Catatan Anazkia

Karena hanya tulisan yang bisa saya tinggalkan

  • beranda
  • Kisah
    • Serial
    • Cerpen
    • Celoteh
    • Reportase
    • Perjalanan
      • Gaya Travel
      • Trip Gratisan
      • Piknik Buku
  • Pojok Anaz
  • Murai
  • Sosok
  • komunitas
    • Volunteer
    • KBO
    • Semestarian
    • Blogger Hibah Buku
Saya meletakan Burlian nya Tere Liye yang belum selesai dibaca. Mata berkaca-kaca pada beberapa kalimat yang tertera. Saat membacanya pada bab ke 3  Menanam Masa Depan, ada sebuah kalimat yang membuat saya sedikit terusik "Sekolah itu seperti menanam pohon, Burlian, Pukat." Bapak tersenyum.
Saya seperti pernah mendengar kalimat tersebut entah beberapa tahun yang lalu. Ya, sepertinya belasan tahun yang lalu. Tak serupa kalimatnya, tapi sama maknanya.

"Ana tahu, gak, sekolah itu seperti mengumpulkan emas sedikit demi sedikit dari atas bukit. Sekarang Ana tidak merasakannya, tapi kelak ketika Ana sudah dewasa akan tahu manfaatnya."
Kalimat di atas diucapkan oleh Om Benny majikan saya ketika saya masih kelas 1 Mts (setara SMP) saat itu usia saya 15 tahun. Sungguh terlambat untuk usia kebanyakan ketika aku baru duduk di kelas 1, sedang yang lain, yang sebaya denganku sudah duduk di bangku kelas 3 SMP bahkan sudah ada yang kelas 1 SMA.

Tidak, tidak. Saya tak pernah tinggal kelas, bukan juga saya siswa yang lembab tak pandai tulis baca. Tapi selepas lulus Sekolah Dasar (SD) saya tak meneruskan sekolah, tapi langsung bekerja.
Allah mentakdirkan saya bertemu dengan Om Benny, Om Davy dan Om Christ. Usia saya 15 tahun saat itu. Bersama dengan kakak, kami bahu membahu bekerja sama mengerjakan pekerjaan rumah di mana mereka bertiga tinggal. Ketiga-tiganya bekerja di satu tempat yang sama PT Cabot Indonesia.

Pagi hari, sebelum berangkat sekolah saya membantu Kakak beres-beres, nyapu Juga ngepel. Sekitar jam tujuh pagi saya akan berangkat sekolah. Sepeninggal kami semua pagi-pagi, tinggallah kakak seorang diri. Dialah yang akan meneruskan pekerjaan rumah, cuci baju, nyetrika dan beres-beres lainnya.
Siangnya selesai pulang sekolah, saya istirahat sampai sore. Barulah menjelang sore saya meneruskan pekerjaan memasak. Kakak biasanya nyapu halaman depan, bakar sampah sama bantu-bantu masak *kadang2 :D

Kembali ke alam sekolah, sebetulnya saya ndhableg setengah hidup. Berkali-kali dan berulang kali saya merajuk dengan Om Christ, minta berhenti sekolah. Biasanya ketika saya mengutarakan niat berhenti sekolah Om Christ dengan santainya akan bertanya, "Emang kenapa Ana mau berhenti?" Pertanyaan sederhana itu berhenti tanpa ada jawaban.

Atau pernah suatu pagi dengan malasnya saya izin kepada Om Christ, "Om, Ana nggak masuk, ya, hari ini?"

"Iya."

Singkat saja jawabannya Om Christ, tapi jawaban sesingkat itu membuat saya terdiam cukup lama dan mengubah pikiran untuk tetap melanjutkan sekolah. Dan mulai hari itu, dengan berbagai stimulasi Om Christ memberikan banyak semangat serta pengajaran ke saya. Sekolah dan belajar tetap menduduki tingkat pertama. Dan alhamdulilah akhirnya saya lulus Aliyah. Sesederhana itu, tapi ia membekas sangat lama dan tak akan terlupa.

Dibanding kakak yang tak begitu lama tinggal dengan Om Christ, saya menghabiskan waktu hampir lima tahun ikut dengannya. Om Christ, jarang sekali memarahi saya. Ia mendidik saya dengan caranya, ia memberikan kebebasan kepada saya sepenuhnya. Ah, malam ini dan sejak tadi saya mengingatnya.
Saya baru ingat kalau Om Christ lahir tepat pada 25 Desember. Selamat hari lahir, Om. Berkah usia berkah hidup.


Kenangan bersama dengan para pemenang, Mak Min dan Mak Puh :)

Akhirnya, sampai kepada minggu terakhir. Minggu-minggu yang mendebarkan selama satu bulan, setiap hari Kamis pada dua minggu pertama dan minggu mendebarkan pada hari Rabu di minggu ketiga. Ah! Entahlah, sulit buat saya menceritakan seluk-beluk mengikuti lomba ini. Berawal dari pemberitahuan Mbak Mira Sahid di group Panitia Srikandi Blogger yang memberikan link lomba 30 Hari Blog Challenge yang bekerja sama dengan Acer. Tanpa berpikir panjang, saya langsung mendaftar. Fokus saya hanya satu, hadiahnya notebook tipis! Ya, notebook tipis terbaru keluaran Acer. Tentu saja saya berandai-andai mendapatkan notebook gratis. Siapa yang tak berharap mendapat gratis? Eh, tepatnya bukan gratis tapi menjadi pemenang dari sebuah lomba menulis? Yah, menjadi pemenang itu harapan peserta ketika mengikuti lomba menulis. 

Terlepas dari segala keinginan dan harapan mengikuti lomba, ada banyak hal yang saya dapatkan dari mengiuti lomba ini. Bermula dari kenekatan mengikuti lomba saat mengetahui tantangan minggu pertama, saya terkesima mengetahui jam berapa harus dipublish dan hari apa. Kamis 24 Oktober. Ah, itu, kan hari di mana saya ada deadline beberapa tulisan yang harus dikirmkan ke surat kabar. Tapi tantangan itu tak membuat saya surut, dengan deg-degan dan bermacam perasaan saya tetap mengikuti. Dan Kamis 24 oktober hari itu di tengah-tengah rapat persiapan Jambore Palang Merah Remaja (PMR) saya menyempatkan diri mempublish tulisan. Minggu pertama mampu saya lewati.

Minggu kedua Kamis 31 Oktober saya kembali tertatih menata hati dan perasaan di mana harus kembali berkejaran dengan deadline pekerjaan dan mengejar lomba. Alhamdulilah kembali saya mampu mengatasinya dengan postingan seadanya.

Dan minggu ketiga, Rabu 6 November 2013 merupakan minggu berat buat saya. Huehehe... Seharusnya saya bersyukur karena posting maju sehari menjadi hari Rabu. Duh, tapi entah kenapa deadline saya 6 November lalu itu justru hari Rabu! Karena rekan kerja saya yang mengedit tulisan cuti pada hari kamisnya. Ya Allah... Sungguh dengan peraturan yang harus ditwit jam sekian dan komentar di lapak KEB jam sekian saya semakin nervous deg-degan. Mana laptop kantor saya itu lumayan banget dan bahkan sangat lemot karena ada photoshop dan corel :( tapi alhamdulilah tulisan bisa terpublish dan twit juga bisa terpublish di jam yang tepat lanjut ngetwit juga di jam yang ditentukan oleh Makmin. Maka saya tak heran ketika ada sebuah komentar yang terlontar dari sahabat blogger pada tulisan saya di minggu ketiga, 

Assalamualaikum.
Apa kabar, Mbak Anaz?
Lama nda silaturahim ke blog ini, terus terang saya seperti kehilangan sesuatu dari, Mbak Anaz. Salah satunya, apakah postingan ini dibuat secara terburu-buru sehingga ada beberapa mis, diantaranya : ...sungguh nggak tidak dapat membayangkan ...., ...tentunya juga kudu dan notebook..... 
maaf ya kalau saya sok ngoreksi, tapi ini kan postingan untuk kontes, harus lebih teliti lagi. Mbak Anaz sepakat dan sependapat!

