Catatan Anazkia

Karena hanya tulisan yang bisa saya tinggalkan

  • beranda
  • Kisah
    • Serial
    • Cerpen
    • Celoteh
    • Reportase
    • Perjalanan
      • Gaya Travel
      • Trip Gratisan
      • Piknik Buku
  • Pojok Anaz
  • Murai
  • Sosok
  • komunitas
    • Volunteer
    • KBO
    • Semestarian
    • Blogger Hibah Buku


Klang, salah satu kota besar yang ada di Negeri (Propinsi) Selangor. Sebelum ada Kuala Lumpur dan Shah Alam, Klang pernah menjadi ibu kota Selangor. Kota ini jaraknya sekitar 32 KM dari Kuala Lumpur. Sebetulnya, banyak sekali tempat makan di Klang ini. ya iyalah, Malaysia itu nggak kurang-kurang makan kalau jalan. Asal ada duitnya, asal cukup perutnya bisa ditemukan di pinggiran jalan mana pun.

Nah, kalau ini pengalaman mencicipi segala bentuk makanan waktu mengikuti Eat Travel Write 5.0. Dari pagi membuka mata di hotel, sampailah malam kembali ke hotel asyik makan, makan, makan dan makan. Seneng iya, tapi sedih juga iya. Nggak bisa maksimal mencicipi makanan :D. Dua tempat, bisa dijangkau dengan mudah. Tak jauh dari Stasiun Klang. Sementara tiga lainnya, agak jauh dari stasiun. Jika kita menggunakan aplikasi grab, kita bisa menggunakannya di Malaysia. Asal ada paket internet ^_^ atau bisa nebeng wifi. Hehehehe... Lalu, apa sajakah lima tempat makan yang bisa disinggahi ketika berada di Klang ini?

Lontong Klang

Berada tepat di depan Pasar Jawa, Lontong Klang ini sepertinya sangat terkenal di daerah Selangor. Tempatnya, tak jauh dari Aliya Hotel. Kami cukup jalan kaki untuk mencicipi gurihnya kuah santan dan sambal khan Lontong Klang. Kalau dirasa-rasa, ini seperti masakan Jawa kebanyakan. Bedanya, ia sudah disesuaikan dengan masakan Malaysia. Di Lontong Klang, tak hanya menjual lontong saja. Tapi juga ada Nasi Kerabu, Roti Canai dan makanan khas Malaysia lainnya.


Penampakan lontongnya, ada serundingnya

Nasi kerabu




Chong Kok Kopitiam

Kalau tempat ini, beneran dekat banget dengan Stasiun Klang. Palingan jalan beberapa meter sudah sampai di warung kopi legendaris ini. Gimana nggak legendaris, konon (eh, kata cangkir yang kami lihat, ding) kedai kopi ini berdiri sejak 1940. Wow! Sebelum Indonesia merdeka! Selain menyajikan menu kopi, lagi-lagi kedai ini banyak sekali menjual rupa-rupa makanan. dari yang berat sampai yang ringan. Roti goyang dengan telor setengah matang ada di atas roti sepertinya menjadi favorit di kedai ini selalin kopinya. Tempatnya selalu ramai, kudu sabar kalau mau dapat kursi. Harga di sini juga amat sangat terjangkau. Dari harga seringgit lebih, sampailah lima ringgit.  ^_^

Chong Kok Kopitiam nampak depan
Selalu ramai
Macam-macam makanan yang ada






Claypot Asam Pedas Andak

Seperti namanya asam pedas, rumah makan ini menyajikan menu hidangan rupa-rupa bumbu dasar asam pedas. Asam pedas ikan pari, menjadi menu juara di sini. Tapi, jangan takut dengan menu-menu lainnya. Karena banyak pilihan yang dihidangkan oleh chef yang sangat berpengalaman. Kalau dilihat beberapa menu dan nama makanan, beberapa sajian itu gabungan makanan khas Jawa. Kayak Asam pedas tetelan, sop ceker dan beberapa lagi. Buat saya, perasa asam pedasnya begitu kuat terasa. Tidak begitu soft. Selain hidangan utama berupa asam pedas, ada juga macam-macam nasi goreng. Pun dengan minumannya, berbagai macam minuman segar tersedia di sini. 

