Dua hari kemarin Selasa-Rabu saya mengikuti orientasi di kantor Dompet Dhuafa (DD). Tujuan orientasi ini adalah untuk mengenali seluk beluk dan latar belakang Dompet Dhuafa. Sejak awal masuk kerja di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) DD saya memang penasaran dengan pendiri DD ini. Melihat rumah sakit megahnya yang berdiri di Parung Bogor dimana di rumah sakit tersebut tidak ada kasirnya, tentu pendirinya sangat puas sekali melihat itu semua.
Sebelum mengikuti orientasi, ketika ada acara besar biasanya saya sering bertemu dengan para pendiri Dompet Dhuafa. Tapi pada orientasi kemarin tentunya saya jadi lebih banyak tahu awal mula berdirinya DD. Berawal dari Gunung Kidul, Jogjakarta. Beberapa wartawan Republika berkunjung ke sana. Saat itu pemred Republika adalah Pak Parni Hadi.
Melihat daerah Gunung Kidul yang tandus dan keadaannya juga memprihatinkan akhirnya para wartawan tersebut mengumpulkan zakat profesi setiap bulannya. Alokasi uang zakat tersebut disalurkan ke Gunung Kidul. Lantas laporan keuangan dipublish di surat kabar. Dari laporan tersebut banyak masyarakat umum yang membaca kemudian ikut serta menyumbangkan uangnya.
Saat itu tahun 1994. Semakin hari, semakin banyak yang ingin menyumbang sampai akhirnya dibuat keputusan membuat yayasan. Maka berdirilah Yayasan Dompet Dhuafa seperti sekarang ini. Dulu, saya hanya mengenal Dompet Dhuafa saja tanpa tahu ada apa aja di dalamnya. Nah, dari DD tersebut dibuatlah jejaring-jejaring di bawahnya yang meliputi beberapa aspek seperti Layanan Kesehatan Cuma-Cuma untuk dunia kesehatan juga Rumah Sehat Terpadu (rumah sakit), Makmal Pendidikan untuk ruang lingkup pendidikan seperti program SGI (Sekolah Guru Indonesia) di mana lulusannya dikirim ke pedalaman. Nah, ternyata ini ada sebelum Indonesia Mengajar! Tapi kok kurang terkenal, ya? Selain SGI ada juga yang lain Smart Ekselensia (program sedekah buku atau entah apa namanya saya lupa) perekonomian dan pertanian juga ada. Tapi aku lupa namanya. Migrant instutute dan saya lupa lagi semuanya ada di bawah naungan DD.
Eh, meh nulis opo meneh yo? Yang pasti saya seneng aja bisa mengenal DD ada banyak ilmu yang saya dapatkan terutama dalam hal yayasan. Ya, siapa tahu BHSB nanti bakal jadi yayasan :D ini mah sudah direncanakan sejak tahun kemarin, tapi belum ada aplikasinya.
Kayaknya kan bisa gitu kalau DD berawal dari para wartawan yang menggunakan media cetak untuk laporan dan lain-lain ketika baru ada, nah para blogger menggunakan media online untuk laporan kegiatannya ( ini kayak di BHSB kan emang udah jalan begitu, ya?) hehehehe...