pusat kota Amsterdam. DI negara Belanda itu juga ia dipertemukan dengan pujaan hati yang kemudian menjadi pendamping hidupnya, Soelami Soejoed. 

Bob Sadino kembali ke ke dalam negeri dan bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan multinasional terbesar di Indonesia. Merasa lelah, ia pun memilih berhenti dan memulai usaha sendiri. Perjalanan tak selamanya mulus usaha yang dijalankan tak menjadi karena salah satu mobil yang disewakan justru mengalami kecelakaan. Ia jungkir balik mencari penghasilan, bahkan sempat menjadi kuli bangunan. Kehidupannya berubah ketika teman dekatnya menyarankan dia untuk memulai bisnis memelihara ayam negeri untuk melawan depresi. Teman dekatnya adalah Sri Mulyono Herlambang. Dari situlah Bob Sadino kembali memikirkan untuk kembali menekuni wirausaha. Sampai kemudian ia memiliki jaringan usaha kem Chicks dan Kemfood. 

Luar biasa!

Beberapa makanan yang saya abdikan. Lainnya mah banyak. Selain nyoba makanan yang udah disajikan, kami juga diajak menikmati menu makanan kolaborasi Amreika dan Indonesia.



Masakan Chef Andi, ini belum dikasih bumbu udah abis duluan dicobain ahahahah

Dan inilah menu Indonesia mix Amreika

Dabu-dabu Ribe Eye. 

Daging sapi US Sambal Matah

Daftar harga menu



Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS)  2019 kembali diadakan di Indonesian Convention Exhibition (ICE) BSD. Acara ini berlangsung dari tanggal 18 hingga 28 Juli 2019.

 
Suparno Djasmin memberikan sambutan

Kamis, 18 Juli 2019 saya diberi kesempatan oleh Blogger Crony hadir di acara pembukaan GIIAS. Sampai di tempat acara jam sepuluh lewat. Beberapa teman blogger sudah sampai terlebih dahulu. Mbak Clara, PJ tetek bengek Blogger Crony  yang memegang tiket VIP setia menunggu kami para blogger yang baru datang.  Pukul 11 lewat, Mas Agung Han mengabarkan di grup kalau sudah antri di tempat penukaran tiket. Kami berdiri agak lama karena penukaran tiket belum dibuka. Antrian mengular dan berjejal, sebagian besar yang datang hari itu adalah para awak media dan blogger. Juga tak sedikit para pelaku bisnis yang sepertinya tak hanya datang dari Indonesia.
 
Antre
 

Selesai penukaran tiket, kami harus kembali antre untuk pengecekan tiket. Orang kembali berjubel. Kamis pagi, GIIAS diresmikan langsung oleh wakil presiden RI, Yusuf Kalla. Sedang press confrence media dilaksanakan mulai pukul 12.00-18.25.  Mendekati jam 12 siang kami beriringan masuk. Saya disambut dinginnya air conditioner dan megahnya tampilan masing-masing booth di GIIAS. Booth Astra Finansial tentunya menjadi tujuan saya dan teman-teman blogger.



Media sudah berkerumun. Mencari tempat terbaik untuk meletakan kamera. Panitia sibuk mengatur  kursi. Tak lama kemudian tamu-tamu kehormatan mulai berdatangan lalu duduk di kursi yang telah disediakan. Beberapa saat kemudian acara pun dimulai. Surprise hari itu adalah ketika tahu pembawa acaranya Mbak Cinta alias Dian Sastro Wardoyo. Wogh...

Ada Mbak Cinta




Sambutan pertama dari Suparno Djasmin, Direktur PT Astra International Tbk. Ia mengisahkan mengenai ASTRA yang sudah dua kali menjadi sponsor utama GIIAS. Menurutnya, ini merupakan wujud dukungan dari ASTRA Finansial untuk mendorong pertumbuhan industri otomotif di Indonesia. Sponsorship ini sejalan dengan misi astra finansial untuk menjadi mitra keuangan bagi kesejahteraan Indonesia.



Tema GIIAS  2019, “Future in Motion”  erat kaitannya dengan inovasi terbaru dan digitalisasi di industri otomatif. Di digitalisasi produk pelayanan tidak hanya pada industri otomotif, tapi juga keuangan. Tema GIIAS  2019 menginspirasi tema astra finansial, “Inspiring Financial Solution”, yang merupakan perwujudan dari pada value propotition astra finansial yaitu, nilai terbaik, terintegrasi dan cepat.