Macam-macam hidangan di Claypot Asam Pedas

Yang segar, yang disajikan
Sibuknya teman-teman memotret





Warung Pak Din

Ini paling menarik. Warung Pak Din berada di antara perumahan mewah di Taman Palm Groove, Jalan Ledang-Klang. Selain bisa menikmati berbagai kudapan yang enak dan nikmat, saya tertarik mendengar kisahnya bagaimana beliau memulai karier berniaga dari tahun 70-an. Macam-macam makanan terhidang di sini. Bahkan, kami bisa melihat wajan yang begitu besar di mana sekali menggoreng bisa menampung 300 biji karipap. Menu utama yang dikenal di Warung Pak Din memang karipap. Karipap cheese seharga RM. 2 menjadi perimadona di sini. Ada 55 jenis makanan tersedia di warung Pak Din. Pun dengan segala macam minuman, baik panas mau pun dingin. ABC Tembikai, menjadi minuman favorit langganannya.



Yang favorit di warung Pak Din


Yang favorit di warung Pak Din



Restoran Satai Famili

Hufftttt... Rasanya, ketika memasuki restoran ini perut saya sudah tak bisa bernafas lagi. Namanya saja sudah restoran Satai, tentu saja di sini menghidangkan menu satai. Tapi, jujur saja saya kurang bisa menikmati satai Malaysia dengan cita rasa manis itu. Satai daging lembu, daging kambing dan ayam rasanya manis. Dengan kuah kacang, menambah lagi ketidak sukaan saya :D. Minta maaf... Dari dulu memang tak suka. Tapi, satai di sini favorit sekali. Meja selalu penuh. Satai dihidangkan dengan lontong. Juga ada makanan tambahan lain, nasi lemak, otak-otak juga entah tahu apa yang disiram kuah. Karena perut memang sudah tak muat, saya makan tak begitu banyak. Restoran Satai Famili berada di Jalan Meru-Klang.





Demikian, lima tempat makan yang bisa disinggahi ketika kita berada di Klang. Hari kedua Eat Travel Write, betul-betul mengenyangkan....








Setiap kali ada acara MRT, apa pun kegiatannya saya selalu rajin mengikuti. Kenapa? Sederhana saja, sih. Saya ingin melihat sejarah peradaban. Lebay? Biarkan saja. Bagi saya, pembangunan MRT ini memang salah satu dari peradaban baru bagi kota Jakarta yang notabene kota sudah jadi. Bayangin, dong, kota sudah jadi, lalu dibuatlah MRT. Kira-kira, apa saja keruwetannya?

Sebetulnya, ini hanya kali kedua saya mengikuti acara MRT. Pertama, kunjungan langsung ke pembangunannya. Catatannya ada di sini. Untuk minggu lalu, ini undangan halal bihalal MRT bersama dengan media dan blogger di Bakoel Kopi Cikini.

Kira-kira, sudah sejauh mana pembangunan MRT kini? Konon, menurut Direktur Utama PT MRT Jakarta William P Sabandar, keseluruhan bangunan konstruksi sudah mencapai 74%. Dengan rincian, 62,42% struktur layang dan 87,48% struktur bawah tanah. Kendala emat bidang  tanah dalam pembangunan Stasiun Haji Nawi yang belum terselesaikan, menurut beliau meski menghambat pembangunan, tapi ia tidak akan menyebabkan pembangunan menjadi mundur.

Target penggunaan MRT pada Maret 2019 seperti yang direncakan akan tetap terlaksana. Sementara, target pembangunan selesai pada akhir tahun 2018.

