Catatan Anazkia

Karena hanya tulisan yang bisa saya tinggalkan

  • beranda
  • Kisah
    • Serial
    • Cerpen
    • Celoteh
    • Reportase
    • Perjalanan
      • Gaya Travel
      • Trip Gratisan
      • Piknik Buku
  • Pojok Anaz
  • Murai
  • Sosok
  • komunitas
    • Volunteer
    • KBO
    • Semestarian
    • Blogger Hibah Buku
Jumpa pers 30 Mei 2019 di Batik Kuring

"Tadi pagi kakak saya ikutan mudik gratis Sido Muncul, lho, Kanaz." Kemarin malam, ketika buka puasa bersama, Isna menceritakan tentang kakaknya yang hari Kamis tanggal 30 Mei ikut program mudik gratis dari Sido Muncul.

"Lho, dari Cilegon ada, ya? Kemarin malam pas siaran pers setahu saya nggak ada dari Cilegon."

"Iya, ada. Tadi pagi saya nganterin ke terminal, dan lihat banner Mudik Gratis Sido Muncul kayak yang kemarin Kanaz share fotonya. Saya juga baru tahu kalau Kakak ikut mudik gratis."

Saya dibuat takjub. Rupanya, program mudik gratis ada juga dari Cilegon. Padahal, menurut informasi satu hari sebelumnya ketika menghadiri siaran pers, keberangkatan mudik gratis hanya dari beberapa kota,  di antaranya, Tangerang, Bogor, Bogor, Sukabui dan Bandung.

"Tapi Kakak saya bayar, Kanaz."

"Lah, kok bayar? Setahu saya kemarin semuanya gratis, tis!"

"Kakak saya bayar Rp. 250.000. Mungkin itu untuk bayar lain-lain. Dan kakak menerima saja kesepakatan itu, karena harga normal tiket bus ke Klaten Rp. 600.000." 

Semua yang hadir di acara buka puasa bersama memaklumi pembayaran tiket mudik ke Klaten yang dilakukan oleh Kakaknya Isna. Anggapan kami, ada sebagian orang yang ambil keuntungan dalam program mudik gratis Sido Muncul ini. 

Rabu, 29 Mei 2019 saya hadir di acara Jumpa Pers 30 Tahun Mudik Gratis Sido Muncul. Bertempat di Batik Kuring SCBD, jumpa pers ini dihadiri oleh puluhan media dan blogger sekaligus buka puasa bersama. Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat, seperti biasa tampil di depan untuk menyampaikan informasi terbaru mengenai program Mudik Gratis 2019 di mana tahun ini memasuki usia ke tiga puluh. Ya, tiga puluh tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk menjaga konsistensi kebaikan. 

Mbak Evi dan Mbak Eva ngobrol langsung dengan Dirut Sido Muncul


"Ya, tiga puluh tahun bukan sesuatu yang istimewa. Nggak kayak waktu pertama kali." ujar Dirut Sido Muncul sambil tersenyum dari atas panggung ketika beramah tamah dengan media dan blogger. Menurutnya, di tahun ini Sido Muncul memberangkatkan 12.000 pemudik dengan menggunakan 189 bus. 114 bus diberangkatkan dari Museum Purna Bhakti Pertiwi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur pada hari Kamis 30 Mei 2019. Kemudian, disusul dengan daerah lainnya yang akan berangkat dari kota Tangerang, Bogor, Sukabumi, Cikampek dan Bandung. Nah, kan, Cilegon nggak ada, kan?

Mengenai pembayaran dari Cilegon, kenapa gratis kok katanya bayar? 