“Dalam invoasi produk dan layanan astra finansial tema ini kami wujudkan dengan menyediakan solusi keungan yang terbaik bagi pelanggan”, tambahnya lagi ujar Suparno Djasmin. “Yaitu meliputi layanan pembiayaan, asuransi hingga perbangkan yang secara sinergis disediakan oleh keenam lembaga jasa keuangan astra finasial yang mendukung penuh GIIAS 2019 ini.”



Keenam lembaga jasa keuangan yang dimaksud adalah, Permata Bank, ACC, FIFGROUP, TAF, Asuransi Astra dan Astra Life.

 6 Lembaga Jasa Keuangan Sponsor GIIAS 2019





·         PermataBank lahir di tahun 2002 sebagai hasil merger lima Bank, dan telah berkembang menjadi bank swasta utama dengan produk dan jasa inovatif yang memberikan layanan keuangan menyeluruh secara sederhana, cepat, dan dapat diandalkan. Beroperasi di 62 kota di Indonesia, PermataBank melayani nasabah retail semua segmen, SME hingga korporasi, baik konvensional maupun syariah. Fokus digitalisasi PermataBank diperkuat dengan layanan e-Banking seperti ATM, PermataMobile X, PermataNet, E-Form, E-Statement, E-Wealth, E-Business dan API Banking. www.permatabank.com

·         PT Federal International Finance (”FIFGROUP”) didirikan dengan nama PT Mitrapusaka Artha Finance pada bulan Mei 1989. FIFGROUP bergerak dalam bidang Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang dan Pembiayaan Konsumen. Sejak 1996 FIFGROUP fokus pada pembiayaan motor merek Honda. Seiring dengan perkembangan usaha, terdapat 4 lini bisnis di bawah FIFGROUP dengan brand FIFASTRA pembiayaan motor Honda, SPEKTRA pembiayaan elektronik & perabot rumah tangga, DANASTRA pembiayaan multiguna dan modal kerja, dan AMITRA pembiayaan Syariah. www.fifgroup.co.id

·         PT ASTRA AVIVA LIFE (Astra Life) adalah perusahaan asuransi jiwa patungan PT Astra International Tbk dan Aviva International Holding Limited yang berdiri pada tanggal 26 Mei 2014. Berbagai pilihan produk dipasarkan melalui kanal-kanal distribusi, baik produk-produk asuransi jiwa perorangan maupun perusahaan. Selama 4 tahun beroperasi, Astra Life telah mencapai pertumbuhan perusahaan yang sangat baik dan sudah melayani lebih dari 1 juta tertanggung. Astra Life dan segenap Life Lovers (Karyawan Astra Life), akan terus berinovasi guna mewujudkan aspirasi perusahaan untuk menemani masyarakat Indonesia mencintai hidup. Menikmati hari ini, berani bermimpi, dan mewujudkannya. Love Life. www.astralife.co.id

·         Perusahaan pembiayaan terpercaya di bawah PT Astra International Tbk., Astra Credit Companies telah memberikan layanan pembiayaan sejak 1982, meliputi pembiayaan mobil baru & bekas, pembiayaan alat berat & pembiayaan multiguna. ACC saat ini telah memiliki 75 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk mengetahui informasi tentang ACC, dapat diakses melalui pusat informasi 1500599. www.acc.co.id.

·         Asuransi Astra merupakan asuransi umum yang memiliki visi untuk memberikan peace of mind bagi jutaan pelanggannya, Asuransi Astra memiliki deretan produk berkualitas seperti Garda Oto, Garda Motor, Garda Medika, HappyOne.id, asuransi komersil dan syariah.Dengan berbagai inovasi produk dan layanan serta didukung teknologi digital, Asuransi Astra menjamin kenyamanan dan kemudahan untuk pelanggan. www.asuransiastra.com

·         TAF telah menyediakan layanan kredit mobil di bawah PT Toyota Astra Financial Services sejak 2006. TAF menawarkan berbagai fasilitas pembiayaan untuk kepemilikan mobil Toyota, Daihatsu dan Lexus, pembiayaan investasi dan modal kerja. Bersama 36 kantor cabang, TAF hadir lebih dekat untuk memberikan berbagai fasilitas dalam pembiayaan kendaraan. mulai dari perhitungan angsuran mobil, kemudahan dalam pengajuan kredit mobil, pembiayaan kompetitif, hingga pembayaran angsuran yang fleksibel. www.taf.co.id


Saat GIIAS kemarin, saya sempat berkeliling ke booth-booth Astra Finansial beserta ke 6 LJK-nya. Ya, satu sama lain booth berjauhan. Setiap booth punya aktivitasnya sendiri untuk memudahkan pengunjung memahami pembiayaan, perbangkan dan asuransi . main booth Astra Financial terdapat di hall 2, sementara booth ACC dan TAF berada di Nusantara Hall, booth FIFGroup di hall 9, booth Permata Bank di Hall 7, booth Asuransi Astra di Hall 10 dan booth Astra Life di Hall 3. Ini keliling seharian cukuplah bikin capek wehehehe



