Catatan Anazkia

Karena hanya tulisan yang bisa saya tinggalkan

  • beranda
  • Kisah
    • Serial
    • Cerpen
    • Celoteh
    • Reportase
    • Perjalanan
      • Gaya Travel
      • Trip Gratisan
      • Piknik Buku
  • Pojok Anaz
  • Murai
  • Sosok
  • komunitas
    • Volunteer
    • KBO
    • Semestarian
    • Blogger Hibah Buku
Sebagian peserta sudah pulang :) (koleksi foto milik Mas Rob)


Saya acap merasa terlambat mengenal sosok Gie. Bahkan amat sangat terlambat. Zaman sekolah, sempat tertanya-tanya sendiri melihat orang banyak membicarakan sosok Gie. Terutama sekali ketika film Gie baru beredar. Baca bukunya tidak, menontonnya pun apalagi. Jadilah saya remaja adalah orang yang tak mengenal Gie sama sekali. 

Lalu kini ketika menuju tua, sedikit demi sedikit saya mengenal sedikit tentang Gie. Dari gambar-gambar yang beredar di media sosial dengan quotenya, dari tulisan-tulisan teman yang dipublish atau tulisan-tulisan user Indonesiana yang saya baca.Lalu soalan yang menggelitik saya adalah, "Membaca apa saja saya selama ini?" Ah! Tapi tak perlu menyesali nasib. Toh, mungkin lingkaran pertemanan saya ketika remaja dulu tak ada juga yang mengenali Gie. 

Sejak Majalah Tempo mengeluarkan Edisi Khusus (Edsus) Gie, iseng-iseng saya mulai membaca tentang Gie. nah, ini yang saya rasa hadiah paling mahal ketika terdampar bekerja di tempo Media. Saya bisa mengenal lebih banyak sosok-sosok yang jarang sekali saya ketahui. Siapa-siapanya nanti menyusullah, ya... ^_^ semoga saya tetap konsisten menulis.

Lalu, muncullah ide untuk Nonton Bareng Gie dari Mbak Vema. Karena saya tahu Gie lahir pada tanggal 17 Desember 1942 dan meninggal pada 16 Desember 1969, akhirnya dipilih tanggal 16 Desember sebagai Nobar Gie bertempat di Kantor Tempo. Rencana yang awalnya hanya nobar dengan teman-teman dekat saja, menjadi berubah  sedikit besar ketika pihak Kompas Gramediaturt serta mendukung. Ya, ini karena KPG menerbitkan edisi khusus Tempo, Catatan-catatan Gie.  

Disusunlah segala rencana. Termasuk ketika Mbak Isti mengusulkan mengundang sahabat-sahabatnya Gie seperti Herman Lantang, Aristides, Yopi Lasut juga beberapa teman-teman dekat perempuan Gie. Saya mendapat tugas mengetik surat-surat Gie yang tidak pernah terpublish. Dibagi dua dengan Mas Rob tentu saja. Rasanya, menyenangkan sekali mengerjakan menyalin surat ini. Saya seperti berada di jarak yang sangat dekat dengan Gie. Padahal hanya membaca surat-suratnya saja.

Mengetik satu persatu kalimat ejaan lama yang harus saya sesuaikan dengan ejaan sekarang sedikit rumit. Surat yang ditulis menggunakan mesin ketik ini warnanya tentu saja sudah berubah. Kuning. Saya sempat tertawa-tawa ketika tahu beberapa typo yang kemudian disilang itu ternyata sebuah kalimat yang salah. Itu pun setelah dikasih tahu oleh Mas Rob. Menyalin surat pertama saya langsung disadarkan beberapa hal. Betapa sejarah yang lama terus berulang. Sara menjadi isu utama yang mudah sekali diadu domba. 

Surat-surat Gie yang tidak pernah terpublikasi merupakan surat yang dikumpulkan oleh rakan-rakan Gie sendiri. Ini salah satu cuplikan Surat Gie untuk Boediono:

Jakarta 28 Juni 1969

Boedi yang baik,

Gue udah lama bener nggak ketemu sama lu. Seingat gue kita bertemu terakhir bulan September tahun yang lalu. Waktu itu lu mau kawin sedangkan gue ke Amerika. Jadi kita nggak ketemu waktu hari perkawinan lu. Lalu lu tulis surat sama gue dan gue nggak balas sampai sekarang. Tiba-tiba gue ingin tulis surat sama lu, jadinya gue tulis sekarang.

Gue nggak tahu apakah surat ini gue kirim perpos atau gue titip sama teman gue yang mau ke Rumbai. namanya Kartini Panjaitan. Kalau lu ada kesempatan lu temui die, dan lu bisa dengar banyak tentang teman-teman yang lain. Dia anak sastra. Terakhir gue naik gunung sama dia ke Cermai. Lu bisa cocok sama gue (kenapa yaa?- barangkali kita sama-sama sinting: ya), sedangkan gue cocok sama die, jadi gue pikir kalian juga bisa sama-sama pasang orong-orong yang panjang. Rini lu juga cocok, abis dia juga tukang guyon sih. Nah kalau kalian bertiga bertemu, tukang-tukang guyon, gue pikir rame deh, atau rusak barangkali. Dia akan di Rumbai Selasa bulan Juli. Kalau ada waktu temui deh.

Saya sekarang telah selesai dan kerja di FSUI. Rasanya gue nggak punya tujuan hidup. Gue dapat kamar kerja, dapat meja dan dapat jabatan. Jadi birokrat perguruan tinggi. Rasanya aneh sekali.... "Jadi bapak dosen yang terhormat". Kursi tempat gue duduk rasanya ada pakunya. Kalau gue uduk setengah jam saja, pantat gue rasanya panas. Rasanya mau pergi aja. Ke warung beli es atau makan gado-gado. Kalau gue terima tamu gue lebih senang duduk di tempat lain. Kalau tamunya mahasiswa rasanya lebih enak duduk di ubin dekat phon-pohon pisang. Dan gue gelisah , mondar-mandir seperti cacing kepanasan.

Satu hari gue datang ke rapat pemilihan dekan yang dipimpin oleh rektor. Gue datang pakai blue jeans. Ketua jurusan Jepang datang, "selamat ya, sudah lulus. Jij sekarang bukan mahasiswa lagi. Napa pakai blue jeans kaya kwayongan", katanya tertawa. Padahal gue mau naik gunung sama Kartini waktu itu. Pokoknya jadi sarjana susah deh. Gue inget pengalaman lu waktu lu ajak kuli-kuli makan. Rupanya kalau jadi sarjana kita musti sok gaya (tai kucing semuanya-gue lebih senang jadi orang bebas)

Kehidupan menjadi tenang kembali. Orang-orang berpikir tentang kerja-kerja rutin dan rencana-rencana kecil yang mau dilakukan. Sebelum saya lulus tujuan "tujuan hidup" adalah bikin skripsi yang baik. Setelah itu selesai ternyata gue nggak punya lagi gantinya (katakanlah sementara). Hidup gue dirutin. Bangun pagi, pergi ke kantor, lalu ngomong-ngomong atau bikin lelucon, pulang, kadang-kadang bikin karangan atau nonton. Lalu tidur. Kadang-kadang terima tamu dari luar negeri. jadi diplomat sebentar. Untuk saya keadaan ini tidak menarik. 



16 Desember lalu banyak yang datang. Orang-orang yang sudah sepuh, orang-orang muda juga para remaja. Kawan-kawan Gie, jangan ditanya. Mereka juga turut serta. Kadang saya membatin sendiri, yang kemudian diobrolkan dengan teman.Gie, seperti manusia yang diselamatkan oleh zaman. Ia mati muda, tapi semangat dan idealismenya masih menyala. 