Merunut informasi yang jelas dan valid dari Irwan Hidayat, para pemudik tak dipungut biaya sepeserpun. Selama 30 tahun ini, Sido Muncul sudah memudikkan 360.400 orang ke kampung halaman. Bagi Irwan Hidayat, program mudik yang berjalan selama 30 tahun ini merupakan mu'jizat bagi Sido Muncul. Awalnya, program Mudik Gratis ini hanya berlaku untuk para pedagang jamu saja. Sampai bertahun kemudian, para pemudik ini lebih beragam, tak hanya penjual jamu, tapi juga para Pekerja Rumah Tangga (PRT), kuli bangunan dan para penjual makanan.

Tahun ini, menurut Dirut Sido Muncul yang mengikuti program Mudik Gratis lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya. Ini dikarenakan tingkat ekonomi sebagian pedagang jamu sudah semakin membaik. Juga semakin banyaknya layanan mudik gratis dari perusahaan lain mau pun instansi pemerintah. Meski secara jumlah pemudik menurun, tapi ongkos biaya tahun ini katanya jauh lebih besar. Ini dikarenakan naiknya biaya transportasi, baik tol mau pun yang lainnya. 

Sekalian silaturrahim ^_^ lama banget nggak ketemu mereka


Para pemudik akan diberangkatkan ke delapan kota tujuan, yaitu Cirebon, Kuningan, tegal, Banjarnegara, Solo, Wonogiri, Yogyakarta dan Gunung Kidul. Di tahun pertama program Mudik Gratis  Sido Muncul, diikuti oleh 1.200 pedagang jamu dengan menggunakan 17 bus. Saat itu, pelaksanaan di Lapangan Parkir Timur Senayan.

Pelepasan pemudik pada Kamis 30 Mei 2019  Museum Purna Bhakti Pertiwi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur


Ide Mudik Gratis Sido Muncul ini pertama kali diinisiasi oleh Jonatha Sofjan Hidajat. Saat ini, ia menjabat sebagai Komisaris Utama Sido Muncul. Awalnya, selama tiga tahun berturut turut dari 1991-1993, kegiatan mudik dilakukan secara sederhana. Hanya diwakili oleh direksi untuk melepas para pemudik adalah Marketing Manager Kris Irawan. Sementara pelepasan mudik sekarang, dilakukan secara meriah, dibuat panggung dan dihadiri oleh berbagai tokoh masyarakat seperti menteri, walikota dan pejabat tinggi lainnya. Sekaligus dilakukan promosi besar-besaran produk Sido Muncul. Perbaikan ini dilakukan sejak tahun 1994.

Terima kasih PT Sido Muncul. Semoga ke depannya tetap ada program Mudik Gratis, sehingga semakin banyak penerima manfaatnya.

Dirut Sido Muncul kembali hadir di acara pelepasan pemudik pada hari Kamis lalu

Salah satu pojok promo produk PT Sido Muncul


Dua bulan lalu pulang sama teman, ikut panen cabai tetangga. Kalau lebaran, mana bisaaa. ya kalik lebaran-lebaran ke kebun :D


Sudah berbelas tahun sejak pertama kali merantau, saya jarang sekali mudik ketika lebaran. Eh, jarang atau nggak pernah, ya? Pulang ke kampung halaman bagi saya tak meski ketika lebaran. Terdengar aneh, ya? Ada banyak hal yang membuat saya enggan pulang ketika lebaran. Salah satu penyebab utamanya adalah ketika saya tujuh tahun merantau di Malaysia dan nggak pernah pulang selama lebaran. Eh, tapi itu kayaknya penyebab lain, sih. Sebab-sebab lainnya tentu saja ada dan kalau ditilik, mungkin ini yang menyebabkan saya jarang sekali mudik ketika lebaran. 

Mudik November lalu bareng teman juga. Tuh, banyak yang demen main ke kampung halam saya :D ahahaha


Merantau Menyusul Orang Tua

"Hati-hati minum air Banten. Kalau sudah minum, nanti bakalan lupa kampung halaman." 