Mampir di booth Astra Life, saya disambut Mbak Dinda Pratiwi bagian Financial Networks Advisor. Pas nanya-nanya mengenai apa itu Astra Life, dengan ramah ia menjelaskan. Mbak Dinda menjelaskan tentang asuransi jiwa, asuransi kesehatan dan manfaat setelah meninggal dunia, kecelakaan juga bisa untuk pendidikan dan pensiun.  Dari penjelasannya, saya baru paham jika semakin muda usia calon nasabah, maka tanggungannya semakin tinggi.

Main games Jump for Life diajarin Mbak Dinda

Di pameran ini, keenam LJK Astra Financial memberikan berbagai promo menarik sebagai wujud nyata terhadap industri otomotif nasional. ACC dan TAF misalnya, menyediakan promo kredit mobil dengan benefit khusus berupa cicilan 0% untuk tenor 1 tahun. Promo ini bisa dinikmati dengan Down Payment (DP) mulai dari 25%. Selain itu, terdapat pula potongan biaya administrasi sebesar Rp1 juta. Tak ketinggalan juga promo menarik dari FIFGROUP untuk kredit motor berupa Bunga 0% dan DP mulai dari 20% serta hemat angsuran hingga Rp 3,5 juta untuk pembiayaan motor Honda Vario dan BeAT Series.

 
Banyak games di booth-booth Astra

Pengunjung yang memasukkan Surat Pemesanan Kendaraan (SPK) mobil atau big bike selama pameran berlangsung berkesempatan memenangkan hadiah undian lucky dip berupa 4 iPhone XS, 10 iWatch, dan ribuan hadiah langsung lainnya seperti toiletry bag, mini car diffuser, wallet, dan travel bag. Lalu, bagi pengunjung dengan SPK yang disetujui lewat ACC dan TAF, bisa mendapatkan hadiah langsung car trunk.












Uji coba pembuatan ecobricks di Citayam


Bagaimana caranya membuat ecobricks yang baik? Kalimat ini kerap bersarang di kepala sejak beberapa bulan ini. Sebetulnya, sudah sejak tahun lalu saya melihat dan mengenal kalimat ecobricks. Ya, tapi hanya melihat dan mengenal saja, tanpa ingin tahu lebih jauhnya apa. Pun ketika melihat orang membuat ecobricks saya tidak tertarik untuk memelajarinya. Pikir saya saat itu sederhana, "Kalau saya nggak tahu untuk apa ketika membuat ecobricks, kenapa saya harus buat? Toh, jikalau saya buat pun hanya sekadar menunda sampah sesaat, yang kemudiannya ecobricks pun lagi-lagi akan jadi sampah yang berkepanjangan, kenapa saya mesti ikutan?."  

Pertanyaan-pertanyaan yang berkelindan di kepala saya simpan. Tapi setiap kali melihat tumpukan sampah yang berserak di pinggir jalan pikiran saya terganggu. Saya selalu membatin, "Saya pun jadi bagian dari pelaku yang membuang sampah ini." Apalagi kalau berangkat dan pulang kerja lewat tempat penumpukan sampah sementara di Citayam, saya merasa bersalah. Wah, ini nggak beres. Pun ketika membuang sampah plastik, saya semakin merasa bersalah, tapi saya nggak tahu mau ngapain?. Sering bermonolog, apa bisa saya mengurangi penggunaan sampah plastik? Apa bisa saya belajar bertanggung jawab dengan sampah saya sendiri? Ya, pertanyaan-pertanyaan yang acap bertandang itu bikin saya mikir lagi, saya bisa apa?

Ada beberapa  teman yang begitu konsen dengan sampah dan dampaknya bagi hewan-hewan di laut. Bahkan, ketika dia menikah memininimalisir penggunaan sampah plastik. Saya bangga mengenalnya, pun saya senang melihat kegiatannya. Tapi di balik segala postingannya, saya kok tambah rasa bersalah, "Aing nggak bisa ngapa-ngapain euiiii" 

Ada juga Maya, teman di Ayodi. Dia malah ikut group yang bahasannya serius banget. Tentang alam yang diperbarukan dan entah apalagi. Nah, pas lihat grupnya dia dan dia copas salah satu obrolan yang dibahas, saya mulai bertekad untuk memelajari ecobricks. Kadang sama Maya sering ngobrol. Googling kesana kemari. Apalagi pas lihat Cak Oyong mengunggah informasi mengenai penukaran ecobricks dengan botol minum, saya jadi semangat belajar. Bukan botol minumnya yang saya sasar, tapi pemanfaatan ecobricksnya.