Momen istimewa bagi setiap orang itu berbeda-beda. Tergantung dari seberapa sensitifnya hati dan seberapa penting momen tersebut bagi pribadi masing-masing. Namun bagi kaum wanita, biasanya ada momen-momen tertentu yang terasa spesial dan tak terlupakan. Jika momen tersebut terjadi dalam kehidupan seorang wanita, tentu saja wanita tersebut akan merasa istimewa.

Mau tahu momen-momen istimewa apa saja yang dapat membuat wanita jadi bahagia?

Anak Perempuan yang Dekat dengan Ayahnya

Ayah adalah sosok lelaki pertama yang dikenal oleh seorang anak perempuan. Kedekatan antara ayah dan anak perempuannya memang terasa spesial. Momen sederhana seperti diajari naik sepeda, diajak membeli jajanan, atau digendong saat tertidur tentu menjadi hal istimewa yang tidak terlupakan.

Anak perempuan yang memiliki kedekatan dengan ayah tentu punya ekspektasi yang baik terhadap kaum pria. Anak perempuan yang bertumbuh menjadi wanita dewasa pun paham mengenai cara memperlakukan pria dengan penuh kasih sayang.

Lulus Kuliah, Sebuah Pencapaian Besar Dalam Hidup
Wanita yang lulus kuliah juga memiliki kebanggaan tersendiri. Karena lulus kuliah membuktikan bahwa wanita tersebut punya kemampuan akademis yang baik dan tidak kalah dari kaum pria. Kesempatan untuk mengembangkan jenjang karier cemerlang pun terbuka lebar setelah lulus kuliah. Tidak mengherankan deh kalau hampir semua wanita ingin selalu tampil cantik di hari wisudanya.

Berhasil Mendapatkan Pekerjaan Pertama

Jalan untuk mendapatkan pekerjaan pertama memang tidak mudah. Itulah sebabnya momen ini terasa luar biasa bagi seorang istimewa. Masuk ke realita dunia kerja dan menghasilkan uang dari tenaga sendiri terasa begitu menyenangkan. Pasti para wanita juga sudah siap-siap mengalokasikan gaji pertamanya. Selain untuk bersenang-senang, traktiran untuk keluarga dan sahabat pun tidak dilupakan.

Dilamar Oleh Kekasih Tercinta

Peristiwa lamaran bukanlah akhir dari perjalanan cinta, melainkan sebuah awal bagi bahtera rumah tangga yang akan dijalani seumur hidup. Wanita pasti merasa bahagia sekaligus deg-degan ketika dilamar oleh kekasihnya. Apalagi kalau momen lamaran tersebut berlangsung secara mendadak dan romantis. Tentu saja hal ini akan menjadi peristiwa tak terlupakan seumur hidup.

Perubahan Sebagai Seorang Ibu

Menjadi ibu adalah proses pembelajaran seumur hidup bagi seorang wanita. Tidak pernah ada sekolah yang mengajarkan caranya menjadi ibu yang baik. Namun seiring dengan kehadiran buah hati, sifat keibuan seorang wanita pun akan tumbuh dari hari ke hari. Tiada yang lebih membahagiakan bagi seorang wanita selain melihat buah hatinya tumbuh sehat, cerdas, dan menjadi anak yang berbakti.

Saat mendengar tangisan pertama si kecil, rasa sakit dan lelah setelah mengandung selama 9 bulan pun terbayar lunas. Rasanya ingin selalu menyaksikan tumbuh kembang buah hati dan melindunginya sekuat tenaga.

Mendengar Ucapan Terima Kasih dari Anak

Ketika anak-anak sudah beranjak besar, masing-masing punya caranya sendiri untuk mengungkapkan kasih sayang kepada ibu. Pasti ibu tak jarang mengalami selisih paham dengan buah hatinya. Namun bukan berarti hal ini mengurangi kasih sayang ibu terhadap sang anak. Kisah dalan video inspiratif ini adalah contohnya 


Banyak ibu yang mendidik anaknya dengan keras agar sang anak tumbuh menjadi pribadi yang kuat. Sewaktu mendengar ucapan terima kasih dan ungkapan sayang dari buah hatinya, ibu akan menjadi wanita paling bahagia di dunia ini. Karena kasih sayang dan perhatian ibu tidak dapat tergantikan oleh apa pun.

Setiap wanita yang berhasil merasakan momen-momen sederhana nan istimewa tersebut adalah wanita paling beruntung di dunia. Sudahkah kita merasakannya?

Mungkin sekarang kita masih berjuang untuk merasakan momen-momen tersebut. Sembari menikmati indahnya hidup sebagai seorang wanita, jangan sampai kita lupa untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi, ya.



Waktu di Malaysia, saya pernah diajarkan menjahit oleh Ibu majikan. Ibu, mengajari saya membuat baju kurung khas melayu. Yang memotong kainnya, tentu saja Ibu. Saya tahu beres  saja. Meski masih melenceng dan nggak lurus, sepasang baju kurung itu jadi juga dengan kecelakaan di sana sini. Miring, tentu saja menjadi bagian tak terpisahkan. Kalau membuat garisan di buku saja tidak lurus, apatah lagi menjahit :D 

Tapi, percayalah bahwa sejak kecil hal yang ingin sekali saya bisa melakukan selain menulis adalah menjahit. Persoalannya, sederhana. Ketika kecil, saya memiliki tetangga yang bisa menjahit. Setiap musim lebaran tiba, begitu ramai orang yang datang untuk menempah baju persiapan hari raya. Tak hanya dari kampung, tapi juga tetangga kampung. Saya, seumur-umur hidup di kampung ketika itu tak pernah sekali pun menjahitkan bajunya. Jadi saya membayangkan, andaikan bisa menjahit, tentunya bisa membuat baju lebaran sendiri. 

Sesederhana itu...

Kemudian, beberapa waktu lalu, saya melihat Mbak Astri Damayanti menulis status di facebooknya kalau akan ada kelas menjahit untuk blogger bersama dengan brother di ICE BSD. Saya, langsung gembira tentu saja. Ini sesuatu hal yang berbeda di acara blogger. Menjahit . Membuat kulot. Kemudian, mendaftarlah dengan mencantumkan nama, alamat blog juga alamat email.

Selang beberapa minggu, pengumuman itu datang. Saya menjadi salah seorang blogger yang beruntung untuk mengikuti Kelas Kriya tersebut. Bertempat di ICE BSD, kelas kriya tersebut dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Oktober 2016. Senang tentunya mendapat kesempatan belajar menjahit. 

Sabtu pagi, di tanggal yang sudah ditentukan saya berangkat ke ICE BSD dari Serang. Alhamdulillah, perjalanan lancar. Beruntungnya, saya sudah beberapa kali mengunjungi tempatnya. Jadilah tak ada adegan sasar menyasar ^_^. Sampai di depan gedung, ada Mbak Waya, Mbak Tanti, Lita juga Mbak Astri. Merasa beruntung, karena nggak harus saling mencari.

Rupanya, ini salah satu bagian dari acara Pekan Raya Indonesia. Dan saya baru tahu kalau tidak mengikuti kelas menjahit ini. Duh, ke mana aja saya? Nggak gaul bangettt :D. Bersama dengan teman-teman blogger, kami langsung menuju booth brother. Selain kami, ada beberapa teman blogger lainnya yang sudah sampai terlebih dahulu. Hari itu, kami bersepuluh.