Kalimat tersebut penah diucapkan oleh nenek ketika saya masih kecil. Dulu, saya ditinggal merantau oleh kedua orang tua. Saya di desa bersama nenek dan saudara lainnya. Saat itu, kedua orang tua saya pulangnya hanya setahun sekali, ketika lebaran tiba. Itu pun sampainya betul-betul satu hari menjelang idul fitri. Jadi, saya adalalah salah satu anak yang acap menunggu kedatangan orang tua dengan harap-harap cemas. Ingat, dulu kedua orang tua sering cerita bagaimana proses pulang ke kampung halaman menaiki bis. Dari berebut kendaraan, berebut tempat duduk, macet, copet dan kesulitan lainnya. Pernah, ibu saya pulang dengan tas ternganga disobek pisau oleh pencopet. Beruntungnya isi tas tidak diambil.

Lulus Sekolah Dasar (SD), saya menyusul kedua oang tua ke Banten. Tepatnya di Cilegon. Setelah berkumpul dengan bapak dan ibu, tak menjadikan kami sekeluarga untuk mudik tatkala hari raya tiba. Semakin lama, kebiasaan itu semakin mendarah daging. Kendati pun kami pulang hari raya, biasanya beberapa hari paska lebaran. Kebiasaan ini kami tanam terus menerus di antara kami adik beradik dan orang tua. 

Desaku yang kucinta....


Macet di Jalan

Namanya mudik, ya pasti macet. Begitu kata teman-teman yang biasa pulang ketika lebaran. Konon, macet adalah bagian dari mudik lebaran, nggak ada macet, nggak mudik. Kebiasaan turun temurun keluarga saya, ketika pulang kampung naik bis. Ya, nggak pernah enggak, lebaran pulang pasti menggunakan bis. Beberapa kali ketika saya pulang paska lebaran pun naik bisa bersama dengan saudara dan rakan handai dari kampung tetangga. Bayangkan, paska lebaran saja masih macet, gimana sebelum lebarannya. Saya angkat tangan. 

Saya salut dengan kebanyakan orang yang selalu mudik ketika lebaran dan tak peduli kendala kemacetan di jalan. Bagi mereka, macet betul-betul menjadi bumbu mudik. Tabik! Semoga lebaran tahun ini antrian kemacetan tidak semakin banyak dikarenakan mahalnya tiket pesawat.

Sulitnya Membeli Tiket Kereta Api Sebelum Lebaran

Lho, katanya turun temurun selalu naik bis, kok tiba-tiba sulit membeli tiket kereta api? 

Hehehehe.... Boleh dong memecah tradisi? Sejak beberapa tahun lalu, saya sering naik kereta api ketika pulang ke kampung halaman. Biasanya, saya akan memesan tiket kereta secara online. Lebih mudah, hemat waktu dan tidak terjebak macet. Biasanya, saya akan pulang sebelum Ramadan, atau setelah hari raya usai. Tahun ini, saya diajak pulang setelah lebaran karena ada saudara yang mau menikah. Saya mulai melihat-lihat jadwal  kereta api yang ada di pegipegi. 

Bisa dipesan dengan mudah


Alhamdulillah, tiket kereta api lebaran masih ada di pegipegi dan waktunya sesuai. Saat pulang, biasanya saya akan memesan tiket dengan tujuan stasiun Tegal. Padahal, saya tinggal di Kabupaten Pemalang, tapi desa saya lebih dekat dari Tegal berbanding dari stasiun Pemalang. Eh, tapi kayaknya sama aja, ding jaraknya. Hanya saja, kalau dari Tegal akan lebih murah harga tiketnya berbanding ketika saya harus turun di stasiun Pemalang (ketahuan banget murahan) ahahahaha. Sebelum Ramadan, saya pulang dengan seorang teman. Dan seperti biasa, sebelumnya pasti saya sudah memesan tiket kereta api online. Karena kini, semuanya bisa dilakukan dengan mudah hanya melalui handphone saja ^_^