Nah, sejak saat itu langsung bersihin satu botol air mineral. Di rumah adanya botol aqua ukuran 600 ml, saya langsung menggunakan botol tersebut. Mengeringkan botol, membersihkan sampah yang akan dimasukan dalam botol dan mulai membuat ecobricks dengan "seadanya". Karena kemampuan terbatas, saya semakin rajin mencari komunitas ecobricks di media sosial. Dikasih narahubung sama Cak Oyong, tapi pas saya komunikasi orangnya malah langsung bilang kalau saya harus punya sponsor untuk mengundang pelatih ecobricks. Wah, akhirnya langsung skip.

Lalu, bertemulah saya dengan laman ecobricks.org, saya membuat akun di sana dan mencari informasi siapa saja dan di mana saja pegiat ecobricks di Indonesia. Tentunya, saya mencari tempat terdekat. Meski akhirnya, saya belum bertemu juga. Di facebook dan instagram, saya menemukan beberapa pegiat ecobricks. Tentu saja langsung menambahkan sebagai teman. Salah satu yang saya tambahkan sebagai teman adalah Ibu Shintia Puspitasari yang sudah aktif tiga bulan menggeluti ecobricks. Ia tinggal di Kediri. Alasan meminta pertemanan di FB karena di laman facebooknya ia kerap membagikan informasi mengenai workshop ecobricks.

Setelah pertemanan diterima, saya langsung inbox Bu Shintia, mengabarkan kalau saya sedang belajar mengenai ecobricks. Owh ya, sebelum ini saya sudah membuat ecobricks beberapa botol. Tapi saya nggak yakin kalau yang saya buat itu benar. 

"Nah, mengenai benar, plastik ini harus digunting-gunting atau enggak, Mbak?." Tanya saya suatu hari kepada Bu Shintia melalui inbox facebook.

"Plastik yang akan dimasukkan dalam botol harus keadaan bersih dan kering, bebas minyak. Plastik yang pertama kali dimasukkan cari plastik yang lembut. Utamakan yang berwarna (putih, merah, biru dll). Gunanya untuk mempercantik. Selanjutnya plastik digunting, sedang. Jangan terlalu kecil dan besar. Kombinasikan plastik tebal dan lembut. Misal mika/gelas, kombinasikan dengan kresek/bungkus makanan. Tujuan digunting tadi adalah agar plastik dapat saling mengisi ruang kosong dalam botol."


Waktu pulang ke Cilegon juga nyoba bikin ecobricks. Sebagai nomaden, rupanya agak berat konsisten :(


Wah, jawaban bernas dari Bu Shintia membuat saya langsung menertawakan diri sendiri. Yang pertama kali saya buat tentu saja salah, karena memasukan begitu saja plastik yang digunting-gunting . Tapi tak apa, namanya belajar yah wajar salah. Mengenai bebas minyak dan kering, alhamdulillah saya sudah melakukannya. Ah, ini kudunya ditulis dalam posting lain. Karena sejujurnya, setelah mengetahui beberapa tekhnik membuat ecobricks yang baik itu saya langsung menghentikan sementara pembuatan ecobricks. Tapi tanpa menghentikan memilih sampah plastik.

Apa saya sudah sepenuhnya memilih dan memilah sampah plastik? Aih, jelas saja belum. Ini beneran bukan pekerjaan yang mudah. Jujur, saya masih membuang sampah plastik. Tapi prosentasenya sedikit berkurang. Jika sebelumnya membuang 10 sampah plastik, saya bisa menguranginya menjadi tiga atau empat sampah plastik. Saya tahu, ini belum semuanya menjadi penyelesaian, tapi saya yakin dengan mengurangi sedikit demi sedikit maka akan mengurangi populasi jumlah sampah plastik yang beredar selama ini. Ya, setidaknya dari diri saya sendiri. 

Tiga botol ecobricks yang saya buat dari botol aqua. Ini layak edit dan kudu ngeluarin isinya :(


Gerbang menuju desa

Desa Karangsari, Kecamatan Pulosari. Tetiba saya ingin menulis ini. Tadi malam blogwalking ke "rumah" teman yang asalnya sama-sama dari Pemalang rupanya dia salah menuliskan tentang alamat di kampung saya. Dia menuliskan tentang Wiloci, salah satu tempat wisata di kampung halaman, tapi dengan nama terbalik, Desa Pulosari Kecamatannya Karangsari. Nah, untuk menghindari kesalahan nama tersebut, semoga tulisan ini nantinya bisa menjadi penunjuk atau jawaban ketika ada orang yang mencari. Karangsari merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Pulosari, kabupaten Pemalang. Karangsari sendiri terbagi kepada dua bagian, Karangsari Krajan dan Karangsari Kulon (Barat).