Ramai banget

Setelah menghadapi mesin satu-satu, dengan sabarnya Mbak Astri membagi-bagikan bahan, gunting, peniti, oran, kertas merah sama satu lagi alat yang namanya saya lupa :D (lupaan aja saya, maklum menuju tua) Saya langsung cengok. Meski sudah pernah memegang mesin jahit, waktu itu saya benar-benar gagap melihat brother. Maklumlah, dulu waktu di Malaysia ngadepin mesin jahit jadul ^_^ masalah lagi juga dipotong kain, saya nggak bisa -_-. Bersyukurnya, Mbak Astri yang baik hati itu mau mengajarkan saya dengan sabar.

Selesai memotong, masalah selanjutnya adalah saya tidak bisa mengoperasikan mesin jahit! Bahahahaha... Parah! Lalu, muncul lagi orang baik, yaitu Mbak Waya. Dengan sabar ia mengajari saya mencantumkan baju yang akan dijahit, juga menggunakan mesin jahitnya. Duh, ya... Puji syukur, saya selalu ditemukan dengan orang-orang yang baik. Kedudulan saya selanjutnya,  mencari-cari kain sepotong yang saya anggap hilang. Padahal, ia ada di bawah. Saya nyarinya dua helai kain. Padahal, nyata-nyata potongan selanjutnya adalah satu helai! #LangsungNyungsep

Eh iya, kami batal membuat kulot. Karena entah kenapa, saya juga lupa penyebabnya. Waktu itu kami praktek membuat cardigan warna hitam polos. Selesai dijahit, saya dan Mbak Riski shalat dhuhur. Mbak Riski juga banyak bantuin saya waktu itu :D. Dan Mbak Astri, dengan baik hatinya melanjutkan jahitan saya yang belums selesai. Loh, katanya sudah tadi? Iya, sudah dijahit oleh saya. Tapi belum diobras :D yang ngobras akhirnya Mbak Astri dan yang memberikan rupa-rupa tambahan jahitan di cardigan juga Mbak Astri. Ya Allah... Ini saya belajar menjahit, apa niat dijahitin, sih? Wehehehe.... Terima kasih banyak, Mbak Astri yang baik hati ^_^

Jadi, kalau saya perhatikan itu mesin jahit brother itu bisa macam-macam. Kalau mesin jahit yang saya kenali dulu itu hanya bisa untuk menjahit saja. Sementara yang ini, bisa untuk ngobras dan lain lagi dan lain lagi. Fungsinya banyak, saya masih belum begitu paham. Hanya melihat hasil jahitan teman-teman yang dibuat macam-macam. Terima kasih kepada Mbak Astri dan mesin jahit brither yang sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk ikut mencoba menggunakan mesin jahit hebatnya ^_^. Semoga ada waktu untuk mencoba lagi :)


Mbak Astri sibuk ngukur badan

Ramai

Sabar memberikan arahan

Lita serius potong-potong

Mbak Waya penyelamat! Hahahahaha

Sok-sokan menjahit. Koleksi foto milik Mbak Riski

Yang menyelesaikan tetaplah Mbak Astri

Sudah jadiiiii ^_^



Batik sejak dahulu sudah menjadi motif yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Mulai dari motif batik Solo, Yogyakarta, Cirebon, hingga daerah lainnya banyak digunakan sebagai motif pakaian.

Sejatinya, batik merupakan motif yang digunakan pada kain. Kain tersebut banyak digunakan untuk sarung, kemben, blangkon, dan juga pakaian tradisional lainnya. Namun kini, batik sendiri sudah banyak digunakan untuk pakaian modern. Mulai dari pakaian gaun untuk perempuan, hingga kemeja untuk laki-laki. Bahkan, ada juga yang membuat celana dengan motif batik.

Nah, bagi Anda yang memiliki rumah dan ingin untuk mendesain rumah Anda dengan suasana baru, batik bisa dijadikan pilihan. Motif batik sendiri adat dimunculkan di ruangan rumah Anda baik itu di ruang tamu, ruang makan, hingga kamar tidur, juga kamar mandi.
Berikut adalah tips menampilkan batik di rumah Anda. 

Sofa

Bosan dengan motif atau bentuk sofa yang itu-itu saja? Anda bisa mengkreasikannya dengan memasang motif batik di sofa Anda. Kini sudah banyak orang yang menjual sofa dengan motif batik. Jika Anda kesulitan menemukannya, tidak perlu khawatir, karena Anda tinggal mencari pengrajin sofa untuk membuatkan model yang anda inginkan. Cobalah untuk menyesuaikan motif dan warna batik sofa dengan konsep ruangan di rumah Anda. Agar nantinya rumah jadi terlihat lebih menarik.

Bed Cover

Tidak hanya di sofa, anda juga bisa menampilkan motif batik di kamar tidur Anda. Caranya adalah dengan menggunakan Bed Cover dengan motif batik. Pilihlah set perlengkapan kasur dengan motif serupa. Tidak harus sama motifnya, namun masih serasi untuk digunakan. Misalnya, untuk selimut Anda menggunakan model batik mega mendung dengan dominan warna putih, untuk bantal dan guling tinggal menggunakan motif batik serupa dengan dominan warna cokelat, hitam, atau warna yang lebih gelap. 

Hiasan Dinding

Dinding rumah minimalis Anda membosankan? Cobalah untuk mengumpulkan kain batik bekas yang sudah tidak digunakan. Atau, anda bisa memanfaatkan kain perca batik. Lalu, letakkan kain tersebut dalam pigura. Setelah itu, pajanglah pigura tersebut di ruang keluarga atau ruang tamu Anda. dengan begitu, suasana ruangan pun akan lebih terasa kesan batiknya.

Karpet

Anda juga bisa menggunakan karpet dengan motif batik. Karpet ini dapat menjadi pilihan dan banyak dijual di pasaran. Sesuaikan karpet dengan sofa yang Anda gunakan. Dengan begitu, ruangan akan menjadi lebih menarik.



Membangun rumah memang lebih mengasyikkan. Anda bisa memilih bentuk, jenis material bangunan, hingga beberapa bagian penting lainnya. Berbeda dengan membeli rumah dijual di Surabaya, Bandung atau kota lainnya yang tentunya sudah didesain oleh para pengembang. Jadi, membangun rumah memiliki kepuasan tersendiri.

Salah satu hal yang bisa dipilih sendiri ketika membangun rumah adalah memilih pintu. Ada berbagai jenis pintu yang dapat digunakan. Mulai dari pintu engsel, hingga pintu putar di rumah. Anda hanya tinggal memilih pintu yang sesuai dengan konsep rumah, kondisi finansial, dan juga tentunya selera Anda sendiri.
Maka dari itu, ayo kenali berbagai jenis pintu yang bisa diaplikasikan di rumah berikut.

Pintu Engsel

Pintu ini adalah jenis pintu yang banyak digunakan oleh rumah di Indoensia. Pintu ini dapat dibuka dengan cara didorong atau ditarik, dan salah satu bagiannya bertumpu pada engsel pintu. Biasanya pintu ini juga hadir bersama dengan kusen pintu tempat menyimpan engsel pintu. Karena bentuknya yang simpel, biasanya pintu ini cocok untuk digunakan di seluruh penjuru rumah. mulai dari pintu depan, hingga pintu kamar mandi.

Pintu Geser

Pintu geser kini sudah mulai banyak digunakan oleh masyarakat. Pintu ini banyak digunakan karena dapat menghemat tempat. Tidak seperti pintu engsel yang perlu untuk mengosongkan bagian buka dan tutupnya, pintu geser tidak membutuhkan itu. Pintu ini dapat dibuka dengan cara digeser sehingga tidak memakan tempat. Untuk ruang tamu dan ruang keluarga, motif dan material pintu dapat menyesuaikan dengan gaya rumah Jepang. Sementara untuk bagian ke luar taman, pintu dengan bahan kaca dapat menjadi pilihan agar cahaya dapat masuk dengan baik ke dalam rumah.