Ada banyak pilihan bank



Pengennya sih ya gini ^_^. Tapi kadang kenyataannya lain :D

Gorengan.... Makanan ini bagi saya seperti candu. Betapa sulit meninggalkan makanan mewah yang murah meriah dan renyah ini. Saat dihadapkan dengan pilihan di depan mata antara gorengan dan bermacam-macam kudapan, tentu saja saya akan memilih gorengan. Pokoknya, gorengan tetep yang saya cinta! Sejak kapan mulai menyukainya, saya pun sudah lupa. Dari kecil, pokoknya sudah sering disajikan dengan berbagai macam gorengan, tempe (identik dengan mendoan), pisang goreng, tape goreng, ubi goreng, piye-piye (bakwan) dan macam-macam. 

Sebelum bulan puasa, saya bilang ke Kakak sama Nita, kalau Ramadan kali ini akan mulai mengurangi konsumsi gorengan. Kenapa memulainya harus bulan Ramadan? Kenapa bukan bulan yang lain? Itu dikarenakan ketika bulan puasa tiba jatah mengunyah gorengan saya semakin banyak! Huffftttt... Pernah, makan tahu isi sampai tujuh biji. Duh! Jadi, kebiasaan buruk saya ketika berbuka puasa adalah  minum, baik air putih mau pun teh trus makan gorengan sebanyak-banyaknya, sekenyang-kenyangnya sampai kemudian nggak makan nasi. Hahahahahaha.... Parah banget!

Apa gorengan ini hanya ada di Indonesia? Owh, ternyata tidak. Lama tinggal di Malaysia mengenalkan saya dengan berbagai macam gorengan. Tapi tetep, gorengan Indonesia jauh lebih enak (ya iyalah, kebiasaan lidah). Di Malaysia, kalau bikin bakwan isinya cuma tepung terigu, potongan bawang merah besar sama ikan bilis (ikan bilis adalah teri). Sudah, cuma itu thok. Eh, adonannya ditambahin telor. Namanya juga bukan bakwan, tapi cekodok. Ada berbagai macam cekodok, cekodok pisang, cekodok ikan bilis dan entah apalagi. Kadang, ini bisa buat becandaan,

"Makan apa?”

“Cekodok.”

“Cekodok? ada kodoknya, nggak?"

krik... krik.. krik....

Balik lagi ke gorengan, sebelum menulis ini saya mencari artikel asal muasal gorengan. Beberapa artikel saya baca, salah satunya artikel dari Tirto. Ternyata, gorengan atau tekhnik menggoreng dengan minyak banyak itu sudah ada sejak tahun 1200 SM di Mesir (dari buku A History of Food, tahun 2008) Wow! lama sekali dan sangat jauh, ya. Lalu, negara mana saja yang mengkonsumsi gorengan? Tentu saja banyak, tak hanya Indonesa dan Malaysia saja.

Jenisnya, juga bermacam-macam. Jika di Indonesia ada bakwan dan kawan-kawannya, maka di Jepang ada tempura. Yang digoreng macam-macam, bisa dari terong, ubi, pisang sampai ke udang. Di Inggris sendiri memiliki masakan “nasional”, kombo gorengan yang isinya fish and chips. Ikan dibalur adonan tepung basah, kemudian digoreng hingga kuning keemasan, lalu disajikan dengan kentang goreng. Korea, memiliki jenis lain dari gorengan. Namanya twigim. Amerika juga jangan salah, negara mereka banyak memiliki berbagai macam gorengan. Dan salah satu yang mendunia adalah KFC. WOW!

Lalu, bagaimana dengan Ramadan saya? Apa iya berhasil mengurangi konsumsi gorengan? Ya, alhamdulillah sampai hari ini belum makan gorengan yang beli di luar, sih. Lagian, puasa juga baru sehari. Di hari pertama doang :( Semoga niat mengurangi konsumsi gorengan berjalan lancar. Niat bangetnya itu, buka puasa minum air putih anget atau bisa juga teh tawar hangat trus makan kurma sama buah (kalau ada) setelah maghrib, baru makan nasi. Semoga bisa....

