Catatan Anazkia

Karena hanya tulisan yang bisa saya tinggalkan

  • beranda
  • Kisah
    • Serial
    • Cerpen
    • Celoteh
    • Reportase
    • Perjalanan
      • Gaya Travel
      • Trip Gratisan
      • Piknik Buku
  • Pojok Anaz
  • Murai
  • Sosok
  • komunitas
    • Volunteer
    • KBO
    • Semestarian
    • Blogger Hibah Buku

Eat Travel Write (ETW) Selangor International Culinary Adventure 4.0. ETW merupakan kegiatan promosi wisata Selangor yang dikemas oleh Selangor State Economic Planning Unit (UPEN Selangor) bekerja sama dengan Kementerian Pelancongan dan Kebudayaan Malaysia, Tourism Malaysia, dan Gaya Travel Magazine.

18 Agustus 2016 tepat sehari seusai perayaan kemerdekaan Republik Indonesia ke 71 saya sudah kembali terdampar di Selangor, Malaysia. Ini kali kedua saya mengikuti event Eat Travel Write 4.0. Sebelumnya, di bulan April 2016 saya pun pernah mengikutinya. Serangkaian kegiatan dari tanggal 18 sampai tanggal 21 Agustus 2016 sudah dikirim panitia jauh-jauh hari.  Saya sudah mulai hapal ritme perjalanan bersama dengan Gaya Travel. Bukan hanya ETW, tapi juga beberapa acara lainnya. Beruntung rasanya bisa berkali-kali mengikuti acara Gaya Travel.

Tercantum di jadwal, pagi hari setelah berkumpul di Matic Ampang kami akan menuju pabrik teh BOH di kampung Sri Cheeding.  Dilanjut berkunjung ke Jugra dengan mendatangi beberapa tempat wisata seperti  berkunjung ke makam Sultan Abdul Samad, ke Anjung Tinjau Jugra Hill, museum, Istana Bandar untuk makan siang, mengunjungi salah satu pabrik keripik dan berakhir dengan chek in di Morib Hotel.

Pabrik teh BOH

Tak meleset jauh dari jadwal yang sudah ditentukan oleh panitia, lewat sedikit dari jam 10.00 kami sudah tiba di kilang (pabrik) teh BOH. Sebelum memasuki pabrik, kami diminta mengenakan tutup kepala sebagai standar pabrik. Tan Chong Wee, manager pengepakan Tea Plantations Sdn Bhd menjelaskan berbagai macam jenis teh BOH. Bagi penggemar teh tarik di Malaysia, tentunya tak asing dengan serbuk teh yang digunakan. Karena acap di kedai-kedai mamak pinggir jalan yang digunakan adalah teh BOH. Pun ketika dulu saya masih bekerja di Malaysia, di rumah majikan saya selalu menggunakan serbuk teh BOH saat hendak membuat teh tarik.

Tetap mengikuti standar pabrik, mengenakan tutup kepala

Serius mendengarkan Tan Chong Wee



Menurut Tan Chong Wee, 10% teh yang mereka produksi diekspor ke Arab, Brunei, Denmark, Jepang, Jerman, Taiwan, Singapura dan Thailand sedang untuk Amerika, teh BOH dipasarkan secara online. Kami diajak melihat satu demi satu proses pengepakan teh BOH. Juga diperlihatkan perbedaan-perbedaan teh BOH serbuk baik yang celup mau pun yang serbuk dalam kemasan. Puas mengelilingi dan melihat proses pengepakan teh, kami beranjak meninggalkan ruangan. Di depan pabrik, beberapa sajian sudah terhidang. Berderet-deret jenis minuman dari teh boh sudah tersedia. Tak hanya itu, pau cendawan pun ada serta. Inilah yang paling berat buat saya. Selama mengikuti ETW, akan dihidangkan berbagai macam makanan yang terkadang perut saya sudah tak sanggup lagi untuk menyantapnya.