Sejak pertama kali masuk ke gorong-gorong pembangunan MRT, yang terlintas di kepala saya adalah bagaimana sistem pembebasan tanah untuk pembangunan MRT ini? Tentunya, ini tak menjadi mudah. Harga tanah yang juga sudah melambung tinggi juga merumitkan pembebasan tanah. Ini juga yang kemarin dibahas saat Halal Bihalal. Di Stasiun Haji Nawi yang menjadi persoalan utama. Keempat bidang tanah yang berada di Stasiun Haji Nawi tersebut merupakan lokasi pembangunan tiang struktur stasiun.

“Kalau tanah masih juga belum dibebaskan, Stasiun Haji Nawi tidak akan bisa beroperasi pada Maret 2019 meskipun MRT sudah berjalan karena tiang struktur stasiun tidak dapat dikerjakan,” dikutip dari surat kabar Kompas yang terbit pada Kamis 6 Juli 2017.

Lalu, seberapa rumit proses pembebasan tanah di Stasiun Haji Nawi ini? Dan siapakah pemilik tanah ini?

Pada 4 Juni 2017 lalu, pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengabulkan sebagian gugatan warga. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diwajibkan membayar ganti rugi sebesar Rp. 60 juta per meter persegi. Ini lebih rendah dibanding tuntutan warga sebesar Rp 140 juta sampai Rp 150 juta dan lebih tinggi dari perhitungan Pemprov DKI sebesar RP 33 juta per meter persegi. Bayangkan, betapa ruwetnya proses pembebasan lahan ini. Betapa setiap kemudahan untuk orang banyak, tapi juga mengorbankan yang lainnya.

Penaksiran harga tanah per meter persegi Rp 140 juta itu dengan berbagai pertimbangan tentu saja. Tak hanya melulu perihal nominal uang yang akan didapat, tapi juga ganti rugi setelah mereka pindah dari tempat yang lama. Jika mengikuti berita yang ada, warga sudah merasa lelah dengan proses peradilan yang sangat panjang. Mereka, sebagian warga akan menerima ganti rugi sebesar Rp 60 juta per meter persegi, tapi tak lama setelah keputusan peradilan dibuat Pemprov DKI justru melakukan kasasi.


Apa pun, saya berharap banyak bahwa segala pembangunan peradaban Jakarta yang lebih baik ini berjalan dengan lancar. Para pemilik lahan yang tanahnya tergusur bisa menerima ganti rugi yang setimpal. Dan pembangunan MRT lancar, terutama sekali di Stasiun Haji Nawi.

Sumber foto,http://jakartamrt.co.id/2017/07/06/konstruksi-mrt-jakarta-sudah-74-persen/
Tambahan rujukan tulisan, koran Kompas 6 Juli 2017
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Teman-teman

Sering Dibaca

  • Kontes Blog Bermula
  • Blogger Return Contest
  • Selamat Jalan Mbak Yusnita Febri
  • Marilah, Kita Selingkuh Berjama'ah
  • Ramadhan Al-Mubarak

Harta Karun

  • ►  2020 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2019 (41)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ▼  2017 (21)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ▼  Juli (2)
      • Lima Tempat Makan yang Bisa Disinggahi Saat di Klang
      • Rumitnya Pembebasan Tanah Pembangunan MRT di Stasi...
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (63)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (23)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2015 (137)
    • ►  Desember (25)
    • ►  November (20)
    • ►  Oktober (34)
    • ►  September (19)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (52)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2013 (40)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (12)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2012 (74)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (14)
  • ►  2011 (87)
    • ►  Desember (10)
    • ►  November (8)
    • ►  Oktober (18)
    • ►  September (13)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2010 (141)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (12)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (17)
    • ►  Februari (18)
    • ►  Januari (23)
  • ►  2009 (124)
    • ►  Desember (11)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (17)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (12)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2008 (105)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (16)
    • ►  Mei (19)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (22)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2007 (30)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (12)
    • ►  Agustus (2)

Kategori

Ads Blogger Hibah Buku Celoteh Cerpen Featured GayaTravel KBO komunitas Murai Perjalanan Piknik Buku Pojok Anaz Reportase resep reveiw Semestarian Serial Sosok Teman TKW TripGratisan Volunteer

Catatan Anazkia By OddThemes | Turatea.com