Pintu Bi-Fold

Bi-fold door atau pintu lipat geser merupakan pintu yang dapat dibuka dengan cara dilipat kemudian digeser sehingga pintunya akan menempel satu sama lain ketika dibuka. Jenis pintu ini biasanya dapat digunakan sebagai pintu garasi. Materialnya biasanya berupa kayu yang kuat.
Pintu Pivot

Pintu jenis ini adalah pintu yang dibuka dengan cara berputar. Biasanya poros pintu ini berada di tengah pintu sehingga pintu dapat diputar ketika akan dibuka atau ditutup. Sama seperti pintu engsel, pintu ini akan memakan banyak ruang karena cara membukanya yang memutar. Namun, jika dalam ukuran kecil, pintu ini dapat menjadi cantik saat dibuat berjajar dengan jumlah pintu lebih dari satu. Apalagi, pintu tersebut adalah pintu menuju halaman Anda. material yang digunakan bermacam-macam, mulai dari kayu, besi, hingga kaca.


Dalam metode untuk memasarkan Rumah dijual di depok memang sangat banyak sekali. Mulai dari pemainan harga, promosi besar-besaran dan lain sebagainya. Hal ini tidak lain adalah untuk agar rumah tersebut cepat terjualkan. Selain itu dalam memainkan harga biasanya penjualan rumah tersebut di pegang oleh calo. Nah, calo ini yang nantinya akan mecarikan pembeli dengan kesepakatan meminta bayaran dari berapa persen dari harga yang terjual.

Akan tetapi terkadang seseoranr calo atau penjual rumah yang tidak terlalu mengetahui informasi terkini tetang penjualan rumah mereka akan membuat harga seenaknya. Bahkan mereka memasang harga tertinggi tanpa mereka ketahui harga dipasarannya berapa. Selain itu terkadang mereka juga memasang harga terlalu rendah sehingga menguntungkan pembeli dan penjual tidak mengetahui kalau sedang di rugikan. Maka, dari itu ketikan Anda menjual rumah Anda juga harus mecari informasi secara mendetail tentang harga-harganya.

Nah, terkadang juga banyak seseorang yang menjual rumah mengatahui harga pasarannya berapa. Akan tetapi dia lebih mematok harga yang paling tinggi dari pada harga normalnya. Hal ini akan menyebabkan Rumah diJual tersebut akan laku lebih lama atau bahkan tidak bisa laku sama sekali. Sehingga cara tersebut menjadi boomerang bagi diri si penjual sendiri dengan kelamaan menunggu rumahnya laku.

Dengan demikian akan lebih baiknya agar rumah Anda cepat terjual dan kebuhan akan uang tersebut segera terpenuhi. Maka, patoklah harga yang pas saja dan sesuaidan dengan harga pasaran pada saat itu. Selain menyesuaikan dengan harga pasaran Anda juga harus menyesuaikannya dengan kondisi rumah baik lokasi maupun fisiknya. Hal ini untuk memberikan efek kenyamanan untuk pembelinya agar tidak kecewa ketika membeli rumah Anda.
Karena apabila Anda memasang harga yang terlalu tinggi, orang lain atau pembeli akan sungkan untuk melihat-lihat rumah Anda. Perkiraan mereka bahwa Anda tidak benar-benar menjual rumah Anda karena perkiraan mereka susah untuk diajak bernegosiasi. Selain itu juga perlu diperhatikan ketika Anda menjual rumah dengan perantara orang lain. Anda juga harus memiliki harga pas baik harga dari penjual maupun patokan harga yang akan di jualkan oleh perantara atau calo.

Sehingga dengan demikian And bisa memantau harga jual rumah Anda. Demikianlah sedikit Informasi tentang Rumah di Jual dengan menggunakan metode harga pas. Semoga bisa bermanfaat dan menambah wawasan kita semua, terimakasih.






Mendadak pengen nulis tentang Ciwa cafe di Cilegon. Sebenernya, saya nggak tahu banyak tentang cafe di Cilegon dan memang sepertinya belum begitu banyak cafe. Ini gara-gara pagi-pagi membuka album foto lama untuk mencari file foto, eh, malah menemukan foto waktu kami nongkrong di cafe Ciwa. Seingat saya, kami nongkrong di sini tahun 2013. Ampun, dah! lama bangettttt! Sebetulnya, bukan sekadar nongkrong. Karena kami berkumpul untuk mengerjakan sedikit persiapan Banten Science Day Desember 2013 lalu.

Bersama dengan Kak Magda, Kak Aip, Haqi, Lala, Kak Lisda, Ijal, temannya Haqi sama siapa lagi entah saya lupa. Kayaknya, ini cafe ramah pengunjung yang suka nongkrong lama-lama. Kami kumpul di sini dari jam dua siang, sampai menjelang maghrib. Tapi kami nongkrongnya di lantai atas, sih. Kalau yang di bawah itu berisik sama orang karokean. 

Untuk nongkrong, cafe ini bolehlah. Makanannya juga standar cafe-cafe kopi lainnya. Spageti, mie instant dan beberapa camilan. Alamat Ciwa Cafe, Cilegon City Square Blok E2 (Jalan Pondok Cilegon Indah) Cilegon-Banten

Ah! Kayaknya saya cuman mau pajang foto-foto doang di sini ^_^ ini kami nongkrong di atas aja. Dan saya pun cuma ambil foto di atas, tidak di lantai satu.




Serius bekerja

Ini beneran lagi makan

Kalau ini beneran kerja :)

Kerja, nih? :P

Eksyen jugak :D

Nggaya doang :D

Bisa lihat pemandangan ini
Pake pelita


Spagetinya lumayan enak


Sampai menjelang senja

Berapa orang yang sudah menikah? ^_^





Tiba-tiba, saya sampai pada tulisan enam tahun lalu, "Inul, Pembantu dari Indonesia" saya baca lagi satu-satu, juga komentarnya. Ada banyak sekali kesalahan eyd di sana-sini. Penggunaan titik koma yang nggak pas pemakaiannya. Ah! Tapi saya tak ingin membahas segala isinya. Tapi lebih kepada individu yang saya tulis enam tahun lalu. 

Saya terdiam sejenak. Tertegun. Inul, kembali membuat saya berdecak kagum, mengucap syukur. Sungguh, Allah sebaik-baik Maha rencana, Pemilik cerita. Kalau saya tidak membuka lagi tulisan lama, pastinya saya sudah lupa dengan garis hidup Inul di masa kecil dulu. Inul kecil yang mengikuti orang tuanya sebagai transmigrasi di Sumatera. Inul kecil bertelanjang kaki menuju sekolahnya merentasi hutan bersama dengan Ayahnya. Otak kerdil saya bertanya-tanya, apakah Inul masih mengingat detail cerita kisah hidupnya kini? Entahlah.... Saya tak pasti. 

Tapi, ada keyakinan di hati kecil saya, bahwa orang seperti Inul itu dibesarkan oleh masa lalunya. Ia menjadi orang yang kaya hati. Barangkali, ia kini tersenyum bangga mengingat masa lalunya di usia tiga belas tahun. Merentasi pulau Sumatera menuju Pulau Jawa, hanya dengan secarik kertas. Mengikuti kisah hidup Inul di masa lalu, betapa sekarang saya selalu tersenyum melihat kehidupannya. Jombloku, sudah tidak jomblo lagi. Inul, sudah menikah dengan salah seorang teman blogger. Mereka, kini sudah dikaruniai seorang anak. 