Menikmati minuman BOH

Pau cendawan

Kebun teh Sri Cheeding dibuka pada tahun 1927 dengan luas 210 hektar. Kebun ini sepenuhnya dikelola oleh BOH Plantations.

Dari pabrik teh BOH, bus bergerak menuju makam Almarhum Sultan Abdul Samad. Sepertinya, untuk ini saya akan tulis dalam catatan lain ^_^ karena menarik dari sisi sejarahnya.
Tulisan mengenai ini menyusul di blog lainnya

Dari makam Almarhum Sultan Abdul Samad, bus langsung bergerak menuju Tinjau Jugra Hills. Anjung Tinjau Jugra Hill ini merupakan dataran tinggi. Di sini biasanya digunakan untuk paragliding. Dari atas ketinggian ini, kami dapat melihat Selat Malaka dan Pulau Carey. Aliran sungai Langat juga bisa kita nikmati dari ketinggian ini. Sungai yang mengalir jauh sampai ke Selat Malaka. Teduh dan tenang begitu terasa di sini. Bahayanya, ketika ditambah angin sepoi, karena kantuk akan segera bertandang :D.

Anjung Tinjau Jugra


Lelah berkeliling, waktu makan siang pun segera tiba. Bus berjalan merayap menuju istana bandar. Di sini kami dihidangkan makan siang khas ala melayu. Meski udara panas menguar, kami menikmati makan siang dengan lahapnya. Setelah itu, baru berkeliling di Istana Aleddin. Kusam dan tak terawat sangat terlihat di Istana Aleddin yang dibangun pada tahun 1905 ini.

Dari Istana Aleddin, bus kembali membawa kami bergerak menuju Kampung Sungai Lang, melihat salah satu pabrik Ros Krepek yang dikenali di wilayah tersebut. Barulah petangnya kami beranjak menuju Morib Hotel untuk Chek in. Setelah chek in, kami diberi waktu istirahat sampai maghrib. Setelah itu, kami kembali berkumpul di lobi hotel untuk mencari makan malam.  

Salah satu sudut istana Aleddin


Dalam setiap pergantian zaman, selalu ada pahlawan-pahlawan kemaslahatan. Yang berjuang untuk orang lain, tanpa dikenali, tanpa diketahui. Maka saya menganggap mereka, orang-orang yang berhempas pulas di sini, membangun Mass Rapid Transit (MRT) adalah salah satu pahlawan. Rasanya, beruntung ketika hari Kamis lalu, saya bisa ikut berkunjung melihat pembangunan MRT di Jakarta. Pembangunan yang bagi saya adalah bagian dari sejarah.

Jakarta, ibu kota yang penuh dengan segala kepadatan ini memulai pembangunan MRT di tahun 2013. Pembangunan yang amat sangat lambat menurut saya karena Jakarta sudah begitu padat, bangunan sudah begitu banyak. Tapi, tak mengapa. Tak ada yang terlambat untuk sebuah kebaikan. 

Atasnya

Lalu ini di bawahnya


Bersama Mas Akbar, kami diajak masuk ke “perut” Jakarta. Siapa menyangka, di antara hiruk-pikuk kemacetan jalan, di bawahnya sedalam 20-25 meter pembangunan dan gorong-gorong terbentang dari Lebak Bulus sampai Bundaran-HI. Yang kami datangi minggu lalu adalah salah satu stasiun yang kelak berada di Setiabudi. Dari Mas Akbar juga, ia banyak menjelaskan seluk-beluk pembangunan MRT ini. Saya, sebagai pengguna commuterline antusias sekali mendengarkan ini.

Di jam-jam kerja padat pagi dan petang, Commuterline yang selama ini menjadi transportasi warga Jabodetabek lalu lintasnya setiap 7 menit sekali. Kenapa tidak 5 menit sekali? Kata Bang Eja, orang yang kerja di KAI kalau commuterline lalu lalangnya setiap 5 menit sekali, beberapa ruas jalan di Jakarta bakalan mati nggak bergerak. Macet total. Wajar jika itu terjadi di tengah kesesakan kota.