Terimakasih komentar sentilannya :)

Dengan adanya deadline pekerjaan dan deadline lomba, itu beneran banyak menyita perasaan saya. Saya yang mudah deg-degan ngerasa sutris sendiri. Nggak heran kalau melihat riuhnya Emak-Emak lain di twitter juga facebook. Ya, saya merasakannya. Lantas saya beranjak kepada Emak-Emak yang lain, Emak-Emak dengan segala kesibukannya. Sibuk dengan anaknya, sibuk dengan dapurnya, sibuk dengan cucian, dengan sekolahan dan entah seabreg kegiatan lain. Ah, sungguh keren! Emak-Emak ini keren dan hebat! Dengan kerja keras yang dilakukan oleh semua teman-teman yang mengikuti event ini, maka semuanya layak  mendapatkan notebook dari Acer. Supaya Emak-Emak ini lebih tampil keren dengan notebook slim yang paling tipis di kelasnya.

Ah, tapi pada setiap lomba tentunya ada pemilihan menang dan kalah. Lantas, layakkah saya mendapatkan si notebook tipis tersebut? Hmmm, kalau saya bilang, semuanya layak mendapatkannya. Bukan hanya saya. Eh, tapi kembali, kembali kepada sebuah pilihan bahwa harus selalu ada pilihan yang terbaik dari sekian yang terbaik. 

Tak muluk-muluk, semua keriuhan dan ketegangan itu tentunya beralasan. Apalagi kalau bukan alasan untuk mendapatkan notebook tipis dan praktis Acer Aspire E1-432. Lantas, berhakkah saya mendapatkannya?  Berhak, dengan beberapa alasan tentu saja. Kembali mengingat ke belakang, bahwa saya adalah pengguna setia Acer. Iya, setia lah wong baru beli sekali produk Acer :D. Nah, tapi saya juga pernah mendapat produk Acer yang lain ketika menang lomba Acer Srikandi Favorit April lalu yang sayangnya diambil oleh tangan yang mungkin lebih membutuhkan (angkat bahu) 

Acer pertama saya sudah mulai rusak, tak dapat lagi saya gunakan secara maksimal. Acer yang kedua saya dapatkan pun tiada. Jadi saya layak untuk kembali memiliki Acer Slim Aspire E1, yang didukung oleh prosesor Intel®. Mulai dari intel® celeron® dan core i3, dan 30% lebih tipis. Dengan Acer Aspire E1 tentunya ia bisa mendukung kegiatan saya baik untuk pekerjaan, ngeblog juga aktivitas saya di luar apalagi kalau harus ke pulau :)

Ah, sudah itu saja curcol mengenai keseruan lomba #30Hari Blog Challenge. Sebuah tantangan yang bukan hanya mengejar Acer Aspire yang tipis, tapi juga mengejar sebuah konsistensi, kejelian, keberanian dan ketelitian. Lomba yang menantang adrenalin dan emosional peserta. Selamat kepada KEB dan Acer yang sudah mengadakan lomba ini. Siapa pun yang mendapatkan Acer Aspire E1-432 selamat! Dan buat yang tak mendapatkannya, teman-teman luar biasa. Mampu mengalahkan tantangan :)

Tulisan ini diikutsertakan dalam event "30 Hari Blog Challenge Bikin Notebook 30 % Lebih Tipis" Yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak-Emak Blogger (KEB) dan Acer Indonesia

Ini saya lupa nama teman-teman ini :( kayaknya udah dicatat di hape tapi nggak ada (maafkan)

Teman-teman blogger masih rajin baca buku? Males baca buku? Mau dibacain? Nah, kalau mau dibacain bisa, tuh ama teman-teman Prabuhi :). Eh kalau saya pribadi jujur meskipun kadang males baca buku, saya nggak mau dibacain. Beneran, nggak enak aja gitu apa rasanya dibacain buku. Ini bukan didongengin ya, tapi dibacain hehehehe. Sama malasnya ketika saya misalnya diminta membacakan buku untuk orang lain, tapi terkecuali anak-anak, ya? :) Kalau untuk anak-anak, Insha Allah siap aja.

Nah, buat teman-teman yang malas baca buku, ini rupanya ada komunitas yang bersedia membacakan buku. Beneran lho. Saya baru tahu ada komunitas ini kira-kira dua minggu lalu. Jadi, siang itu ceritanya kami (saya, Kak Ria dan Hesti) lagi pada nongkrong di pinggir danau UI sambil menikmati segarnya segelas cincau. Tiba-tiba ada yang mendekati kami. Tiga orang remaja, mereka menyapa kami dengan ramah. Sedikit memperkenalkan diri mereka, katanya mereka dari komunitas Prabuhi.

What the meaning is Prabuhi? Prabuhi is, Pramuka Buku Hidup. Di mana komunitas ini terbentuk dari teman-teman Pramuka. Kenapa dinamakan buku hidup? Karena mereka yang membacakan, siapa saja yang mau dibacakan. Foundernya katanya orang Bandung, tapi saya juga lupa namanya. Aaaaakkk... Ini catatan di hape kenapa ilang, sih? :(

Kegiatan Prabuhi ini sering mendatangi tempat-tempat ramai, mereka berkelompok di mana dibagi lagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyapa kerumunan orang di tengah keramaian. Setelah menyapa, mereka akan memperkenalkan diri dan bertanya buku apa yang hendak dibacakan oleh mereka. Surprise, ini bikin saya bengong! Ini bukan mengajak membaca buku, tapi membacakan buku. Ini sungguh dibutuhkan mental yang besar, melawan malu dan pastinya adalah penolakan dari orang yang didatang. Pastinya, tak semua orang mau dibacakan buku. Semangat! buat teman-teman Prabuhi :)

Salut! Angkat dua jempol untuk komunitas ini! Pesan saya, untuk koleksi buku mohon koleksinya dilebihkan, misalnya ada beberapa pilihan, buku remaja, anak-anak dewasa dan lain-lain. Karena membaca itu urusan selera, bukan tidak mungkin ketika mendengar dibacakan pun ingin yang sesuai dengan yang pendengar suka :) 


Teman-teman Prabuhi serius membacakan :)
Ilustrasinya menggunakan laptop lama yang kini sudah low disk space aja :)

"Laptop Engkong ilang"

"Hah? Hilang? Gimana ceritanya?"

Perasaan saya mencelos mendengar kabar kalau laptop Engkong menghilang. Lebih kaget lagi saat tahu di mana hilangnya laptop Engkong. Pak Eko atau lebih akrab disapa Engkong oleh teman-teman di kantor adalah manager operasional di kantor saya. Jum'at lalu, 1 November 2013 laptopnya hilang. Tidak tanggung-tanggung, hilangnya di kantor dan di ruang kerjanya. Mungkin pada heran gimana ceritanya laptop bisa hilang di ruang kerja. Di kantor saya kerja, di mana lantai bawah digunakan sebagai klinik, lalu lalang orang siapa saja setiap hari pasti ada. Meski kantor kami berada di lantai 3, tak jarang ada orang yang "nyasar" ke lantai 3. Mungkin, ketika semua kaum lelaki sedang shalat jum'at dan ruangan sepi pencuri itu menjalankan aksinya. 

"Yang bingung ini data-data urusan kantor. File-file yang sudah ada tersimpan," Engkong masuk ke ruangan kami, wajahnya suram menceritakan kegalauannya. Saya diam saja memperhatikan kegundahan hati Engkong, sungguh nggak tidak dapat membayangkan data-data di laptop yang tak tergantikan. Data kantor, juga data-data lain yang menurut Engkong sedang ia uruskan.

Di jaman yang serba tekhnologi sekarang, di tengah-tengah keriuhan dunia kerja laptop adalah kebutuhan yang sangat penting untuk mendukung dunia kerja. Mau tidak mau, suka tidak suka ia harus dimiliki. Tapi kebutuhan laptop tak hanya untuk para pekerja saja, para ibu rumah tangga yang mempunyai bisnis online pun wajib memilikinya. Nggak hanya ibu rumah tangga yang memiliki bisnis online, ibu rumah tangga sepenuh masa pun banyak yang memilikinya. 