Sekarang ada gapuranya. Maap, motretnya jelek...


Nah, karena saya terlahir dan menikmati masa kecil di Karangsari Barat, tentunya saya akan berkisah serba sedikit tentang kampung halaman ini. Sayangnya, koleksi foto di kampung tidak banyak. Kebanyakan hanya koleksi foto pemandangan. Sedang foto keadaan desanya amat sangat sedikit sekali.

Saya dilahirkan di desa ini dengan segala rupa cerita indah di masa kecil. Desa, pegunungan, bukit, sawah, sungai, kabut, hutan, kayu kering, rumput dan segala macamnya. Terlahir di tahun 80-an, desa saya waktu itu belum ada listrik. Rutinitas saat itu sejak saya ingat usia sekitar enam tahun sudah diberi kewajiban momong sepupu. Memandikan, menggendong, menyuap dan membuat makanan ketika budhe dan nenek saya pergi ke kebun atau ke pasar. Iya, saya ingat enam tahun karena beda usia dengan sepupu yah enam tahun. Ketahuan, kan, betapa tuanya saya. Mahahahaha...

Ini rumah tetangga, kalau pas pulang pagi-pagi saya menyusur jalan mencari matahari terbit mehehehe


Selain itu, ada lagi rutinitas yang saya kerjakan. Ikut membantu tetangga memanen cabai, kopi, cengkih atau apa pun tergantung musim. Nah, kalau ini bisa jadi rutinitas di keluarga juga. Karena nenek dan budhe juga menanam cabai dan macam-macam di kebun. Tapi dengan fasilitas dan hasil yang sangat minim. Sekarang, sih, saya menyebutnya petani kismin. Hahahahahaha....

Siang hari sepulang sekolah biasanya saya dan teman-teman akan mandi di kamar mandi umum (saat itu belum banyak keluarga yang memiliki kamar mandi sendiri). Hanya beberapa orang saja yang punya kamar mandi pribadi. Sekitar jam 2 siang, kami menuju rumah pak ustadz untuk mengaji. Baik hafalan, mau pun ngaji iqro sampailah ke Alquran. Owh ya, saya ini termasuk orang yang sangat terlambat mengenal huruf hijaiyah. Terberkahilah ustazah Kus yang mengenalkan alif, ba, ta kepada saya.

Karena belum ada listrik, tiap sore saya dan kakak bergantian diberi kewajiban membeli minyak tanah, mengisi di lampu teplok. Kami (saya dan kakak) tak selalu melaksanakan tugas dengan sempurna, karena pekerjaan mengisi minyak tanah ke damar ini merupakan pekerjaan yang paling saya nggak sukai. Tangan jadi bau minyak tanah.

Menjelang maghrib, kami semua akan dipanggil pulang ke rumah masing-masing. Nggak pulang, siap-siap kena marah. Adzan berkumandang, kami harus menuju mushola. Setelah adzan, berbagai kegiatan dilakukan di mushola. Tapi ini tergantung hari dan ia tak dilakukan setiap hari. Salah satu yang saya ingat, ada satu malam khusus yang kami membaca barzanji bersama-sama. Kalau terang bulan, kami main di rumah Mbah Mukti, zaman itu, rumah beliaulah satu-satunya yang ditegel. Kami main tarik-tarikan pakai kain jarik :))). Selain di rumah Mbah Mukti, kadang di depan rumah Pak Dhe Guru, beliau guru. Saya waktu kecil manggilnya Pak Dhe Guru ^_^. Kalau terang bulan, kami main di depan rumah Pak Dhe Guru. Kami main gulung-gulungan di gribik (eh, ini saya nggak tahu bahasa Indonesianya gribig apa) :(((. Gribig itu anyaman bambu yang buat jemur padi.

Permainan di gribig itu paling memacu adrenalin. Jadi, gribik digulung, kita masuk ke dalamnya nanti diglindingin.... (glindingin bahasa Indonesianya apa, yah?. Ini kalau inget masa kecil kok kerjaannya main aja, yah? Atuh pantes saya oon pas udah tuwak Wekekekeke....

Ini kapan bisa menulis lagi mengenai kampung halaman, ya?