Mass Rapid Transit (MRT) yang dibangun di bawah kedalaman 20 meter perut Jakarta ini kelak akan berlalu lalang setiap lima menit sekali. Dengan ketersediaan 16 kereta (dioperasikan 14 kereta 2 sisanya adalah cadangan), masing-masing kereta berisi 6 gerbong diharapkan mampu mengurai kemacetan Jakarta. 
Wacana dan keinginan MRT tentunya sangat muluk. Menjadikan transportasi yang lebih manusiawi. Dalam standar normal jumlah penumpang, setiap kereta bisa diisi 200 orang dengan kondisi nyaman. Berarti, tiap gerbong berisi sekitar 30-40 orang. Nyaman di sini, tidak berdesakkan, masih bisa bergerak dan bisa berdiri sambil baca buku. Meski mungkin, akan lebih banyak yang memegang android. Yah nggak masalah, sih. Kan sudah peralihan ke zaman digital :D

Muluk-muluk? Pastinya iya. Tapi, belajar dari commuterline yang sungguh tak manusiawi di jam-jam padat, rasanya wacana MRT sungguh diimpi bagi pengguna transportasi umum Jakarta. Saya juga baru tahu, jika nanti akan dibangun juga Light Rail Transit (LRT). Nantinya, ini juga akan terintegrasi dengan MRT di stasiun Dukuh Atas. Ah! Saya merasa begitu senang. Meski, di tahun-tahun yang akan datang saya sudah tak lagi menjadi penghuni Jakarta. Tapi rasanya, begitu bahagia. Saya jadi terbayang beberapa transportasi umum yang ada di Malaysia yang satu dengan lainnya saling terintegrasi, Commuterline, monorail juga LRT.

Jakarta kelak, berharap transportasinya akan semakin bagus. Meski saya tak yakin kemacetan di jalan raya akan terurai. Karena bukan tidak mungkin, orang-orang yang memiliki kendaraan dua tahun ke depan ini semakin banyak.

MRT, direncanakan akan beroperasi pada awal Maret 2019. Semoga dapat terlaksana dengan baik ^_^


Foto-foto lainnya bisa dilihat di sini 
Target bulan Maret ini baru dibaca 9 buku

Semua berawal dari tulisan-tulisannya Pak Dian Basuki di Indonesia. Salah satu user aktif yang merupakan eks wartawan senior Tempo ini kerap sekali menuliskan mengenai pentingnya membaca buku. Di awal tahun, beliau beberapa kali menulis tentang berapa banyak buku yang dibaca tahun lalu, juga ajakan untuk lebih banyak membaca di tahun ini. Membacanya, saya jadi ikut tertantang. Meski sejak tiga bulan akhir tahun lalu saya mulai aktif membaca, tapi intensitasnya tidak begitu kerap. Tak sesering ketika masih remaja dulu. Tentunya, saya tak mau menyalahkan faktor U telah memengaruhi saya. Ini lebih ke kemalasan saya saja.

Tahun ini, Bacalah Lebih Banyak Buku betul-betul menjadi pelecut saya. Bulan lalu, sedikit demi sedikit saya mulai membaca dengan baik. Mengisi waktu-waktu luang saya di sela-sela kerjaan kantor dengan membaca buku. Hasilnya, alhamdulillah meski tidak begitu banyak buku yang dibaca, bulan Februari saya berhasil menghabiskan lima buku bacaan. Sayangnya, bulan Januari adalah kesuraman. Saya hanya menyelesaikan satu buku. Alasannya, selama dua minggu di Bima saya tak banyak membawa buku. Satu buku mengenai Oprah yang saya bawa tak berhasil saya selesaikan. Buku terjemahan yang sangat payah saya rasa. Membacanya jadi enggan. Jadi, bulan Januari saya hanya membaca Wiji Thukul.