Nah, nggak kalah heboh itu saya sebagai member Emak-Emak Blogger yang setiap harinya mau nggak mau kudu update berita informasi dari para emak lain, tentunya juga kudu dan notebook.

Selain digunakan untuk bekerja, laptop tentu saja bisa dijadikan "alat" yang mendekatkan keluarga. Bisa buat nonton bareng kayak di rumah kakak saya yang nggak punya televisi :D. Iya, di rumah kakak itu nggak punya TV, jadilah laptop yang digunakan untuk menonton streaming. Selain itu, laptop juga kerap digunakan keponakan-keponakan buat main games. Lengkap banget! Nonton bareng iya, main games juga iya dan juga buat bekerja. 

Dengan kebtuhan segala rupa, tentunya dibutuhkan laptop yang bisa memenuhi semuanya. Memiliki data yang besar dan bisa juga digunakan untuk main games bareng keponakan. Nah, ini kembali ngelirik produk Acer Aspire E1-432. Spesifikasi yang disediakan oleh Acer Aspire E1-432 kok sepertinya sesuai. Dengan didukung performa intel prosesor di dalamnya yang ditawarkan Acer Aspire E1-432 menggunakan Intel Celeron 2955U ini mampu memberikan peningkatan performa yang signifikan dibandingkan kedua penerusnya seperti Intel Celeron 877 dan Celeron 1007 (sumber acerid). Itu kayak laptop Acer Aspire  saya yang lama, cepat panas dan nggak bisa muat data yang banyak. Laptop Acer lama sekarang udah low space aja :/

Sumber gambar acerid

Terus dengan RAM DDR3 yang sampai 2GB itu bisa diupgrade sampai 8GB. Lah ini dulu Acer Aspire saya yang lama, waktu datanya udah penuh minta tolong diupgrade sama teman, data mentok hanya di 2 GB itu pun harus unistall di mana data di folder E tidak diselamatkan terlebih dahulu yang akhirnya foto-foto di file E hilang semuanya :((. Kalau lihat lagi Acer Aspire E1-432 ada media penyimpanan harddisk SATA (Serial Advanced Technology Attachment) berukuran 500GB itu sudah cukup untuk spAcer menyimpan berbagai file, multimedia, maupun game di dalam notebook (sumber acerid)

Ini cocok buat nyimpen foto yang banyak, bisa buat download game juga film tentu saja terus bisa buat nonton tv rame-rame :). Kerja, ngeblog, pake Acer Aspire E1-432 tampil keren dengan notebook yang paling tipis di kelasnya. 

Dan jangan lupa juga untuk selalu menympan data di tempat lain selain di notebook. Karena kita nggak pernah tahu sampai kapan notebook akan tetap berada di tangan kita. Seperti kasusnya Engkong di atas. 

Tulisan ini diikutsertakan dalam event "30 Hari Blog Challenge, Bikin Notebook 30 % Lebih Tipis" yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak-Emak Blogger dan Acer Indonesia. 



Tas kebesaran :) (etapi udah ilang nding, jadi tas itu yang digondol plus lapinya huehehehe)

"Eh, aku minta id twittermu, dong,"

"Gue nggak aktif di twitter"

"Whatsapp?"

"Wah, gue pake hape nggak cerdas jadi nggak bisa whatsappan,"

"Facebook kamu?"

"Facebook gue dirpotect kalau nggak ada mutual friend nggak bisa diadd. Hayo, loe, bingung loe. Mau hubungin gue kayak gimana?"

"Hmmm... Aku minta emial aja, deh." akhirnya saya hanya bisa garuk-garuk kepala nyerah dan meminta alternatif termudah untuk meminta emailnya saja.

Adalah Yansen, seorang pemuda bermata sipit yang saya temui sabtu lalu di sebuah pertemuan dan ramah tamah Angkringan Pendidikan yang diselenggarakan oleh Putra Sampoerna Foundation bertempat di AuditoriumUniversitas Siswa Bangsa International (USBI). Yansen, aktif di komunitas Peta Hijau Bekasi. Untuk memudahkan komunikasi saya meminta id twitter dan lain-lain. Tapi rupanya dia jenis orang yang tak begitu peduli dengan riuh rendah keramaian sosmed juga fasilitas chat yang ada.

"Gue gak pake handphone pinter. Gue juga gak begitu tergantung dengan handphone, selama ini gue tetap bertahan untuk tak mengganti hape cerdas."

Saya dan seorang teman menyimak kalimat demi kalimat Yansen. 

Mendengar Yansen bercerita, saya jadi ingat ketika bertahun-tahun hidup di Malaysia. Saat itu saya merasa beruntung karena tidak terbawa dalam keriuhan dunia blackbarry dan handhphone canggih lainnya. Bertahun-tahun saya bertahan menggunakan hape jadul, hape nggak cerdas kata Yansen :) karena selama di Malaysia nggak pernah ada yang nanya PIN whatsapp atau apalah sejenisnya. Cukup dengan blog, twitter dan facebook saya sudah merasa mampu berkomunikasi dengan banyak teman.

Dan tahun lalu saya pulang, saya hadir di sebuah event-event besar blogger. Beruntun dari Kopdar Blogger Nusantara Makassar, Cangkrukan Lewat Botol Kosong di Jember, lantas berlanjut ke Jakarta menghadiri Kompasianival zona nyaman dengan handphone jadul saya mulai terusik. Sebagai koordinator pada sebuah komunitas, saya ditanya oleh banyak orang,

"Ada Pin BB yang bisa dihubungi?"

"Ada whatsaap, gak?"

Dan saya merenung panjang. Sementara  Acer Aspire 4315 selalu menemani perjalanan saya dari satu kota ke kota lain. Dengan modal modem meminjam dari teman saya masih bisa terhubung dengan teman-teman yang lain melalui jejaring sosial dan masih setia juga handphone jadul saya. Tak lama, handphone jadul yang sudah lama menemani saya juga hilang. Ah! saya mulai galau dan mencari-cari celah untuk bisa tetap terhubung dengan teman-teman yang lain. 

Packing buku sebelum dikirim pun kudu tetap up-date :)

"Mbak Anaz bawa laptop, ya, nanti saya yang bawa modemnya," mbak Dwi Purwanti mengingatkan saya via SMS ketika saya akan berangkat ke Solo mengikuti event ASEAN Blogger pada mei 2013 lalu, kemudian lanjut ke Jogja dan langsung ke Kediri untuk menghadiri acara Hari Buku Nasional yang diadakan oleh Taman Baca Mahanani. Saat itu, saya yang mengkoordinir pengumpulan buku harus tetep update berhubungan dengan teman-teman yang akan menyumbangkan bukunya.

Kemeriahan Hari Buku Nasional di Kediri

Berangkat dari Serang, barang-barang yang saya bawa adalah tas gendong (berisi laptop), travel bag, kardus (berisi buku) dan tas kamera menjadi teman setia saya selama perjalanan ke Solo, Jogja dan Kediri yang dilanjut ke Semarang. Dari Solo ke Jogja membawa buku yang jumlahnya semakin banyak dibantu oleh teman-teman komunitas Canting. Dan dari Jogja ke Kediri saya dibantu oleh Mbak Dwi membawa buku ke Taman Baca Mahanani.

Sebagai penanggung jawab tak tertulis yang mengumpulkan buku, karena saya yang woro-woro informasi terbaru tentunya harus segera saya up-date. Termasuklah ketika selesai acara event Hari Buku Nasional saya "mewajibkan" diri untuk memberikan laporan pandangan mata hari itu di blog.