Sampai hari ini, saya belum pernah bertemu dengan Inul. Tapi kami sering mengobrol di inbox. Dia, yang acap mengajari saya mencari uang melalui blog. Dia, yang kerap pula memaksa saya "menguangkan" blog. Sampai kemudian saya luluh dan mau belajar darinya. Inul keren, ya? Terima kasih, Inul ^_^

Inul, kini sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga. Tapi, tak sembarang ibu rumah tangga, karena di sela-sela kesibukannya mengurus rumah dan mengasuh anak, ia masih sibuk juga mencari uang di blog. Kalau saya, sih, sudah berhenti :D hahahaha. Semoga keberkahan dan keselamatan selalu bersama Inul ^_^

Dulu, ada teman yang bertanya kepada saya, kenapa saya tidak menyukai para motivator-motivator yang beredar di layar kaca? Jawab saya sederhana saja, saya lebih suka bertemu dengan orang-orang seperti Inul secara langsung. Belajar dari kisah hidupnya, bukan teori semata-mata. :)
Kelas Dongeng Pemula yang dilaksanakan tanggal 10 September lalu. Ramai banget ^_^

Bagaimana Mendongeng dengan Audience Orang Dewasa? Saya sudah bisa mendongeng? Sampai-sampai menulis tutorial?  Owh, sama sekali belum tentu saja. Meski sudah hampir tiga tahun tergabung di Komunitas Ayo Dongeng Indonesia (Ayodi) besutannya Kak Aio, saya tetaplah saya. Yang masih belum bisa mendongeng. Atau tepatnya, saya masih malu memulai mendongeng di depan anak-anak (yah paling bisanya di depan keponakan-keponakan :D ahahahaha). Nah, di depan anak-anak saja belum berani, apatah lagi di depan orang dewasa? -_-

Kak Aio adalah mentor yang baik buat kami. Dia memang senior untuk urusan dongeng. Nggak heran, karena jam terbangnya yang sudah tinggi. Kepiaiwaiannya dalam hal dongeng tak bisa diragukan lagi. Karena kelebihan yang dimiliki itulah, ia selalu support kami, para relawan untuk bisa mendongeng juga. Dalam setiap event undangan dongeng, ia selalu mengharapkan relawan-relawan untuk tampil. Menambah jam terbang, juga mengasah kemampuan kata dia. Kak Mila, Kak Yanie, Kak Ana, Kak Fadila dan teman-teman lain sudah mulai sering mendongeng. Buat Kak Aio, keberanian mencoba adalah kunci utama (halaghhhh... saya serius banget, sih?) :D tapi emang iya, sih. Hahahahaha... Kalau Kak Budie dan Kak Bonchie, jangan ditanya lagilah ^_^

Kembali ke awal judul. Jadi, ceritanya tadi malam ada Kelas Online di group whatsapp Ayodi untuk pertama kalinya. Kelas dongeng offline, kami sering lakukan. Tapi untuk online, baru malam tadi mulainya. Dengan tema Mendongeng untuk Audience Dewasa, inilah sedikit rangkumannya yang saya copy paste semena-mena.

Kak Aio: Sejak Kuliah Dongeng terakhir beberapa waktu lalu, kemudian ada yang mengusulkan bahasan tentang "Bagaimana Mendongeng dengan Audience Orang Dewasa?". Nah, ini yang akan gw coba bahas sedikit dan nanti bisa dibahas kemudian atau bagus jika ada yang tanya. Point satu yang harus diingat dulu, sambil pengingat buat semua juga...

Pertama, Mendongeng itu adalah Accrued Skill  
                       
Mendongeng itu adalah keahlian yang butuh dilakukan berulang dan memakan waktu hingga merasa cukup baik nantinya. Contoh sederhananya adalah naik sepeda, nggak bisa jago mengendarai sepeda jika baca buku panduan saja.
                         
Kedua, yang harus AyoDears ingat... Mendongeng adalah KOMUNIKASI. Jadi modal utama adalah elemen dalam komunikasi juga... cerita, suara, ekspresi, dan gesture. 
                        
Nah sekarang kita masuk ke pokok bahasan...

Bagaimana mendongeng ke orang dewasa?   
                      
Pada dasarnya, siapapun senang bercerita dan senang mendengarkan cerita yang baik. Siapapun itu bisa anak, dewasa, orang tua, dewasa atau tua yang terperangkap di tubuh anak-anak, hingga anak-anak yang terperangkap di tubuh tua tapi tidak dewasa atau mungkin cukup dewasa juga. 
                        
Cerita yang baik itu bagaimana?        
            
Kalau pada anak-anak, cerita yang baik itu yang sesuai dengan perkembangan usianya. Kalau pada orang dewasa,  cerita itu yang juga sesuai dengan perkembangannya.

Ini yang tricky.               
          
Buat orang dewasa, alat terkadang tidak mempengaruhi. Buat anak-anak juga sih. Asal kita punya cerita yang kuat. Jadi POINT penting di sini, kita harus punya cerita yang kuat sesuai dengan usia audience yang akan kita hadapi. Kalau orang dewasa, maka ceritanya SESUAI DENGAN atau MENANTANG pengetahuan mereka, pengalaman mereka atau logika mereka. Ini kuncinya.

Dari penjelasan Kak Aio di atas, barulah dibuka tanya jawab. berikut tanya jawab yang diajukan oleh teman-teman, 

Kak Yanie, Gimana, sih, cara taunya cerita itu kuat atau ngga? Ini PR aku dr dulu milih cerita suka susah. Pertanyaan Kak Yanie, yang sudah sering mendongeng di beberapa event dongeng.

Kak Aio: Untuk tahu cerita kuat atau enggak itu sama seperti nonton film. Film dengan cerita yang kuat itu nggak akan mudah dilupakan. Di jalan akan dipikirkan, akan ada perasaan tertentu yang berkecamuk di kita dan beragam lainnya. Tapi film tidak cukup hanya cerita, dia didukung visualnya (cinematography, tatacahaya, dll yg terlihat), audionya (tatasuara, sound effect, theme song, dll yang terdengar), pemainnya.   

Itu kekuatan pendongeng. Cerita, kalau sudah di kuasai. Hanya dengan permainan Nada suara (intonsi), kecepatan (pace) dan tehnik suara lain tanpa meng-UBAH suara,  tapi didukung ekspresi dan gesture yang tepat juga cukup kuat kok. Cara taunya, banyak baca dan rasakan ceritanya. Apakah ada "sesuatu"? Apalagi jika cerita itu bisa menggerakkan seseorang. Itu cerita yang kuat.  

Anis,  Lalu, kalau ke orang dewasa sepertinya kaya "motivator" gitu, ya, Kak? Karena penyampaian nggak pakai imajinasi, atau apa, Kak? Mohon diluruskan. 

 Kak Aio; gw nggak percaya seseorang bisa menjadi motivator. Orang yang bisa memotivasi hanya orang itu sendiri. Karena dia yang mengambil keputusan. Kemudian dia memotivasi dirinya untuk bergerak. Dia bisa mengambil inspirasi dari orang lain, dari kisah orang lain. Nah, dongeng itu kerjanya seperti itu. Dongeng yang menginspirasi itu yang kuat buat orang dewasa. 

Rahmat; Kalo orang dewasa, perlu ekspresi berlebih terutama vokal?  

Kak Aio, kalau dirasa perlu dan jadi penguat cerita, kenapa enggak?

Kak Budi, jika tetap ingin menggunakan 'partner', bagaimana memaksimalkan alat peraga bonek? Apa bisa dibuat konsep tanya jawab/ komunikasi dengan si partner?  

Kak Aio, Nah ini bisa aja sih, tapi orang dewasa sudah tau "partner" nya itu apa. Tapi kalau ceritanya kuat, nggak masalah apapun yang kita pakai. It will work.     