Sawah ini di luar kampung



Mengurangi sampah plastik bisa dimulai dari diri sendiri


Indonesia menjadi negara urutan nomor dua penyumbang sampah plastik di dunia. Ini seperti yang diungkapkan oleh mentri kelautan Susi Pudjiastuti tahun lalu pada kegiatan Bersih-bersih pesisir laut. Sebagian besar sampah plastik dibuang ke laut. Tentunya ini sangat membahayakan. Karena sampah plastik yang masuk ke laut dapat terbelah menjadi partikel-partikel kecil yang disebut microplastics dengan ukuran 0,3-5 milimeter. Nantinya sampah plastik akan dengan mudah dikonsumsi oleh hewan-hewan laut.

Menurut data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/tahun. Dimana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah platik yang dibuang di laut." (dikutip dari laman Kompas.com yang tayang pada 19 Agustus 2018). Jumlah ini tentunya tidak sedikit. Ada banyak fakstor kenapa Indonesia menjadi negara dengan nomor urutan kedua mengenai penyumbang sampah plastik ini. Pertama, tentu saja banyaknya jumlah penduduk. Kedua, rendahnya kesadaran warga Indonesia mengenai urusan sampah. Terutama sampah plastik.

Hari Minggu tanggal 14 Juli lalu saya dan teman-teman berkunjung ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Bagendung-Cilegon. Di TPSA itulah, seluruh sampah dari kota Cilegon dibuang. Ya, sebagian besar (atau malah semua) TPSA-TPSA yang ada di Indonesia itu menggunakan sistem landfill di mana sampah dibuang di satu tempat lalu dibiarkan begitu saja. Cara-cara seperti itu tentu saja tida efektif. Selain membutuhkan lahan yang luas, sampah akan merusak ekosistem dan lingkungan jika tidak ditangani.

Lalu, bagaimana menyikapi hal tersebut...?

Jika pemerintah belum menyediakan tempat sampah yang memadai, kalau pun tukang sampah masih belum bisa memberlakukan sampah sebagai mana mestinya dan kita juga tidak bisa melakukan hal-hal seharusnya dengan sampah, tentu saja ada hal sederhana yang bisa kita lakukan. Seumpamanya, belajar bertanggung jawab dengan sampah diri sendiri terlebih dahulu. Hal kecil dan sederhana misalnya dengan membawa tas belanjaan ketika berbelanja. Jadi tak harus menggunakan kantong plastik yang disediakan oleh toko, warung atau swalayan yang kita kunjungi.



Untuk mendukung langkah tersebut, salah satu retail besar di Indonesia, Alfamart melaunching satu produk baru dalam bentuk tas belanja. Tas belanja ini bukan sembarang tas tentu saja, karena ia bisa digunakan berkali-kali. Tasini nama produk tersebut. Tasini dibuat gantungan kunci dengan aneka rupa binatang. Ada tiga binatang yang jadi iconnya. Olivia, si gurita dengan warna pink. Shark, hiu lucu berbwarna biru dan terakhir adalah Theo penyu berwarna hijau.Dibuat karakter binatang laut menurut Roger untuk mengingatkan kita semua bahwa banyak hewan-hewan di laut yang menjadi korban dari sampah plastik.



Tasini merupakan ide inisiatif dari kepedulian tentang lingkungan hidup, Making Oceans Plastic Free (MOPF). MOPF diinisiasi oleh empat sahabat dari Indonesia dan Jerman. Mereka adalah orang-orang yang aktif berkampanye tentang kepedulian kepada lingkungan. Ide ini bermula dari kesedihan dan kekhawatiran mereka melihat banyaknya jumlah sampah plastik yang semakin meningkat setiap tahunnya mencemari laut. Pada akhirnya kampanye mereka bukan hanya sebatas peduli kepada lingkungan, tapi juga memberikan solusi dengan membuat salah satu produk tasini. Tasini dibuat dari plastik daur ulang.

Tasini diharapkan mampu mencegah penggunaan 400 kantong plastik. Ya, dengan menggunakan tasini, masyarakat jadi lebih sedikit memakai kantong plastik sekali pakai ketika belanja. Di alfamart plastik sudah berbayar, tapi dengan nominal Rp. 200 bukan tidak mungkin orang lebih banyak memilih membayar dibanding membawa kantong belanjaan sendiri (apalagi kalau lupa).

Kalau belanja di alfamart selalu ditanyain mau pake platik apa enggak. Dan inilah salah satu kampanye di alfamart


Corporat Affairs Director Alfamart, Solihin mendukung sepenuhnya peluncuran produk baru ini. Ia berharap dengan adanya Tasini bersama dengan masyarakat dapat mengurangi penggunaan sampah plastik dan sama-sama menjaga lingkungan lebih berkelanjutan.