Ndlosor di Stasiun menuju Jogja. Wajah-wajah lelah yang tetap semangat (saya selalu membelakangi kamerah!) :/

Betapa ribet dan repotnya. Coba, kan, kalau punya notebook yang slim dan tipis itu bisa jadi senjata yang paling praktis. Bisa dibawa ke mana-mana, ringan bawanya dan gampang akses ke blog tentu saja. Ini kan kayak tema dari emak-emak blogger minggu ini W2 30 Hari Blog Challenge “Tampil keren dengan notebook slim yang paling tipis di kelasnya, bikin mobile & online Emak makin praktis”  iya kayaknya saya jadi keren (berani juga ngaku keren buehehehe) kalau bawa Acer Aspire E1-432. Lak gimana gak keren, mungkin saya nggak lagi dijuluki kura-kura ama teman-teman yang lain huehehehe. 

Bisa memasukan Acer Aspire E1-432 ke tas gendong saya berbarengan dengan kamera. Kalau perginya nggak lama bisa juga menyelipkan baju di dalam tas gendong. Simpel, satu tas berisi banyak barang. Notebook Slim, kamera, baju, peralatan mandi dan kalau bisa memasukan buku satu atau dua. 

Notebook Slim ini jadi banyak impian untuk para emak dan perempuan yang aktif ngeblog dan aktif di dunia luar. Coba aja baca sekilas spesifikasi Acer Aspire E1-432 di webnya,

Acer Aspire E1-432 menggunakan monitor LED berukuran 14” dengan resolusi 1366×768 px yang memadai untuk kebutuhan office basic, browsing, multimedia,bahkan untuk bermain game sekalipun. Jika pada umumnya notebook berukuran layar 14” yang dilengkapi optical drive/DVD-RW memiliki dimensi yang cukup tebal, lain halnya dengan Aspire E1-432 yang didesain khusus oleh Acer dengan ketebalan sekitar 25.3 mm saja. Jika dibandingkan dengan notebook konvensional lainnya, Acer Aspire E1-432 memiliki dimensi 30% lebih tipis.

Nah, kan, cocok. Cocok banget! Ringan mudah dibawa ke mana-mana bisa mobile dan praktis dibawa ke mana aja. Kalau ngikutin gaya Yansen kan nggak bisa pake hape cerdas nggak apa-apa, tapi masih bisa pake notebook tipis :).

Tulisan ini diikutsertakan dalam event "30 Hari Blog Challenge, Bikin Notebook 30 % Lebih Tipis" yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak-Emak Blogger dan Acer Indonesia.


Harta kita menuju ke Jogja buehehehe



Ada yang pernah bercita-cita menjadi dokter ketika kecil? Kalau saya sih nggak pernah :D. Ini mau cerita senin lalu mengikuti kegiatan Pelatihan Dokter Kecil yang diadakan oleh kantor (layanan Kesehatan Cuma-Cuma= LKC Dompet Dhuafa). Tepatnya di Tanah Tingal Jombang Ciputat. Tempatnya adem, enak buat bikin gathering kayaknya. Tapi sayang banyak nyamuknya.

Belajar menggosok gigi yang baik

Melihat antusias anak-anak SD kelas 4 dan 5 ini saya seneng aja gitu. Jadi inget puluhan tahun lalu saya pernah duduk di bangku SD, tapi nggak pernah bercita-cita jadi dokter. Lah wong cita-citaku guru gitu :). Yang mengikuti pelatihan ini rupanya anak-anak murid terpilih dari para siswa yang masuk 5-10 besar.


Keceriaan anak-anak menikmati makan siang :)

Fokus utama untuk pelatihan ini anak-anak di sekolahnya nanti diminta menjadi duta kesehatan. Yah minimal untuk mengurus UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Meski di pinggiran kota Jakarta, ada satu sekolah yang belum memiliki UKS. Dan diharapkan dengan diadakannya pelatihan dokter kecil ini nanti UKS di sekolahnya segera dibentuk. Itu harapan seorang guru yang saya dengar :)

Serius menyimak :)

Ada yang menarik selama pelatihan, saya banyak motret keadaan sekitar. Adem. :)


 Viewnya menarik

 Teman-teman panitia

Di bawah ini korban keisengan Anazkia :D :P

Aaaaaa..... Ini siapa? :P

 Siapa ini? :)

Kalau yang ini emang narses :P

Kami tertawa ketika dua gelas minuman sudah terhidang di atas meja. Dua gelas minuman panas dan dingin diletakan tak jauh dari roti yang sudah tergeletak sebelumnya. Bon belanjaan juga terserak di antaranya. Saya meraih gelas kopi panas, mengambil dua bungkus jenis gula, membukanya kemudian menuangkannya ke dalam kopi. Setelah diaduk perlahan, saya coba mencicipinya. Pahit! Tak lama saya kembali membuka bungkusan gula satu lagi, menuang dan mengaduknya. Dan rasanya masih sama, pahit. Ah, mungkin lidah saya yang tak terbiasa meminumnya, kopi yang saya minum sore itu rasa pahitnya lebih keras berbanding kopi yang biasa saya minum sebelum-sebelumnya.

Dari buku ini ke secangkir kopi

Berawal dari buku kumpulan ceritanya Dee dengan judul Madre, mendadak saya ingin menikmati roti. Ya, roti. Minggu, 27 oktober saya masih berada di kamar seorang teman, Kak Ria setelah sehari sebelumnya kami berkeliling datang ke beberapa acara. Menghabiskan waktu, saya lebih banyak di kamar dengan membaca buku. Setelah khatam dengan bukunya Tere Liye, saya meraih buku kumpulan cerpennya Dee milik Kak Ria.

Madre, yang mengisahkan tentang inti adonan roti. Membaca detail isi cerita tiba-tiba saya ingin menikmati roti. Membayangkan wangi roti yang menguar saat dibakar, mendadak perut saya lapar. Dan akhirnya saya dan Kak Ria sepakat mencari kedai roti. Dalam benak saya, membayangkan bread talk yang masih hangat(bukan promosi berbayar) :D 

Dari rumah Kak Ria (Lubang Buaya) menaiki sepeda motor kami berangkat menuju ke Tamini. Tapi karena macet, Kak Ria membelokan sepeda motor ke arah yang lain. Kata Kak Ria, ke dekat Tamini saja.

Setelah memarkir motor, kami berjalan menuju sebuah kedai roti. Kedai roti yang akan kami datangi cukup terkenal, ia banyak memiliki cabang di mall-mall besar di Indonesia. Tak hanya roti ada di situ, juga tersedia beberapa jenis minuman baik yang panas maupun dingin. Sebelum masuk, Kak Ria berujar kepada saya.

"Saya belum pernah makan di tempat ini lho, Kak."

Saya juga sama dan sambil bercerita serta tertawa-tawa kami memasuki kedai. Deretan roti berjejer rapi, bermacam-macam rasa tersedia. Saya mengambil roti bertabur daging, sementara Kak Ria mengambil roti coklat. Selesai membuat pembayaran, kami beranjak memesan minuman. Melihat jenis minuman yang tersedia, saya memilih kopi, sementara Kak Ria memesan minuman dingin. Entah apa namanya saya juga tidak tahu. Tak ada harga tertera di situ, setelah kasir selesai menghitung harga, dua minuman itu seharga Rp. 69.000.

Roti pilihan Kak Ria

Sebetulnya, ketika mendengar harga tersebut Saya kaget bahahahaha, tapi wajah saya dibuat sekalem mungkin. Kak Ria menyodorkan uang 50 ribuan, pun dengan saya (tapi kembaliannya untuk saya semua :D). Setelahnya kami beranjak ke depan, nongkrong di situ sambil berbincang-bincang dan menunggu minuman selesai diantarkan. Yang ternyata bukan diantar, tapi diambil sendiri buehehehe (katrok lagi saya) pikir saya, udah mahal kok malah diambil sendiri :D :P



Ketika Kak Ria mengambil kopi, terbersit persoalan di hati sendiri. Harga segelas kopi Rp. 30.000 itu sama dengan jatah makan sehari-hari saya setiap hari sebagai anak kos. Setelah Kak Ria sampai dengan baki dengan dua gelas minuman, kami betul-betul tertawa. Mentertawakan ketidaktahuan kami yang dijadikan pengalaman. 