Destri, Kak mau tanya, kalo sama anak-anak, kan, naikin moodnya pake lagu atau tarian. Kalau dongeng untuk dewasa naikin moodnya gimana, ya, caranya?


Kak Aio; bisa iya, bisa enggak. Tergantung ceritanya. Nggak bisa pakai lagu. Orang dewasa akan dengar kamu jika sesuai dengan kebutuhan mereka, Minat mereka, atau malah menantang minat mereka dan kamu malah menyadarkan kalau mereka butuh. Ini pasti bisa kena.

Kak Yanie; Kalau orang dewasa, maka ceritanya SESUAI DENGAN atau MENANTANG pengetahuan mereka, pengalaman mereka atau logika mereka. Contohnya apa? #bantukakAna

Kak Aio;  Dalam setiap cerita ada value, pesan dan nilai. Nah, cara penyampaian yang tersirat atau tidak secara langsung itu yang kuat pengaruhnya. Itu yang kadang bikin orang "Ooo..." diakhir. 

Dari tanya jawab di atas, untuk memberikan contoh barangkali memang sulit. Karena, emndongeng itu bukan sekadar teori. Tapi lebih ke praktek. Kak Aio, memberikan penjelasan lagi, 

Kak Aio: Sebenarnya agak sudah juga di WA hahaha. Beda cerita tertulis dan cerita dituturkan lisan.  Beda cara dan beda pengaruh. Nah, dongeng itu kerjanya seperti itu. Dongeng yang menginspirasi itu yang kuat buat orang dewasa. Tertulis itu akan banyak narasi mendeskripsikan hingga kita bisa membayangkan dan mengimajinasikan. Dalam penuturan lisan, kadang deskripsi masih ada, tapi terkadang digantikan ekspresi dan gesture.

Kita suka atas sesuatu itu beda-beda. Kita suka akan sesuatu itu karena kita menemukan keindahan di situ. Indah itu bukan lagi masalah logika. Sesuatu jadi indah itu ketika menyentuh perasaan. Tujuan dongeng itu subyektif dan bisa obyektif. Bisa beda bisa sama.

Putu; Jadi untuk kasus pikih cerita.. Kita boleh subjektif ya kak? Asal kita menguasai dan kita nyaman sama creita itu.. Itu modal pede kita buat dongeng ke org lain?

Kak Aio; Bisa, tapi kalau mau valuenya sampai, harus sedikit menyesuaikan dengan audiencenya.   

Eha; Intinya kekuatan cerita dan teknik yang digunakan, yah, Kak?

Kak Aio: Tehnik bisa sederhana, tapi cerita itu harus kuat. Itulah kenapa, dongeng itu bisa dilakukan siapapun.

Film yang menggugah itu karena ceritanya kuat, cerita yang kuat pasti ada pesan yang kuat.  Sama rumusnya. Dongeng yang menggugah itu karena ceritanya kuat, cerita yang kuat pasti ada pesan yang kuat. Kadang jadi menggugah dan mengganggu. Menggugah perasaan, menggangu pikiran.   


Eha, Gimana caranya membuat cerita yang kuat, Kak?

Kak Aio: Good question. Banyak baca dan rasa. Ceritakan, ceritakan. Terus berulang hingga dapat.

Demikianlah yang bisa saya rangkum. Terima kasih buat Kak Aio. Semoga bermanfaat buat kami. Dan terutama sekali buat saya, semoga setelah ini berani mendongeng. Biar nggak cuman jadi tim medsos aja sama dokumentasi! Ahahahahaha....
                 




Ngatur posisi, muat-muatin :D


Waktu menunjukkan pukul tiga petang lewat. Jalanan kecil ini macet. Ini bukan di Jakarta tentu saja. Ini di sebuah kampung, Jaha namanya. Tikungan ini sesak, lalu lalang kendaraan melebihi kapasitas. Jalanan kecil ini menuju Kampung Garung, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang-Banten. Kampung Garung, merupakan salah satu desa yang terkena bencana longsor dan banjir bandang pada 24 Juli dini hari. Kak Magda, dengan sangat hati-hati menepikan mobilnya. Tak ada orang marah-marah di sini, tak ada bunyi klakson bersahut-sahutan. Masing-masing sadar dan cukup tahu diri untuk menyingkir, memberikan celah jalan. 

Macet


Lalu lalang mobil dan motor yang berjalan perlahan ini membuat saya dapat mengenali beberapa orang yang ada di dalam kendaraan. Beruntun, beriringan sebagian besar besar adalah teman-teman komunitas yang saya kenali. Meski mereka tak melihat saya :D. Mereka, baru saja turun dari Kampung Garung, mungkin saja, mereka tidak mau terjebak gelap karena hari sudah mulai petang.

Mobil Cholis, sampai lebih dulu di atas. Sementara dua mobil yang dikendarai oleh Kak Magda dan Wawan terpaksa diparkirkan di Kampung Jaha, karena tidak bisa melewati medan menuju Kampung Garung. Terlalu riskan, dengan jalanan yang tidak bersahabat. Mobil Cholis dipenuhi barang-barang donasi dan orang semuat-muatnya, sebanyak lima orang termasuk Cholis yang menyetir. Dua orang, Fairuz dan Rizki meminjam motor temannya yang ada di Kampung Jaha. Tinggallah lima orang termasuk saya. Sedianya, kami akan jalan kaki, sampai kemudian nanti dijemput oleh mereka yang sampai lebih dulu. Tapi, mobil Cholis masih muat satu orang lagi, saya diminta turut serta. Akhirnya, hanya 4 oranglah yang jalan kaki, Kak Magda, Swa, Septi dan Rahmat.

Sampai di atas, kami masih bertemu dengan banyak mobil yang hendak turun. Juga, iring-iringan motor yang baru saja melaksanakan trauma healing. Riak wajah mereka sangat gembira. Bahkan, salah satu teman sempat menghentikan motornya menyalami kami yang bersesak di dalam mobil, antara barang-barang donasi dan manusia. Kang Koelit, founder Komunitas Relawan Banten (KRB) baru saja usai mengadakan trauma healing bersama dengan belasan relawannya. 

Melewati jalanan yang lebih sempit lagi, sesama pengguna jalan lebih berhati-hati mengendarai kendaraannya. Beberapa orang, berbaik hati di tepi jalan menjadi juru parkir tak berbayar. Dengan murah hati memberikan arahan, mana yang sebaiknya lewat lebih dahulu, dan mana yang berhenti menunggu. Ada banyak RT di Kampung Garung yang kami lewati. Kata Cholis, kami akan menuju Kampung Garung yang paling ujung, RT 4. Tumpukan donasi terlihat di berbagai posko, kerumunan orang-orang baik korban, relawan mau pun donatur terlihat di setiap posko. Sapaan untuk lebih berhati-hati di jalan, selalu kami dapat dari banyak orang. Pandangan seperti itu ditemui sampai kami tiba di Kampung Garung. 

Kembali, kami menemukan kesulitan ketika parkir saat sampai di RT 4. Tapi, lagi-lagi tangan-tangan baik hati itu selalu datang memberikan arahan. Bergantian, akhirnya kami bisa parkir dengan selamat. Pun orang-orang yang hendak keluar pun bisa melewatinya. Satu mobil avanza (eh, lupa kijang apa avanza :D) berisi satu keluarga terlihat sibuk menurunkan barang-barang donasi. 

Masih di kampung Jaha, jalanan lengang


Cholis menjemput Kang Muhib dan relawannya untuk mengangkut barang-barang. Sebagian lagi membawa motor untuk menjemput teman-teman yang jalan kaki. Sampai di Kampung Garung RT 4, sisa-sisa longsor masih menjadi pemandangan. Sudah berlalu seminggu, keadaan sekitar semakin membaik. Kayu-kayu yang tercerabut dari akarnya, batu-batu yang berhamparan bermacam ukurannya. Sebuah masjid yang separuhnya sudah tiada, juga serakan rumah yang tak bersisa bangunannya, kecuali sisa-sisa kursi yang berserak dan perabotan lainnya.