Semua pengetahuan mengenai gorengan saya ambil dari Tirto ^_^



Alhamdulillah, bisa dipertemukan lagi dengan bulan Ramadan. Bulan di mana kebaikan banyak sekali bertaburan. Seperti Ramadan sebelumnya, kali ini saya kembali menjalankan ibadah puasa di Jakarta dan di tempat kerja yang sama. Biasanya, akan ada beberapa hal rutinitas yang bertambah selama Ramadan. Salah satunya adalah tarawih. Untuk tarawih, mungkin bisa ditulis pada lain kesempatan. Awal pembuka ini saya ingin melakukan beberapa target di bulan Ramadan.

Jika selama ini setiap Ramadan saya banyak mengejar target ibadah seperti, tarawih, membaca quran, sedekah dan sebagainya, maka Ramadan kali ini saya ingin berusaha belajar mengurangi sampah plastik. Aih, lain macam saja bunyinya. Apa sudah cukup ibadah saya? Eh, lah... Tentu saja belum. Jauh banget malahan. Mungkin ini bisa jadi bagian dari bentuk ibadah lain yang saya pahami. Menjaga lingkungan. Jauh-jauh hari, Allah secara terang-terangan mengatakan di dalam Al-qur'an, 

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). [ar-Rûm/30:41]
Ngutip : https://almanhaj.or.id/3456-islam-dan-lingkungan-hidup.html
Jadi, segala kerusakan dan sampah sarap yang ada sekarang itu yah bagian dari saya  (dan kita) sebagai manusia.
Lalu bagaimana? Apa hubungannya dengan Ramadan? Nah, Ramadan kali ini saya ingin mengurangi sampah plastik. Bagaimana caranya?

Selalu Bawa Botol Minuman dan Tempat Makan

Sepertinya, saya bakalan lebih banyak makan di luar. Entah pas lagi di tengah jalan, atau masih di kantor. Nah, target saya selama Ramadan ini kudu dan wajib banget bawa tupperware di tas. Selama ini sudah belajar konsisten bawa botol air minum, meski pernah sesekali lupa. Beberapa kali juga belajar membawa kotak tupperware, tapi belum bisa konsisten. Sering kali saya berdialog dengan diri sendiri kalau nggak bawa tupperware, dilarang membeli cemilan gorengan di stasiun Tebet. Meski kadang masih sering jebol juga membeli cimol dengan bungkus plastik :((

Yang harus selalu dibawa selama Ramadan (semoga berterusan setelah Ramadan juga) Soale teman-teman saya udah banyak yang melakukannya


Kenapa, sih, segitunya? Nggak segitu-gitunya juga, sih. Ini bagian dari ikhtiar saya untuk mengurangi sampah plastik. Siapa tahu, dengan usaha kecil ini saya bisa ikut berkontribusi. Ini memang berat, karena segala hal yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari itu hubungannya dengan plastik.  Bayangin.... Segala rupa yang kita pakai pasti ada plastiknya.

Tidak Membeli Makanan Melalui Go Food Saat Buka Puasa

Ini sudah dilakukan sejak tahun 2019. Saya hampir berhenti sepenuhnya membeli makanan via go food selama tahun ini. Eh, tapi kalau tidak salah ingat ada dua kali pesan makanan melalui go food :(. Selain mahal, sampah plastiknya banyak. Niatkan, ya, sekepengen-pengennya, mending nggak usah. Mending datengin, makan di tempatnya saja langsung.