"Ada kalanya, kita harus membayar mahal untuk sebuah pengalaman," kak Ria mengucapkan kalimat tersebut. "Gimana orang-orang yang gajinya lebih kecil, tentunya tak pernah bermimpi untuk membeli kopi semahal ini."

Saya tak menyesal makan roti dan menikmati segelas kopi dengan harga jatah makan sehari. Tapi tentu saja saya tak ingin mengulangi lagi atau sengaja nongkrong di kedai roti dan meminum kopi segelas dengan harga jatah makan sehari. Tak mengapa dibilang katro, tapi kalau ada yang mau nraktir hayo :D :P




Laptop lama yang setia

Komunitas Emak-Emak Blogger (KEB) bikin tantangan lomba yang keren 30 Hari Blog Challenge, Bikin Notebook 30% Lebih Tipis. Fyuhhh, pertama baca pengumuman lomba ini dari sharenya Mbak Mira Sahid founder KEB. Merasa tertantang itu saat melihat 30 harinya juga melihat Acer sebagai salah satu sponsornya. Dulu pertama kali beli laptop, saya membeli produk Acer Aspire 4315 dengan spesifikasi yang masih sederhana, intel celeron processor 550. Kata teman-teman yang paham akan dunia IT, intel celeron ini cepet panas dan memang iya benar juga. Kadang, kalau dipakai mati tiba-tiba. Tapi itu nggak lama, wong setelahnya lancar-lancar aja kok.

Saya menggunakan Acer Aspire sejak mei 2008 waktu masih di Malaysia. Jadi waktu itu lagi demen-demennya ngeblog. Karena malu meminjam terus sama anak majikan, akhirnya saya beli juga laptop. Waktu itu mikirnya yang sesuai dengan bajet, jadi terbelilah Acer Aspire 4315. Hampir empat tahun saya berteman dengan Acer Aspire 4315. Tahun kemarin, Acer Aspire 4315 saya mulai terbatuk-batuk karena data-datanya semakin banyak. Sampai sekarang ia masih ada menggantikan Acer Aspire E1-471 hadiah Srikandi Blogger yang hilang. Eh, emang ilang? Iya, ilang :D *malah curcol

Bersama Acer Aspire E1-471 di Pulau Tegal Lampung

Lanjut ke tema lomba di mana untuk minggu pertama kali ini admin Emak-Emak Blogger mengangkat sebuah tema yang gampang-gampang mikir yang kalau dipikirin kok jadi berat. Itu barusan ada yang inbox di FB kalau mau mundur, dengan alasan temanya bikin kepala pening. Duh, Mak, semangat dong!

"Notebook Makin Tipis, Emak Makin Produktif. Tipis Itu Nggak Harus Mahal"

Mengenal Notebook itu ketika berada di Malaysia dan saat itu saya baru mengenal dunia blogging. Dan memang kebutuhan saya saat itu 100% sepenuhnya dengan laptop yah memang untuk ngeblog. Selain main-main di sosmed yang lain tentu saja. Jadi dengan Acer Aspire 4315 itulah saya merambah dunia maya sampai mengenali teman dari berbagai belahan dunia meski notabene, yah masih orang-orang Indonesia juga. Selain itu dulu saya juga kerap membawa-bawa laptop lama ke banyak tempat. Mengajari teman membuat blog, meski akhirnya nggak aktif :|

Acer Aspire 4315 itu lumayan berat, terus pas megang Acer Aspire E1-471 itu lumayan ringan (saya gak nimbang beratnya berapa :D). Enak aja kalau dibawa-bawa dan digendong. Waktu ke Pulau Tegal Lampung juga bawa Acer Aspire E1-471. Di Pulau Tegal belum ada listrik, jadi ke sana tanpa membawa charger laptop. Tentunya dengan pemakaian sehemat mungkin :D

Nah, kalau ada notebook yang makin tipis, kan jadi tambah asyik. Gimana nggak asyik, coba? Semakin tipis, semakin mudah dibawa dan daya tahan batreainya juga lebih lama. Blog pun bisa tetep up-date, kegiatan juga bisa tetap dilakukan, meski ada di luaran. Bawanya juga nggak berat :) soale saya sering dikatain kayak kura-kura karena sering bawa tas depan belakang :D

Gara-gara ini malah dikatain kayak kura-kura :| iseng banget yang motret.

Melihat spesifikasi Acer Aspire E1-432 beberapa fitur lebih banyak dibandingkan Acer Aspire 4315 milik saya yang pertama. Beberapa di anataranya adalah, sebuah car reader yang bisa membaca memori berbasis SD Card dan MMC yang bisa digunakan pada kamera. Ini kalau kayak gini, kan, nyalin foto dari kamera lebih gampang. Nggak perlu bawa-bawa USB camera lagi. Tinggal buka kartunya langsung pasang aja di laptop.

Tambahan lagi untuk daya tahan baterai yang sampai enam jam. Kalau Acer Aspire E1-471 itu hanya 4 jam. Ini tambah keren lagi kalau dibawa ke pedalaman tanpa ada listrik. Enam jam bisa digunakan dengan maksimal. Di pedalaman kita bisa berbagi, pas udah nyampe ke rumah kita tuliskan pengalaman selama di perjalanan di blog. Tetep bisa berkreasi dan lebih produktif menulis.

Silky silver impian

Selain dua spesifikasi yang saya tulis di atas, tentunya ada lagi banyak kelebihan dari Acer Aspire E1-432. Sementara untuk warna sendiri ada dua pilihan, piano black dan silky silver. Acer Aspire E1-432 ini lebih tipis 30 % dari notebook kebanyakan dan dengan harga yang lebih terjangkau tentu saja :) kalau lihat-lihat harganya Rp. 4.749.000. Ini kudu nabung biar bisa beli Acer lagi. Buat menggantikan Acer Aspire yang sudah hilang atau malah dapet dari Acer gratisan lagi (ngareeeppp)

Piano black 


Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba "30 Hari Blog Challenge, Bikin Notebook 30% Lebih Tipis" yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak Blogger (KEB) dan Acer Indonesia.

Sumber tulisan Acerid









Piknik Buku di Krakatau Junctiom dari kiri ke kanan (Kak Ijal, Kak Magda dan Kak Arum) Dokumentasi Kak Lisdong

Piknik buku, saya pernah menuliskannya sedikit pada tulisan yang mengisahkan asal muasal Semestarian di sini. Di situ saya berjanji, kalau sudah pernah mengikuti piknik buku akan menuliskannya. Dan alhamdulilah, Ahad kemarin tanggal 20 oktober saya mengikuti piknik buku. Seneng banget.

Piknik Buku, awalnya digagas oleh Kak Arum. Ini konon ceritanya menurut Kak Magda. Jadi, ketika teman-teman Semestarian sedang berkumpul (saya lupa cerita tepatnya kumpul di mana, kalau nggak salah di Rumah Dunia) mereka membicarakan mengenai taman baca apa saja yang masih hidup di daerah Cilegon dan sekitarnya. Ya, selama ini di daerah Merak, Cilegon maupun Serang tak ada nama taman baca yang masih bertahan selain Rumah Dunia tentu saja dan Perpus Semesta di Anyer milik Kak Rizki

Ini Kak Arum dan Kak Magda :)  (dokumentasi Kak Lisdong)

Kak Magda yang merupakan pecinta buku berinisiatif membuat taman baca yang berbeda dengan taman baca pada umumnya. Saat berbincang inilah, Kak Arum mencetuskan ide "Bikin piknik buku aja" begitu katanya. Eh, iya, ini bener-bener katanya. Karena saya mendengar cerita ini ya dari teman-teman :)

Akhirnya, awal tahun 2013 Kak Magda, Kak Arum, Kak Ijal, Kak Lisda (dan entah siapa lagi mungkin Kak Aip dan Kak Rizki juga pernah ikutan) dimulailah Piknik Buku. Piknik Buku ini dilaksanakan di Jogging Track, tempat olah raga di wilayah Krakatau Steel.