Sebuah posko darurat dibuat. Salah satunya, dari sebuah provider. Menurut salah satu warga, posko darurat ini dibuat belum lama. Atas inisiatif warga juga relawan. Tak tergambar duka di wajahnya ketika ia bercerita. Ada semangat di balik ceritanya. Semangat untuk tak meratapi musibah yang menimpa. Ah! Sayangnya, hari sudah semakin petang, kami tak sempat berbincang panjang. Kami terpaksa pamit dan berjanji kalau minggu selanjutnya akan datang kembali. Meski terlihat berat melepas kami, tapi alasan petang di jalan dapat diterima. 

Kami berjalan beriringan, menuju parkiran. Hari sudah semakin gelap, suara adzan maghrib berkumandang bersahutan dari beberapa masjid. "Shalat di bawah aja nanti." Kata yang lain mengingatkan. Mobil Cholis diisi 11 orang. Muat. Tapi sepanjang jalan menuju Kampung Jaha diselimuti rasa takut. Alhamdulillah, kami sampai di bawah dengan selamat. Betapa, hari itu mempelajari banyak hal.... Tentang musibah yang tak pernah diminta, tentang kemarahan alam karena keserakahan manusia juga, tentang kebaikan-kebaikan yang tak pernah dipinta, tapi ia ada. Betapa, negeri ini banyak dihuni oleh orang-orang baik dan juga murah hati.












"Nggak pantes Kanaz ngefans sama dia, karyanya saja nggak ada yang tahu." Siang-siang di kantor, saya hampir tersedak ketika Novita, salah seorang kawan dekat menulis demikian di whatsapp. Novi, yang selalu menganggap saya sombong ketika saya bilang tak mengenali beberapa penyair-penyair muda Indonesia itu selalu meledek saya. Aan Mansur misalnya, penyair muda kelahiran Makassar itu pernah bertemu saat taping Mata Najwa, tapi saya abai tak menyapa atau sekadar menyalaminya. Sementara teman-teman di group whatsapp, sudah ribut sendiri. Ya, bacaan saya tentang buku-buku penyair tak banyak tentunya. Selain punya bukunya Taufik Ismail, lainnya tak ada lagi. Sangat terbatas.
Lantas, ketika suatu hari Adi bercerita tentang seorang sosok yang katanya acap mendapatkan penghargaan di luar negeri, kerap pula mengunjungi berbagai negara untuk menghadiri acara sastra, saya terkesima.
"Memang dia orang mana, Di?" 
"Orang Kramat, Kanaz. Dia juga punya taman baca."
"Eh? Orang Kramat? Sebelah mana?" Ketika Adi menjelaskan semuanya, saya pun bukannya paham. Karena banyak tak mengenali daerah Kramat, selain rumah Kakak saya.
Begitulah, awal saya mengenal namanya. Tapi, mengetahui namanya tak membuat saya tertarik untuk mencari siapa dia dan sepak terjangnya di dunia sastra. Sampai suatu hari, ketika mengadakan acara Literasitainment, saya meminta Adi untuk mengundangnya membacakan puisi. Meski akhirnya, ia tak dapat datang karena sesuatu dan lain hal. 
"Emang buku terakhir yang Kanaz baca apa, sih? Masak Rois aja nggak tahu? Aku ada bukunya!" Itu Novita, kalau ngomong kadang sangat cabai sekali. Pedas, serupa sambal tanpa garam dan tambahan sedikit gula. Makanan pembuka puasa yang belum selesai saya kunyah itu terhenti, saya memandang Novita. Tertawa.
"Emang semua orang Kanaz harus tahu dan kenal?"
"Iyalah, Kanaz mah sombong, sih." Teh manis yang masih setengah gelas itu, berasa saya ingin tumpahkan ke Novita. Tapi itu sebatas canda tentu saja.
Sekali waktu, facebook saya diadd olehnya. Jadilah saya bisa melihat kegiatan Rois di media sosial. Dan saya, sesekali googling tentangnya. Tak banyak yang saya tahu. Selain dari beberapa cerita Adi ketika bertemu sesekali. Kami pun sempat bertemu sekali, ketika kami mengadakan baksos di kampungnya Cholis, Pun hanya sebentar, karena dia harus segera pulang, karena ada hal lain yang harus ia kerjakan. 
**
"Owh, ini rupanya kampung penyair hebat itu. Sepertinya, kalau kita mau jadi penyair, harus tinggal di desa-desa seperti ini. Eh, tapi ini jangan bilang-bilang kang Rois." Celetukan Rahmat, membuat kami berempat di mobil tertawa. Minggu lalu bersama dengan Adi, Kak Magda dan Rahmat kami singgah di kampungnya Kang Rois, Desa Cibelut-Cilegon. Saya tak pasti ia masuk kelurahan Pelamunan, Kecamatan Kramatwatu atau mana. Sore itu, atas keinginan Kak Magda dan diaminkan oleh semuanya, kami ingin makan di saung, di tengah sawah. 
Koleksi foto milik Adi

Diajaklah kami oleh Rois ke kampungnya untuk mencari saung di tengah sawah. Di kampungnya Desa Cibelut, hamparan sawah hijau masih banyak terbentang berhektar-hektar. Jalan raya yang tak begitu luas itu diapit oleh sawah-sawah. Betullah celetukan Rahmat, bahwa seorang penyair hebat itu lahir dari tempat-tempat yang indah. Eh, tapi masih indahan kampung halaman saya, sih #KemudianLariKeHutan 
Karena sering diledek dan dicela semena-mena sama Novita, hari ini iseng saya googling mencari puisi-puisinya Rois Rinaldi. Kalau Novita sih katanya punya buku-bukunya. Tak sulit tentu saja, karena ternyata begitu banyak tebaran puisinya di dunia maya yang ditulis entah oleh siapa. 
MENCARI ALAMAT
Di saat aku mencari alamat kantor pemerintahan
aku bertemu seorang pemulung
aku bertanya padanya
lalu ia menunjuk tong sampah dan pergi
CILEGON-BANTEN

BANGSA MISKIN
Telah kita saksikan
Berbondong-bondong anak bangsa
Ke luar negeri, jadi pambantu
Miskin sekali yah, bangsa ini?

HUJAN
seorang wanita renta memutar-putar tasbih, penuh takjub hati tengadah penuh pada Tuhannya, di ruang yang lain seorang cucu memanggil neneknya, ketakutan, hujan menutup jendela, petir menyambar suara-suara.
HUJAN II
"kenapa hujan enggan menyentuhku?" tanyaku pada sepi
lantas dari seberang hujan kulihat gelap berlari cepat ke arahku



Tak apa dikata sombong oleh Novita, karena tak mengenali penyair-penyair muda Indonesia. Barangkali, setelah ini saya bisa memesan buku Tak Ada New York Hari Ini yang ditulis oleh Aan Mansur untuk menambah koleksi buku di lemari. Atau, bisa jadi saya membeli buku-bukunya Rois Rinaldi, yang tak hanya ada di dalam negeri, tapi juga di luar negeri. 



Nah, kan? cerah ceria di sawah mah ^_^


Berhasil makan di tengah sawah, di gubug pulak :D

Bersama dengan adik-adik Kampung Serigala dan Poji tentu saja


Kampung Orang Asli Serigala, apa yang terbayang di benak kita ketika mendengar kalimat tersebut? Sebuah cerita tentang asal muasal serigala? Atau kampung yang dulunya banyak serigala? Kembali, pertanyan-pertanyaan itu juga bergelayut di pikiran saya. Ini masih dalam rangka menghadiri  Eat Travel Write 3.0 (ETW 3.0) di Selangor pada bulan April lalu, lanjutan dari tulisan sebelumnya yang ini di Kampung Felda Kedangsa.

