Gerbong wanita dari Rangkasbitung. Lengang
Lalu lalang berita menggambarkan
gerbong wanita commuterline (cl) sangat menyeramkan. Bahkan, diibaratkan
seperti di neraka. Padahal, entah macam mana bentuk neraka itu. Sebetulnya, keadaan cl gerbong wanita tak sepenuhnya
seperti digambarkan. Meski kadang menemukan hal-hal yang tidak menyenangkan,
tapi perkara menggembirakan juga banyak ditemukan.
Saya pribadi lebih suka menaiki
cl gerbong wanita dengan berbagai alasan. Pertama, ketika kereta penuh,
sepenuh-penuhnya saya memilih masuk ke gerbong wanita. Kalau kereta sesak, dan
harus berdesak-desakan dengan kaum lelaki rasanya itu segan. Cari aman lagi,
kalau pegangan ke atas nggak perlu menutupi tangan karena kadang lengan baju
jatuh ke siku. Wehehehe... Tapi kalau gerbong campuran kosong, saya asyik-asyik
aja masuk ke bagian gerbong ini. Macam-macam cerita, banyak ditemui selama
menjadi pengguna CL
Pernah, suatu pagi di perjalanan.
Di antara penumpang yang berjejal, seorang perempuan muda tiba-tiba pingsan.
Rusuh, tentu saja. Ibu-ibu yang dekat dengannya langsung turun tangan.
Dilepaskannya ikat rambut yang bersangkutan, lalu hidung dan jidatnya dibalur
minyak kayu putih tanpa sungkan. Tak lama kemudian, perempuan muda kembali
siuman.
"Belum sarapan, Dik?"
Perempuan muda mengangguk.
Berteriaklah si ibu mencari
makanan. Tak sampai tiga puluh detik, minuman dan makanan ringan terhidang.
Perempuan muda minum perlahan-lahan, tapi menolak mencicipi makanan ringan.
Rupanya, perempuan muda baru
pertama naik commuterline, tanpa sarapan akan menghadiri interview pekerjaan.
Tak ada cekcok, tak ada perang
mulut. Semua berjalan aman, atas nama kemanusiaan.
"Anak saya seumuran dia,
baru lulus juga. Saya jadi ingat anak saya." Ujar si ibu yang paling
repot.
Lain hari, hal serupa kembali
terjadi. Seorang perempuan pingsan dan hal seperti di atas kembali dilakukan.
Atau ketika tiba-tiba ada yang kesurupan di dalam kereta, kali itu para
perempuan berteriak nyaring memanggil petugas.
24 Juli
Gambar ini, saya ambil 24 Juli lalu. Kereta Bogor-Jakarta ini sesak. Saya berangkat jam 7 pagi karena ada
acara. Sudah bisa ditebak, di jam-jam sibuk penumpang memang lebih banyak. Di
antara sesak penumpang, masing-masing sibuk dengan keadaannya. Karena sangat
dekat, saya bisa melihat aktifitas mereka di gawai. Ada yang sedang membaca Al
Qur'an, sekadar membuka media sosial, nonton drama korea juga seorang perempuan
yang khusuk berdzikir. Layar androidnya dipenuhi gambar bulatan biji tasbih
besar juga nominal angka. Saya melirik sekilas-sekilas (dan baru tahu kalau ada
tasbih digital, jadi penasaran aplikasinya )
Yang lebih mencengangkan bagi
saya, tentunya adalah ibu-ibu peniaga kereta. Peniaga? Iya, di dalam cl rupanya
ada yang menjual macam-macam makanan ringan. Sepertinya, mereka sudah saling
mengenal dan menjadi langganan. Sampai-sampai penumpang di belakang saya
memaksa mendekat ke arah ibu penjual. Awalnya saya sebal ketika
didorong-dorong. Tapi rupanya perempuan di belakang saya hanya ingin membeli
snack yang dijual. Nampak sekali jika mereka sering mengadakan transasksi jual
beli. Perempuan-perempuan itu, sungguh luar biasa.
Gerbong wanita, tetap
menyenangkan bagi saya dengan segala keriuhannya. Banyak, kok, perempuan-perempuan
yang toleran sesama mereka. Meski tak sedikit yang bebal juga. Kalau saya,
nikmatin aja. Mau berharap orang baik semua, rasanya tidak mungkin :D
Kadang gerbong wanita yah lengang. Nah, kalau lengang gini, di gerbong lelaki biasanya penuh :D
Biasanya kalau lengang gini udah di atas jam 9 malam
Saya masih mending berdesakan di gerbong perempuan kalau gini :D