Mengurangi Menerima Makanan Gratis

Eh, gimana maksudnya? Wah... Ini adalah hal yang paling berat. Di Jakarta itu, kalau niat cari makanan gratis selama Ramadan pasti banyak di masjid-masjid besar di ibu kota. Karena memberi makan orang yang puasa adalah bagian dari ibadah, di Jakarta ramai orang berlomba-lomba menyedekahkan makanan di masjid-masjid besar di Jakarta. Salah satu masjid yang sering saya datangi adalah masjid Cut Mutia. Di sana, ada pembagian takjil dan makanan berat juga setelah salat maghrib.

Karena makanan selalunya disajikan dalam nasi box atau pun styrofom, maka jadilah sampah bertimbun-timbun setelahnya. Ini jadi kayak simalakama, ya....Saya nggak yakin bisa. Pernah, sekali waktu ketika mengikuti i’tikaf di masjid Sunda kelapa, jamaah yang hadir hampir 4000. Dan pagi itu, semua jama’ah mendapat makanan gratis. Esok paginya, jangan ditanya berapa truck sampah setelahnya.

Hufftttt.... Sungguh target yang berat. Bismillah, semoga saya bisa menguranginya dari hal-hal sederhana. Di luar sana, teman-teman saya tentu saja sudah banyak yang melakukannya. Dan mereka lebih ekstrim tentu saja.

Sumber gambar dari traveloka



Menjadi salah satu tempat wisata unggulan di Lembang Bandung, Floating market lembang selalu dipenuhi pengunjung terutama saat akhir pekan dan libur panjang. Berdiri di atas sebuah danau buatan, Anda bisa menikmati berbagai sajian kuliner yang dijajakan di pasar apung. Pasar apung yang dimiliki merupakan rujukan tempat wisata ini, sehingga nama yang disematkan adalah Floating market lembang. Tiket masuk wisata ini cukup terjangkau, Anda dapat memesannya di traveloka.com.

Tempat rekreasi dan edukasi bagi anak-anak

Di era yang sudah serba modern ini, cukup sulit sekali untuk membuat anak-anak menyatu dengan alam. Bahkan anak-anak di masa ini lebih suka bermain gadget di dalam rumah, dibanding bermain langsung dengan teman-temannya di luar rumah. Inilah saatnya Anda sebagai orang tua untuk mengedukasi anak dan membuatnya menjadi lebih dekat dengan alam. Mengajak anak bermain sambil belajar mengenal alam, Floating market lembang merupakan tempat wisata pilihan yang paling tepat.



Sebaiknya Anda datang pada pagi hari sebelum lokasi Floating market lembang penuh sesak dengan pengunjung. Di hari biasa, harga tiket masuk Floating Market lembang dihargai sebesar Rp. 15.000/orang. Sedangkan pada hari sabtu, minggu dan hari libur nasional, harga tiketnya dihargai sebesar Rp. 20.000/orang. Masih cukup terjangkau bukan? Yang cukup menyenangkan, tiket masuk tersebut bisa Anda tukarkan dengan berbagai jenis minuman seperti orange juice dan lemon tea.

Mengapa Floating market lembang menjadi sarana edukasi yang tepat untuk anak-anak? Di sini anak-anak dapat berinteraksi langsung dengan binatang di wahana edukasi taman kelinci. Tidak hanya kelinci, anak-anak bisa memberi makan beberapa binatang lainnya secara langsung seperti ikan dan juga angsa. Setelah puas bermain-main dengan kelinci, anak-anak bisa belajar berkebun dengan memanen buah stroberi di kebun stroberi dan juga sayuran di kebun sayuran organik. Anak-anak juga bisa mengenal berbagai macam bunga di rainbow garden. Selain menjadi tempat yang sangat edukatif, rainbow garden juga merupakan salah satu spot foto yang cukup menarik di Floating market lembang. Anda bisa berfoto dengan latar belakang bunga berwarna-warni. Untuk bisa masuk ke rainbow garden, dikenakan biaya sebesar Rp. 10.000/orang.