"Waktu itu gimana mulainya, Kak?" saya pernah menanyakan hal tersebut kepada Kak Magda.

"Yah, kita gelar aja buku-bukunya di pendopo Krakatau Junction. Awalnya orang-orang pada bingung, dikiranya jualan buku. Terus kita jelasin aja kalau buku-buku yang kita gelar itu boleh dibaca." 

Sejak saat itu, Piknik Buku mulai diadakan setiap hari Minggu. Meski tidak setiap minggu Kak Magda dan teman-teman mengadakannya karena kesibukan Kak Magda dan teman-teman.

Minggu kemarin, alhamdulilah saya bisa mengikuti Piknik Buku. Bermula sejak hari Sabtu, ketika di perjalanan pulang ke Serang saya whatsapp Kak Magda apa hari Minggunya ada acara? Saya mengajaknya ke Rumah Dunia dan menanyakan apakah akan ada Piknik Buku?

Kak Magda mengiyakan ajakan ke Rumah Dunia juga mengiyakan ajakan Piknik Buku. Tapi kali ini ajakan Kak Magda berbeda, bukan ke Krakatau Junction seperti biasanya, tapi ke kampung-kampung,

"Aku ni kalau ada temennya mau deh, Kak, keliling keluar masuk kampung. Ada kampung inceran?" tanya Kak Magda melalui WA.

Saya jawab, kalau kampung inceran saya itu di Pulomerak, jauh perjalanannya karena nanjak gunung. Jadi saya sarankan ke Gerem Kawista aja di kampungnya teman sekolah dulu ketika Aliyah (namanya Sumi). Kak Magda mengiyakan dan mulailah kontak teman-teman yang lain. Alhamdulilah banyak yang bersedia ikutan.

Esoknya, saya mempersiapkan membuat combro. Hutang yang sudah sekian lama saya janjikan kepada teman-teman untuk membawa combro. Sementara Kak Magda menyiapkan buku di rumahnya. Di rumah Kak Magda itu persediaan bukunya banyak banget. Betah nongkrong di ruangan bukunya :)

Berangkat dari Kramat jam sembilan, bertemu dengan Nurul. Kemudian dari Kramat menuju depan perumahan BMW menunggu Kak Magda. Tak lama menunggu Kak Magda, ia datang bersama bersama yaya yang berwarna hitam ( ingat Arie, yaya itu warnanya hitam, bukan silver :P) Kami langsung berangkat menuju Gerem. Alhamdulilah, jalanan tak begitu macet. Tak lama kami sampai, Haqi dan Ijal pun sampai setelah bertelpon beberapa kali :)

Awalnya, penduduk sekitar malu-malu ingin bergabung. Tapi Sumi, teman saya dengan cerewetnya turut serta memanggil-manggil mereka. Jadilah akhirnya banyak yang datang. dari anak-anak, remaja juga sampai orang tua. Berbeda tempat, berbeda pula kebutuhan bukunya, itu yang diungkapkan Kak Magda kemarin. Ada sebagian ibu-ibu yang mencari buku resep masakan juga obat-obatan tradisional.

"Biar kalau sakit obat-obatannya bisa ngambil dari sekitar." kata seorang ibu.

"Kalau ke sini lagi bawa buku panduan hijab style juga, ya," celetuk seorang remaja yang terlihat khusu membaca sejak lapak dibuka.

Satu hal yang menambah pengetahuan untuk saya, ada kalanya warga di kampung-kampung ingin memiliki taman baca. Tapi kendalanya tidak ada bukunya juga tak tahu harus ke mana. Menjadi PR buat kami, semoga ke depannya selain Piknik Buku di perkampungan, semoga kelak kampung yang kami singgahi mampu mendirikan taman baca. Aamiin. Bismillah. Saya yakin dan percaya, selalu ada jalan untuk kebaikan.

Terimakasih buat teman saya Sumi sekeluarga juga buat teman-teman spesial, Kak Magda, Nurul, Ijal, Haqi dan Ari yang sudah nyasar jauhh banget hehehehe. Dan tak lupa, teman-teman di group WA semestarian :)

Bersiap pulang 

Apa yang penting kerja sama (dora mode on)

Lapak dibuka

Kak Magda membacakan cerita

Bekal wajib combroooooo.... eh, ada onde2 juga ndink :)

Mari kita pulang kemudian langsung ke Rumah Dunia :)
 
Kampung halaman saya di belakang sawah-sawah di atas (foto dokumentasi Mbak Sri)

Saya, sampai setua ini belum pernah berkurban :( khutbah tadi pagi ketika selesai shalat iedul adha membuat saya berpikir. Kalimat dari bilal khutbah, "Kita mampu membeli seperangkat home teathre dan gadget yang harganya mencapai jutaan, tapi untuk berkurban sebagian dari kita belum mau dan selalu merasa keberatan" lebih kurang, seperti itulah kalimat bilal iedul adha. Sontak kalimat tersebut menyentil hati nurani saya. Semoga tahun depan saya mampu dan mau untuk berkorban. In Sha Allah, aamiin....

Ngomong-ngomong kurban, saya jadi inget teman. Teman yang sudah saya anggap seperti kakak sendiri (entah beliau mau menganggap saya atau tidak :/) Sebutlah teman dekat saya ini Mbak Nia. Beliau ini, murah hati. Melihat aktivitas saya yang sering mengunjungi tempat-tempat terpencil (meski nggak sering-sering amat) mengetuk hatinya untuk juga membantu tempat tersebut.

Bulan lalu Mbak Nia menghubungi saya via inbox FB, katanya pengen kurban ke Pulau Tegal. Saya berkoordinasi dengan Mas Paeng, salah satu teman di Lampung yang kerap berkomunikasi dengan Pak RT serta Pak Nur di Pulau Tegal. Tapi karena Pak RTnya belum pulang kampung karena beliau sedang membuat kapal di pulau lain, akhirnya kurban ke pulau Tegal batal.

Sementara waktu semakin pendek mendekati hari H iedul adha. Mbak Nia mulai bingung ke mana ia akan berkorban. Karena kebiasaan Mbak Nia kurbannya tidak di lingkungannya. 

"Atau punya wacana tempat lain? Galau udah mepet bingung nyari tempat," tulis Mbak Nia suatu hari melalui inbox FB. Pesan tersebut dikirim pada tanggal 8 oktober.

"Di kampungku, Mbak. Kadang juga gak ada yang kurban sama sekali." tulis saya mengusulkan.

"Serius????? Bukankah gubernur dan trahnya kaya raya?" Mbak Ni sepertinya terkejut. Ia menganggap kampung yang saya sebut adalah Serang.

"Lah, kampungku. Pemalang." Pemalang adalah kota kelahiran saya. jauh, sih, sebenernya dari Pemalang kota. Lah saya di desanya, ndesit euiiiii :)

"Ealahhhh.... Kirain Serang xixixix"

Dan tanpa pikir panjang, Mbak Nia menyetujui usul saya untuk berkorban di kampung kelahiran di Pemalang Jawa Tengah sana. Saya berhubung dengan sepupu yang berada di kampung halaman. Rupanya memang iya tak ada yang kurban, sepupu juga langsung survey harga kambing. Saya sampaikan lagi kepada Mbak Nia dan ia lagi-lagi tak keberatan. 

Menurut sepupu, harga kambing sudah semakin mahal karena waktunya mepet. Rata-rata seharga dua juta perekor. Tak lama saya sampaikan kepada Mbak Nia, dan setelahnya Mbak Nia mentransfer uang dua juta ke rekening sepupu saya. Rupanya, kambing di kampung sudah habis dibawa ke Jakarta. mencarilah sepupu saya ke kampung tetangga. Alhamdulilah dapat, tapi menthok dengan harga 2,1 juta. Katanya, kambingnya besar tingginya mencapai pinggang sepupu (sepupu saya gede tinggi orangnya). 