Sementara Roger, salah satu founder Tasini bercerita di sela-sela makan siang usai acara. Tasini dibuat sebagai salah satu charity mereka untuk mencari dana dalam berkampanye tentang kepedulian lingkungan. Ia juga berpesan, untuk saat ini ketika banyak hal yang belum banyak bisa kita lakukan, mengurangi penggunaan sampah plastik adalah salah satu solusi. "Sekarang ini minimal kita mengurangi empat hal, jangan menggunakan sedotan, kurangi penggunaan plastik, kurangi penggunaan botol air mineral plus sedotannya (sedotan air mineral gelas) dan penggunaan styrofoam." Begitu katanya di akhir obrolan.

Mbak Elisa lagi belanja pake Tasini. Muatnya lumayan banyak juga ^_^


   

Juguran Blogger 2019 (dokumentasi dari grup Juguran Blogger)


Juguran Blogger (JB) saya mengenal acara ini pada tahun 2012 lalu saat masih berada di Malaysia sebagai seorang tenaga kerja. Saat itu, betapa inginnya saya ikut JB. Malangnya, jarak dan materi tak berbanding lurus dengan keinginan hati.  Yang akhirnya cuma bisa ngowoh memerhatikan sambil dalam hati nazar, "pokoknya kapan-kapan saya wajib ikutan!." Begitulah nafsu manusia. Kalau pengen aja segala rupa dijampi-jampi. 

JB diinisiasi oleh teman-teman bloger Banyumas. Konon, tujuan mereka mengadakan JB adalah untuk mengenalkan potensi desa-desa membangun di wilayah Banyumas.

Apa yang membuat saya tertarik mengikuti JB? Ya tentu saja jalan-jalan ke desa... Sebagai orang dusun yang tersesat di kota, saat melihat orang jalan-jalan melihat keindahan pegunungan desa yah jelas meronta-ronta keinginannya.

Tahun 2015, alhamdulillah saya mengikuti JB yang kedua. Dan di tahun 2017, saya tak sempat mengikuti JB. Tahun 2019 ini, saya kembali mengikuti JB. Agak malu hati juga, serasa tua banget ikutan JB. Wehehehehe... mengikuti perjalanan JB dari awal sampai kemarin, ada beberapa catatan-catatan kecil yang saya simpan, meski tak semuanya saya bisa ikutan.

 1. Juguran Bloger Memunculkan Para Demit

Tentunya, ini demit bukan sembarang demit. Karena demit yang dimaksud adalah bloger-bloger desa melek IT (demit, kependekan dari desa melek IT). Lalu mereka mengemukakan wacananya kepada kawan-kawan Desa Membangun. Gayung pun bersambut, ajakan mereka diterima dengan tangan terbuka oleh para punggawa Desa membangun. Dari kemunculan para bloger demit inilah mereka hendak memberdayakan dalam bentuk kegiatan. Dari obrolan-obrolan mereka, lalu muncullah ide untuk mengundang bloger dari berbagai daerah. 

Juguran Blogger 2012. Koleksi foto dari blognya Damai Wardani


2.  Mengundang Para Bloger Ndeso

Ini seperti yang dipaparkan di blog Mas Pradna, bahwa tujuan mereka (para punggawa komunitas bloger Banyumas) melaksanakan JB saat itu adalah untuk mempererat silaturahim antar bloger ndeso. Selain itu juga untuk mempercepat dikenalnya potensi desa ke ranah maya. Karena katanya, desa-desa di Gerakan Desa Membangun (GDM) sudah memiliki web portal berita yang dikelola masing-masing desa. Nah, kalau kita telisik lebih jauh lagi, merekalah yang “melahirkan” domain desa dot id. Yang kalau tidak tahu silakan digoogling aja apa dan bagaimana itu sesungguhnya domain desa dot id.

Eh, mengenai bloger ndeso, stigmanya sepertinya sekarang sudah berubah. Karena sekarang (sebenernya dari dulu, sih)  yang datang lebih beragam. Mereka, para bloger traveler dari kota dan banyak lagi tentu saja.

3.  Potensi Desa Dipromosikan Melalui Dunia Maya

Bagaimana dengan mimpi mereka mempromosikan potensi desa melalui dunia maya? Setiap Juguran Blogger dilaksanakan, yang menjadi target tujuan tentunya desa-desa di Banyumas.  Tahun pertama, mereka berwisata ke Desa  Kedungbanteng, Kec. Kedung Banteng Banyumas. Tahun 2015, di mana saya sebagai salah satu peserta JB berwisata ke dua desa. Desa Kalisari Kec. Cilongok, Kab Banyumas  dan Desa Dermaji, Kec. Lumbir, Kab. Banyumas.  Tahun 2017 ke Desa Windujaya, Kec. Kedungbanteng Kab. Banyumas dan Desa Baseh, Kec. Kedungbanteng Kab. Banyumas. Tahun 2019, di mana saya kembali serta di dalamnya kami menuju beberapa desa. Desa  Kalibagor, Kec. Kalibagor Kab. Banyumas. Desa Cilongok, Kec. Cilongok, Kab. Banyumas. Dan yang terakhir adalah desa langgong Sari, Kec. Cilongok, Kab. Banyumas.