Mendekati pukul empat sore, kami beranjak meninggalkan Kampung Felda Kedangsa, menuju perkampungan orang asli. Lagi-lagi, perut dalam keadaan kenyang lenang. Cuaca panas tidak menyurutkan semangat teman-teman mencicipi lontong yang katanya enak sekali. Perut saya memang sudah tak muat. Inilah kenapa saya tak ikut mencicipinya. 

Menuju Kampung Orang Asli, lagi-lagi kami harus berganti kendaraan dari bus menaiki lori. Melewati jalanan yang sempit, kanan kiri hutan kelapa sawit, kami disambut hujan lebat. Tapi ia tak mengurangi kegembiraan, curah hujan yang tempias ke dalam lori membuat kawan-kawan yang ada dalam lori tertawa gembira. Apalagi, kalai lori menabrak ranting-ranting pohon yang berjuntai di tepi jalan.

Sampai di Kampung Orang Asli Serigala, hujan masih belum reda. Kami disambut oleh para tetua kampung dan anak-anak muda di depan sebuah tempat seperti aula. Berderet-deret meja telah disiapkan berisi lagi-lagi makanan. Ya, dalam itinerary sore itu, kami akan melihat proses memasak Nasi Buluh dan Ikan Buluh. Sekumpulan remaja menyambut kami dengan mengalungkan janur juga memasangkannya di kepala kami. Rangkaian janur yang dibuat kalung dan topi disarungkan kepada seluruh peserta yang hadir. 



Iringan ketukan bambu di atas kayu langsung terdengar. Tiga  orang lelaki di depan kami sedang menyiapkan musik tarian orang asli di antara renya hujan. Disusul beberapa remaja perempuan yang menari mengikuti ketukan bambu di atas kayu tersebut. Dengan make up tipis-tipis juga mengenakan kalung dan topi yang dibuat dari janur pelepah kelapa beberapa anak remaja perempuan menari mengikuti irama ketukan bambu di atas kayu. Terlihat sederhana, tapi istimewa buat saya.



Usai pertunjukan sambutan, dua orang pak Cik langsung beraksi di depan kami. Menunjukan beberapa buluh bambu untuk persiapan memasak Nasi Buluh dan Ikan Buluh. Konon, menurut Pak Cik Buluh bambu yang digunakan untuk memasak bukan sembarang buluh. Ia dicari dari hutan dan sekarang sulit ditemukan. "Kalau bukan untuk sambutan tamu, kami sudah jarang yang mencarinya." Kata Pak Cik yang menyiapkan masakan. Ia meraih buluh bambu, menunjukannya kepada kami. Kemudian, ia menunjukan ikan nila yang sudah direndam dengan beberapa perencah tradisional. 

Ini buluh bambunya


Eh, bumbu tradisionalnya daun lilih aja, sih. Lain-lain itu garam saja dan perisa jika suka. Kemudian, ikan-ikan tersebut dimasukan ke dalam bambu, setelah itu ikan siap untuk dibakar. Setelah selesai pertunjukan ikan, Pak Cik pun menunjukkan bagaimana caranya memasak nasi menggunakan buluh bambu. Caranya, lebih kurang sama. Hanya medianya saja yang berbeda.

Tanpa menunggu lama, kami bisa langsung menikmati sajian Ikan Buluh dan Nasi Buluh. Rupanya, warga Kampung Serigala sudah menyiapkan maskaan untuk kami. Karena proses memasaknya memang lama. Baik nasi mau pun ikannya, rasanya sama-sama enak. Makanan khas tradisional dari Kampung Orang Asli Serigala. Yang bikin saya berkerut kening, sebenernya mengenai daun lilih ini. Mungkin, daun ini hanya ada di hutan-hutan Malaysia.

Poji, mengajak saya ke tepi rumah. Kononnya, mau diminta buat testimoni ala-ala jalan-jalan cari makan yang menyebalkan. Iya, menyebalkan karena ini ada sesi pengambilan video dan saya harus berlakon gitu :D nyahahaha... Rasain banget ini, mah :D tak lama pengambilan gambar, Sham dan panitia lainnya meminta kami cepat-cepat beranjak meninggalkan Kampung Serigala menuju penginapan karena hari sudah semakin petang. Sebelum meninggalkan Kampung Serigala, saya dan Poji sempat mengambil gambar dengan anak-anak Kampung Serigala. Buat saya, hari itu yang paling berkesan adalah di Kampung Serigala. Sayangnya, waktu sangat terbatas. Karena menurut Sham, penginapan Sri Berkat yang akan kami tuju itu sangat jauh dari Kampung Serigala.

Kenapa namanya kampung Serigala? Karena dulunya, di kampung ini banyak serigala berkeliaran.

Ikannya dimasukan dalam bambu


Mbak Olip semangat nyicip

Dikerjain Poji, ala-ala Jalan-jalan Cari Makan :))))))

Semua foto-foto yang bagus di sini milik @akugraphy ^_^ 
Bersambung....


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Teman-teman

Sering Dibaca

  • Minyak Gamat Bukan Hanya untuk Obat Luka
  • Antara Itik Bali dan Miyabi
  • Blogger Return Contest
  • Laskar Pelangi, Pilihan KBO 2
  • Indahnya Sebuah Persaingan

Harta Karun

  • ►  2021 (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2020 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2019 (41)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2017 (21)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
  • ▼  2016 (63)
    • ▼  Desember (2)
      • Semangat Gie, yang Tak Pernah Mati
      • Ragam Momen Sederhana yang Terasa Istimewa Bagi Se...
    • ►  November (1)
      • Belajar Menjahit, Apa Dijahitin?
    • ►  Oktober (4)
      • 4 Tips Memaksimalkan Motif Batik di Rumah agar Leb...
      • 4 Jenis Pintu yang Bisa Mempercantik Rumah Anda
      • Rumah Dijual dengan Harga yang Pas Sejak Awal
      • Ciwa Cafe di Cilegon
    • ►  September (2)
      • Jombloku, yang Sudah Tidak Jomblo Lagi
      • Bagaimana Mendongeng dengan Audience Orang Dewasa?
    • ►  Agustus (1)
      • Terlalu Banyak Orang-orang Baik di Negeri Ini
    • ►  Juli (1)
      • Membaca Puisi-puisi Rois Rinaldi
    • ►  Juni (2)
      • Berkunjung ke Kampung Orang Asli Serigala
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (23)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2015 (137)
    • ►  Desember (25)
    • ►  November (20)
    • ►  Oktober (34)
    • ►  September (19)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (52)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2013 (40)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (12)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2012 (74)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (14)
  • ►  2011 (87)
    • ►  Desember (10)
    • ►  November (8)
    • ►  Oktober (18)
    • ►  September (13)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2010 (141)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (12)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (17)
    • ►  Februari (18)
    • ►  Januari (23)
  • ►  2009 (124)
    • ►  Desember (11)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (17)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (12)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2008 (105)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (16)
    • ►  Mei (19)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (22)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2007 (30)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (12)
    • ►  Agustus (2)

Kategori

Ads Blogger Hibah Buku Celoteh Cerpen Featured GayaTravel KBO komunitas Murai Perjalanan Piknik Buku Pojok Anaz Reportase resep reveiw Semestarian Serial Sosok Teman TKW TripGratisan Volunteer

Catatan Anazkia By OddThemes | Turatea.com