Bacaan Februari


Jika semangat membaca saya perolehi dari Pak Dian Basuki, lalu menuliskannya saya dapatkan dari Pak Handoko Widagdo. Melalui tulisan-tulisan beliau, saya mulai belajar mereview buku yang sudah saya baca. Belum sepenuhnya sempurna memang, tapi sedikit demi sedikit saya mulai belajar. Saya baru sebatas menuliskannya sedikit di instagram. Akhir-akhir ini, saya memang begitu malas membuka dashboard blog. Jadi, pelampiasannya adalah instagram. Merasa begitu malas dan tak ada kalimat saat menghadap komputer di kantor atau laptop di rumah. Saya merasa jengah setiap hari menghadapi dan membaca tulisan di Indonesiana. Tapi, sepertinya ini hanya alasan saja :(

Kembali mengenai buku, bulan Maret ini saya menantang diri sendiri untuk lebih banyak membaca buku. Berawal dari masa rehat saya selama satu minggu full di rumah, tak banyak aktivitas yang saya lakukan selain pekerjaan. Lalu, saya mulai melirik buku-buku yang belum dibaca. Tak sampai satu minggu menghabiskan tiga buku adalah prestasi. Itu masih awal bulan, saya merasa menang melawan diri. Jadi, setelah itu beruntun lebih banyak yang dibaca. Sampai akhirnya saya membuat tantangan untuk diri sendiri bahwa bulan ini saya mengharuskan diri sendiri membaca 12 buku. Dem! Setelah posting di instagram, saya nggak yakin dengan tantangan diri sendiri. Hahahahaha... Meski hadiahnya membeli buku, saya nggak ngoyo menghabiskan 12 buku. Eh, tapi beruntungnya, gara-gara postingan tersebut Mbak Winda menawari saya untuk memboyong buku-buku di rumahnya semaunya saya. Wogh!!! Saya jadi semangat empat limaaaaa... Saya batal menghadiahi beli buku untuk sendiri, tapi saya bakalan menghadiahi buku gratisan dari Mbak Winda! Hahahahaha....

Semangat membaca! ^_^
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Teman-teman

Sering Dibaca

  • Minyak Gamat Bukan Hanya untuk Obat Luka
  • Kontes Blog Bermula
  • Antara Itik Bali dan Miyabi
  • Blogger Return Contest
  • Laskar Pelangi, Pilihan KBO 2

Harta Karun

  • ►  2021 (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2020 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2019 (41)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ▼  2017 (21)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ▼  Maret (3)
      • Eat Travel Write, Mengenyangkan dan Menyenangkan
      • Melihat Pembangunan MRT di "Perut" Jakarta
      • Menantang Diri Sendiri untuk Lebih Banyak Membaca ...
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (63)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (23)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2015 (137)
    • ►  Desember (25)
    • ►  November (20)
    • ►  Oktober (34)
    • ►  September (19)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (52)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2013 (40)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (12)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2012 (74)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (14)
  • ►  2011 (87)
    • ►  Desember (10)
    • ►  November (8)
    • ►  Oktober (18)
    • ►  September (13)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2010 (141)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (12)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (17)
    • ►  Februari (18)
    • ►  Januari (23)
  • ►  2009 (124)
    • ►  Desember (11)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (17)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (12)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2008 (105)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (16)
    • ►  Mei (19)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (22)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2007 (30)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (12)
    • ►  Agustus (2)

Kategori

Ads Blogger Hibah Buku Celoteh Cerpen Featured GayaTravel KBO komunitas Murai Perjalanan Piknik Buku Pojok Anaz Reportase resep reveiw Semestarian Serial Sosok Teman TKW TripGratisan Volunteer

Catatan Anazkia By OddThemes | Turatea.com