Juguran blogger 2015, dokumentasi dari blognya Riska Ngilan


Setiap desa yang kami datangi tentu saja memiliki potensinya sendiri. Pada zamannya, di tahun 2012 di mana desa belum gencar dengan pariwisata lokal, tentunya pariwisata tak menjadi target utama. Mereka lebih menitikberatkan desa melek IT (ini menurut kacamata abal-abal saya aja, sih) . Lalu kini, setelah wisata menjadi target banyak pihak untuk dikembangkan dan dipromosikan, maka JB mengambil bagian tersebut. Ikut mempromosikan wisata desa. 


4.  Juguran Bloger Setelah Tujuh Tahun

Tujuh tahun berlalu. Berhasilkah mereka mempromosikan desa-desa di banyumas? Elah, soalan kayak gini tentunya nggak bisa dijawab. Wong saya sendiri juga nggak tahu. Eh, ya juga, sih. Kan kudunya pertanyaan ini dilontarkan kepada punggawa Juguran Blogger, yaks? Mehehehehehe...

Tapi kembali ke catatan-catatan kecil saya sebagai penonton dan follower, JB “berhasil” mengajak silaturrahim para bloger dari berbagai daerah, lalu kawan-kawan bloger ketika pulang membawa banyak kenang dan ditulis di blognya. Tak hanya di blog, tapi juga media sosial pada umumnya, twitter, facebook, instagram juga you tube. Tidak ada tolok ukur berhasil atau tidak berhasil secara angka-angka. Tapi JB bagi saya sudah berhasil “mengikat” usia persaudaraan antar bloger dari berbagai daerah.

Bertahun lalu sejak melihat JB dilaksanakan, begitu inginnya saya melakukan hal serupa di kampung saya. Sayangnya, sebagai anggota Aliansi Wacana Independen (AWI) keinginan tersebut menguap begitu saja sebagai wacana. Tidak tahu nanti, setelah mendengar wejangan semi serius juragan Juguran Bloger di Baturaden di hari Sabtu malam yang melahirkan sebutan-sebutan absurd dalam perbincangan cocote kelabasan. Halagh....   

Juguran Blogger 2017, dokumentasi dari blognya afriantipratiwi
 

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Teman-teman

Sering Dibaca

  • Minyak Gamat Bukan Hanya untuk Obat Luka
  • Diary Blogger Indonesia
  • RM. 100 Dari Denaihati
  • Betapa Inginnya Mengumrohkan Ibu Saya
  • Beli Sprei Bisa Umroh?

Harta Karun

  • ►  2022 (5)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2021 (8)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2020 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
  • ▼  2019 (41)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (4)
    • ▼  Juli (8)
      • Obat Anyang-anyangan Prve Uricran
      • Sekolah Dasar Negeri 03 Karangsari
      • Tumpeng, Tradisi Kuliner Indonesia
      • Enam Sponsor Utama GIIAS 2019 dari Astra
      • Bagaimana Caranya Membuat Ecobricks yang Baik?
      • Desa Karangsari, Kecamatan Pulosari
      • Mengurangi Sampah Plastik dengan Tasini
      • Juguran Bloger dari Waktu ke Waktu
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2017 (21)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (63)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (23)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2015 (137)
    • ►  Desember (25)
    • ►  November (20)
    • ►  Oktober (34)
    • ►  September (19)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (52)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2013 (40)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (12)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2012 (74)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (14)
  • ►  2011 (87)
    • ►  Desember (10)
    • ►  November (8)
    • ►  Oktober (18)
    • ►  September (13)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2010 (141)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (12)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (17)
    • ►  Februari (18)
    • ►  Januari (23)
  • ►  2009 (124)
    • ►  Desember (11)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (17)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (12)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2008 (105)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (16)
    • ►  Mei (19)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (22)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2007 (30)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (12)
    • ►  Agustus (2)

Kategori

Ads Blogger Hibah Buku Celoteh Cerpen Featured GayaTravel KBO komunitas Murai Perjalanan Piknik Buku Pojok Anaz Reportase resep reveiw Semestarian Serial Sosok Teman TKW TripGratisan Volunteer

Catatan Anazkia By OddThemes | Turatea.com