Dengan rasa tak enak hati, saya kembali melaporkan kepada Mbak Nia kalau harga kambing 2,1 juta. Tapi Mbak Nia ini masih dengan kemurahan hatinya, ia tak protes dan kembali mengirimkan sisa uang. Kabar Mbak Nia mengirim sisa uang saya terima hari Senin 14 oktober. Alhamdulilah, terimakasih, Mbak Nia.

Senin sore kemarin, sepulang dari kantor kakak saya di Serang whatsapp bertubi-tubi. Ia bercerita kalau kambing untuk kurban sempat hilang. Membaca ceritanya, jantung saya deg-degan, kaki juga lemas bahkan ketika kakak menyudahi cerita, saya menangis. Ya, menangis. Ceritanya sungguh di luar nalar.

Kambing yang sudah dibeli diletakan di rumah Wak Wasir, Wak Wasir ini punya kambing jantan juga. Senin pagi, Wak Wasir heboh, ia kehilangan kambingnya. Tak hanya kambingnya yang hilang, tapi juga kambing yang untuk kurban. Pagi itu, semuanya heboh dan kecoh. Sepupu saya langsung pergi ke kampung atas, bertanya kepada banyak orang tapi tak ada satu pun yang melihatnya. Dari situ sepupu saya langsung menuju ke pasar Moga bersama dengan Dika, anaknya Wak Wasir. Ia mengelilingi semua penjual daging kambing mencari kambing yang dibelinya sehari lalu. Hasilnya tetap nihil.

Saat berkeliling mencari kambing, sepupu saya ditelpon oleh temannya kalau kambing yang hilang sudah ditemukan. Duh, pas kakak cerita sampai di sini perasaan saya legaaaaa.... Dan, tahukah kambing itu ada di mana?

Yang pertama kali melihat kambing tersebut cucunya Wak Wasir, disangkanya orang yang sedang sembunyi memakai sarung karena warna kambingnya hitam pekat. Rupanya itu adalah kambing yang dibeli oleh sepupu saya untuk kurban. Katanya, maling batal membawa kambing kurban karena talinya terlepas. Tali lehernya tidak kencang diikatnya. Dan ketika ditemukan, kambing kurban sedang memakan rumput dengan lahapnya.

Subhanallah.... Beneran, saya terharu banget diceritain kasus kambing kurban ilang ini. Kambingnya Wak Wasir juga alhamdulilah tidak jadi dibawa maling. Di kampung saya sekarang memang lagi musim maling katanya. Masya Allah... huhuhuhu... Alhamdulilah, Allah masih melindungi semuanya :((

Buat Mbak Nia, terimakasih banyak atas kepeduliannya kurban di kampung saya. Mohon doakan saya, supaya tahun depan bisa kurban seperti Mbak Nia. Dan kurban Mbak Nia kali ini tentunya berbeda dengan kurban-kurban sebelumnya.  Gagal ke Pulau Tegal, dipindah ke kampung saya cobaannya justru lebih berat lagi. Semoga rezeki Mbak Nia semakin barokah sehingga banyak tangan yang dibantu. Aamiin....

Selamat hari raya kurban 1434 H
Mari memaknai arti sebenar kurban.




 
Kami di Pulau Tegal-Lampung

Semestarian,  saya mengenal nama itu belum lama, baru sekitar empat bulan lalu. Kalau ditanya dari mana mengenalnya, seingat saya dari twitter. Awalnya dari Mbak Tias, istri Mas Gong yang mention acount @rumahbukuclg kepada saya. Interaksi sesekali dengan acount @rumahbukuclg, sampai akhirnya suatu hari saya dimention lagi oleh @rumahbukuclg dengan pemilik acount @nebulakidz.

Kebiasaan saya, kalau dimention langsung stalking keliling ke acount twitternya. Kalau ada blognya itu adalah nilai tambah untuk saya lebih tahu siapa pemilik acount tersebut. Dari situ, saya sedikit tahu aktivitas pemilik acount @nebulakidz. Saya yang masih di Malaysia merasa surprise dengan kegiatan yang dilakukan oleh pemilik acount. Apalagi saat membaca pengantar di blognya,

“Teman-teman yang berSEMANGAT!, kami masih membutuhkan banyak sekali buku atau bahan bacaan lain yang akan kami sebarkan melalui kegiatan kegiatan kami, ingat semangat, kreativitas, dan rasa lapar mereka begitu besar, namun kemudian banyak terhalang oleh kendala ekonomi dan distance yang tidak memungkinkan mereka untuk mendapatkan “makanan” yang mereka harus dapatkan…”

Membaca prolog tersebut saya seperti menemukan teman. Hehehe… iya, bener. Saya seperti bertemu teman yang mempunyai visi sama (sebetulnya pas karena ada kalimat bukunya aja, sih :D)
Perpus semesta milik Kak Rizqi yang berada di Anyer

Ah, sudah cerita mengenai prolog perkenalan saya dengan @nebulakidz. Dari perkenalan tersebut, bulan juni lalu saya mengajak @nebulakidz (yang ternyata bernama Arif dan saya memanggilnya Kak Aip) ke Lampung tepatnya ke Pulau Tegal untuk mengirim buku. Saat komunikasi dengan Kak Aip, ia memberitahu kalau akan mengajak teman-temannya. Maka pada 16-17 juni 2013 lalu kami sepakat berangkat ke Pulau Tegal Lampung.
Making pupet (bikin boneka dari kaos kaki) Kak Arum yang pake baju merah, tangannya lagi nunjuk :)

Sabtu 16 juni dini hari mendekati pukul dua, saya bertemu dengan mereka. Saya bersama dengan teman-teman dari Blogger Hibah Sejuta Buku (BHSB) Kak Chipto, Kak Ria, Kak Rendy juga Kak Lala. Dan Kak Aip juga bersama dengan teman-teman lainnya, Kak Magda, Kak Arum, Kak Lisda, Kak Ijal juga Kak Ari. Semuanya, baru saya temui malam itu. Ya, baru saya temui.

Mereka, menyebutnya Semestarian. Katanya, Semestarian adalah kumpulan dari beberapa komunitas, Adam And Sun Foundation yang digawangi oleh Kak Aip, Perpus Semesta yang digawangi oleh Kak Rizqi, Rumah Buku Cilegon yang dalangnya adalah Kak Magda. Sekumpulan orang-orang unik dan keren ini bertemu, kemudian ditambah dengan keahlian-keahlian khusus yang lainnya. Kak Arump yang jago puppet making, Kak Lisda yang pinter paper toy, Ijal yang bisa beat box juga Arie yang hobi banget ngelucu.

Piknik buku yang digagas oleh Rumah Buku Cilegon (dari kiri ke kanan, Kak Arum, Kak Ijal dan Kak Magda) bahasan piknik buku kapan-kapan aja, nunggu saya ikutan :D
Itu sebatas yang saya tahu mengenai Semestarian.

Kak Aip dengan Adam and Sun Foundation itu sudah punya program sendiri dengan Dream Triger dan Galileo Jr. Kak Magda jago Story Telling. Jadi, kalau Semestarian mengadakan acara kegiatannya itu ada Story Telling, Dream Triger, Galileo Jr, Making Pupet, Paper Toy dan ditambah kemarin itu pas di Bandung ada Funtivasi oleh Kak Chipto.

Paper toy bareng Kak Lisda

Semestarian sudah beberapa kali mengadakan kegiatan. Pertama, di Patia trauma healing di sana pasca banjir Patia (januari 2013). Kedua, di Pulau Tegal (juni 2013) dan ketiga di Bandung (oktober 2013). Selain tiga kegiatan tersebut, ada juga yang lain sewaktu acara tuperware di kantornya Kak Magda. Dan lain-lain yang terbanyak adalah aktivitas dan undangannya kak Aip untuk Galileo Jrnya. Nah, kalau Kak Aip undangannya emang sudah kemana-mana.