Tidak berhenti sampai di situ, anak-anak bisa mencoba berbagai wahana permainan air seperti sampan, kano dan sepeda air. Wahana permainan air ini biasanya sangat digemari pengunjung, sehingga Anda harus antri terlebih dahulu sebelum bisa mencoba berbagai wahana permainan air. Wahana permainan outbound lainnya seperti motor ATV dan flying fox juga tersedia.



Kawasan wisata yang berikutnya adalah kota mini. Kawasan yang satu ini menjadi salah satu kawasan favorit yang digemari anak-anak. Di dalam kota mini, anak-anak bisa mencoba berbagai wahana permainan dan mengikuti berbagai kegiatan yang tentunya sangat edukatif.  Tiket masuk kawasan wisata kota mini adalah Rp. 25.000/orang.



Setelah puas bermain-main di kota mini, saatnya berpindah ke wahana wisata selanjutnya yaitu miniatur kereta api. Di dalam area ini, Anda akan menemukan sebuah landscape bangunan lengkap dengan miniatur kereta api. Tidak hanya menjadi pajangan, miniatur kereta api ini dapat dijalankan untuk mengelilingi gedung stasiun yang ada di dalam landscape.

Wisata Kuliner Pasar Apung
Mungkin Anda pernah melihat Pasar Apung Muara Kuin yang ada di Banjarmasin dari televisi atau bahkan pernah datang langsung. Floating market lembang memiliki konsep yang berbeda dengan pasar apung tersebut. Jika di Banjarmasin pasar apung menjadi tempat jual beli berbagai jenis bahan makanan dan makanan siap santap yang transaksinya dilakukan di atas sungai, Floating market lembang berada di atas danau buatan dan menjadikan berbagai jenis kuliner khas Bandung sebagai komoditasnya. Setidaknya ada 46 perahu yang diparkir di pinggir danau sebagai tempat berjualan pada pedagang di Floating market lembang, pengunjung dapat membeli dari tepian danau. Berbagai jenis kuliner dari mulai colenak, batagor, lotek hingga cilok dapat Anda nikmati di sini. Harganya pun cukup terjangkau mulai dari Rp. 5000 sampai Rp. 35.000.



Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Teman-teman

Sering Dibaca

  • Minyak Gamat Bukan Hanya untuk Obat Luka
  • Betapa Inginnya Mengumrohkan Ibu Saya
  • Diary Blogger Indonesia
  • RM. 100 Dari Denaihati
  • Beli Sprei Bisa Umroh?

Harta Karun

  • ►  2022 (5)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2021 (8)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2020 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
  • ▼  2019 (41)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (8)
    • ▼  Mei (5)
      • Sebanyak 360.400 Orang Sudah Menikmati Mudik Grati...
      • Bukan Penikmat Mudik, Tradisi Ketika Idul Fitri
      • Belajar Mengurangi Gorengan di Bulan Ramadan
      • Target Selama Ramadan
      • Tempat Rekreasi dan Edukasi Floating Market Lembang
    • ►  April (5)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2017 (21)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (63)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (23)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2015 (137)
    • ►  Desember (25)
    • ►  November (20)
    • ►  Oktober (34)
    • ►  September (19)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (52)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2013 (40)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (12)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2012 (74)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (14)
  • ►  2011 (87)
    • ►  Desember (10)
    • ►  November (8)
    • ►  Oktober (18)
    • ►  September (13)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2010 (141)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (12)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (17)
    • ►  Februari (18)
    • ►  Januari (23)
  • ►  2009 (124)
    • ►  Desember (11)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (17)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (12)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2008 (105)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (16)
    • ►  Mei (19)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (22)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2007 (30)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (12)
    • ►  Agustus (2)

Kategori

Ads Blogger Hibah Buku Celoteh Cerpen Featured GayaTravel KBO komunitas Murai Perjalanan Piknik Buku Pojok Anaz Reportase resep reveiw Semestarian Serial Sosok Teman TKW TripGratisan Volunteer

Catatan Anazkia By OddThemes | Turatea.com