Rumitnya Pembebasan Tanah Pembangunan MRT di Stasiun Haji Nawi
Setiap kali ada acara MRT, apa
pun kegiatannya saya selalu rajin mengikuti. Kenapa? Sederhana saja, sih. Saya
ingin melihat sejarah peradaban. Lebay? Biarkan saja. Bagi saya, pembangunan
MRT ini memang salah satu dari peradaban baru bagi kota Jakarta yang notabene
kota sudah jadi. Bayangin, dong, kota sudah jadi, lalu dibuatlah MRT.
Kira-kira, apa saja keruwetannya?
Sebetulnya, ini hanya kali kedua
saya mengikuti acara MRT. Pertama, kunjungan langsung ke pembangunannya.
Catatannya ada di sini. Untuk minggu lalu, ini undangan halal bihalal MRT
bersama dengan media dan blogger di Bakoel Kopi Cikini.
Kira-kira, sudah sejauh mana
pembangunan MRT kini? Konon, menurut Direktur Utama PT MRT Jakarta William P
Sabandar, keseluruhan bangunan konstruksi sudah mencapai 74%. Dengan rincian,
62,42% struktur layang dan 87,48% struktur bawah tanah. Kendala emat bidang tanah dalam pembangunan Stasiun Haji Nawi
yang belum terselesaikan, menurut beliau meski menghambat pembangunan, tapi ia
tidak akan menyebabkan pembangunan menjadi mundur.
Target penggunaan MRT pada Maret
2019 seperti yang direncakan akan tetap terlaksana. Sementara, target
pembangunan selesai pada akhir tahun 2018.
Sejak pertama kali masuk ke
gorong-gorong pembangunan MRT, yang terlintas di kepala saya adalah bagaimana
sistem pembebasan tanah untuk pembangunan MRT ini? Tentunya, ini tak menjadi
mudah. Harga tanah yang juga sudah melambung tinggi juga merumitkan pembebasan
tanah. Ini juga yang kemarin dibahas saat Halal Bihalal. Di Stasiun Haji Nawi
yang menjadi persoalan utama. Keempat bidang tanah yang berada di Stasiun Haji
Nawi tersebut merupakan lokasi pembangunan tiang struktur stasiun.
“Kalau tanah masih juga belum
dibebaskan, Stasiun Haji Nawi tidak akan bisa beroperasi pada Maret 2019
meskipun MRT sudah berjalan karena tiang struktur stasiun tidak dapat
dikerjakan,” dikutip dari surat kabar Kompas yang terbit pada Kamis 6 Juli
2017.
Lalu, seberapa rumit proses
pembebasan tanah di Stasiun Haji Nawi ini? Dan siapakah pemilik tanah ini?
Pada 4 Juni 2017 lalu, pengadilan
Negeri Jakarta Selatan mengabulkan sebagian gugatan warga. Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta diwajibkan membayar ganti rugi sebesar Rp. 60 juta per meter persegi.
Ini lebih rendah dibanding tuntutan warga sebesar Rp 140 juta sampai Rp 150
juta dan lebih tinggi dari perhitungan Pemprov DKI sebesar RP 33 juta per meter
persegi. Bayangkan, betapa ruwetnya proses pembebasan lahan ini. Betapa setiap
kemudahan untuk orang banyak, tapi juga mengorbankan yang lainnya.
Penaksiran harga tanah per meter
persegi Rp 140 juta itu dengan berbagai pertimbangan tentu saja. Tak hanya
melulu perihal nominal uang yang akan didapat, tapi juga ganti rugi setelah
mereka pindah dari tempat yang lama. Jika mengikuti berita yang ada, warga
sudah merasa lelah dengan proses peradilan yang sangat panjang. Mereka,
sebagian warga akan menerima ganti rugi sebesar Rp 60 juta per meter persegi,
tapi tak lama setelah keputusan peradilan dibuat Pemprov DKI justru melakukan
kasasi.
Apa pun, saya berharap banyak bahwa
segala pembangunan peradaban Jakarta yang lebih baik ini berjalan dengan
lancar. Para pemilik lahan yang tanahnya tergusur bisa menerima ganti rugi yang
setimpal. Dan pembangunan MRT lancar, terutama sekali di Stasiun Haji Nawi.
Sumber foto,http://jakartamrt.co.id/2017/07/06/konstruksi-mrt-jakarta-sudah-74-persen/
Tambahan rujukan tulisan, koran Kompas 6 Juli 2017
Sumber foto,http://jakartamrt.co.id/2017/07/06/konstruksi-mrt-jakarta-sudah-74-persen/
Tambahan rujukan tulisan, koran Kompas 6 Juli 2017
4 komentar
wah,wah, ternyata ribet juga yah. Kenapa ya mbak, setiap proyek macam gini kok yang bikin molor itu pembebasan tanah?
BalasHapussemoga semuanya terselesaikan dengan baik ya mba...ngga sabar liat Jakarta yang makin tertata
BalasHapusjangankan di Jakarta, untuk di Riau sendiri pembebasan lahan untuk jalan tol dan kereta api aja susah.. padahal ini jalur trans sumatera T.T
BalasHapussemoga pembebasan lahannya cepat terselesaikan dan mRT dapat beroprasi.sesuai jadwal
BalasHapusPersonal blog, kadang anti sama spammer yang hanya menyebar link. Lebih mengutamakan pertemanan antarpersonal. Komentar kembali dimoderasi masih banyak obat-obatan yang nyepam :D :P