Galileo Jr (Kak Aip)

Lantas, Hibah Buku masuk ke dalamnya. Entah kehadiran Hibah Buku itu meriwehkan atau apa. Tapi saya secara pribadi merasa sangat beruntung dan bersyukur mengenali mereka. Kami, satu sama lain seperti saling melengkapi. Nggak tahu juga pandangan yang lain, berbeda pandangan sah-sah aja, bukan?
Ada beberapa orang yang ingin saya temui dan belum pernah ketemu, salah satunya adalah Kak Rizqi. Saya beneran pengen ketemu. Dan Kak Stella tentu saja.

Untuk Semestarian, saya mencintai kalian dan bersyukur bisa mengenal kalian. Semoga Semestarian mampu dan dapat berkembang serta bisa terus berbagi. Berbagi cerita, berbagi ceria, berbagi buku, berbagi ilmu dan berbagi hal-hal yang bermanfaat lainnya. Sekali lagi, saya mencintai kalian karena Allah, karena-Nyalah kita dipertemukan. Sudah, itu saja.

Dua hari kemarin Selasa-Rabu saya mengikuti orientasi di kantor Dompet Dhuafa (DD). Tujuan orientasi ini adalah untuk mengenali seluk beluk dan latar belakang Dompet Dhuafa. Sejak awal masuk kerja di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) DD saya memang penasaran dengan pendiri DD ini. Melihat rumah sakit megahnya yang berdiri di Parung Bogor dimana di rumah sakit tersebut tidak ada kasirnya, tentu pendirinya sangat puas sekali melihat itu semua.

Sebelum mengikuti orientasi, ketika ada acara besar biasanya saya sering bertemu dengan para pendiri Dompet Dhuafa. Tapi pada orientasi kemarin tentunya saya jadi lebih banyak tahu awal mula berdirinya DD. Berawal dari Gunung Kidul, Jogjakarta. Beberapa wartawan Republika berkunjung ke sana. Saat itu pemred Republika adalah Pak Parni Hadi.

Melihat daerah Gunung Kidul yang tandus dan keadaannya juga memprihatinkan akhirnya para wartawan tersebut mengumpulkan zakat profesi setiap bulannya. Alokasi uang zakat tersebut disalurkan ke Gunung Kidul. Lantas laporan keuangan dipublish di surat kabar. Dari laporan  tersebut banyak masyarakat umum yang membaca kemudian ikut serta menyumbangkan uangnya.

Saat itu tahun 1994. Semakin hari, semakin banyak yang ingin menyumbang sampai akhirnya dibuat keputusan membuat yayasan. Maka berdirilah Yayasan Dompet Dhuafa seperti sekarang ini. Dulu, saya hanya mengenal Dompet Dhuafa saja tanpa tahu ada apa aja di dalamnya. Nah, dari DD tersebut dibuatlah jejaring-jejaring di bawahnya yang meliputi beberapa aspek seperti Layanan Kesehatan Cuma-Cuma untuk dunia kesehatan juga Rumah Sehat Terpadu (rumah sakit), Makmal Pendidikan untuk ruang lingkup pendidikan  seperti program SGI (Sekolah Guru Indonesia) di mana lulusannya dikirim ke pedalaman. Nah, ternyata ini ada sebelum Indonesia Mengajar! Tapi kok kurang terkenal, ya? Selain SGI ada juga yang lain Smart Ekselensia (program sedekah buku atau entah apa namanya saya lupa) perekonomian dan pertanian juga ada. Tapi aku lupa namanya. Migrant instutute dan saya lupa lagi semuanya ada di bawah naungan DD.

Eh, meh nulis opo meneh yo? Yang pasti saya seneng aja bisa mengenal DD ada banyak ilmu yang saya dapatkan terutama dalam hal yayasan. Ya, siapa tahu BHSB nanti bakal jadi yayasan :D ini mah sudah direncanakan sejak tahun kemarin, tapi belum ada aplikasinya.

Kayaknya kan bisa gitu kalau DD berawal dari para wartawan yang menggunakan media cetak untuk laporan dan lain-lain ketika baru ada, nah para blogger menggunakan media online untuk laporan kegiatannya ( ini kayak di BHSB kan emang udah jalan begitu, ya?) hehehehe...



Assalamu'alaikum.... Selamat pagi, apa kabar? :) semoga selalu dalam keadaan sehat. Aamiin....

Usai sudah perhelatan di blogdetik #30HariNonstopNgeblog. Apakah saya lolos sampai full 30 hari nonstop posting? Tidak! Saya hanya menulis sampai 28 hari saja. Dan setelah event berlalu, motivasi saya sekarang adalah menulis di blog sendiri. Bagaimana caranya saya harus mengembalikan semangat menulis setiap hari tanpa embel-embel mengikuti lomba.

Kalau dulu bisa, kenapa sekarang enggak? Eh, tapi sekarang kerjaan saya juga menulis, sih. :D

Beberapa waktu lalu, saya sempat mengalami keminderan akut di di dunia blog. Di mana saya merasa kehilangan identitas, "Mau nulis apa di blog?" Apalagi ketika ramai beredar di sosmed mengenai branding diri di dunia maya. Aih, apa yang harus saya branding? Saya merasa harus menjadi orang lain :D

Lantas ketika bertemu dengan Mbak Ani Bertha saya curcol dengan keadaan saya. Dan beliau kasih support supaya saya tetap ngeblog dengan gaya dan cara saya sendiri. Makasih, mbak Ani :)

Saya jadi ingat kang Rawins, blogger yang nulis dengan gayanya sendiri juga ciri khas sendiri. Ingat dulu di multiply Kang Rawins pernah diancam harus dibunuh dan nggak boleh ditemani. Saya ketawa aja baca quick note dan komen nggak jelas di sana. Kang Rawins, dengan gaya dan caranya juga masih senantiasa ngeblog dan blogwalking. Dengan cara seperti itu Kang Rawins bisa teru eksis.

Ada juga Mbak Winda Krisnadaefa, dengan tagline emak gaolnya Mbak Winda bener-bener gaul. Nulisnya juga dengan bahasa gaul yang unik dan menarik. Nggak heran kalau Mbak Winda sering menang lomba. Terakhir adalah lomba asean Mbak Winda juga menjadi salah satu pemenang. Selamat ya, Mbak.

Belajar dari sepak terjang para blogger yang saya tulis di atas tak terkecuali para blogger yang lain, saya sadar bahwa menjadi diri sendiri tanpa harus membranding diri pun siapa kita (saya) akan terlihat seperti apa dan bagaimana.

Terus apa hubungnnya ama judul di atas? Hubungannya, ya pengen kembali ke rumah ini. Blog sendiri. :)

Jadi begini, hola.. holaaa.... Apa kabarnya? Eh, kebalik. Maksudnya, holaaaa.... apa kabar? :D sekarang saya jarang banget yaks posting? Hiks... Nah, nah... itu di blogdetik kan lagi ada lomba #30HariNonstopNgeblog. Karena kudu posting di blogdetik, yah wis saya postingnya di sana. Dipaksa-paksain, maksain diri untuk memaksa ikutan lomba itu. Hiks, kok kesannya ngeblognya pamrih banget, ya, kudu dibayar dan diiming-imingi hadiah. Bukan, bukan itu. Saya hanya ingin memaksa diri untuk tetap menulis dan mengembalikan semangat ngeblog yang entah menguap ke mana. Ini link blogdetik saya (promo tetep) :D

Salon? Hmmm, saya bukan orang yang kerap berkunjung ke salon. Bahkan untuk sekedar potong rambut pun bisa dihitung dengan jari. Ya, memang banyak salon berderet-deret saya temukan  di dekat tempat tinggal saya. Tapi tak sekalipun saya kerap mengunjunginya. Ada kalanya saya hanya menjadi pemerhati salon. Misal, di tempat tinggal saya dulu ada sebuah salon baru didirikan. Pengunjungnya tak banyak, hanya satu dua orang saja dan saya pun pernah berkunjung ke sana sekali. Lama kelamaan dan semakin lama, salon itu semakin menyepi dan akhirnya menghilang.

Masih berkisah dan melanjutkan tulisan sebelumnya. Kalau ada quote dari Mas Naim Ali "Resiko terbesar dalam hidup adalah ketika tak berani mengambil resiko" maka resiko Mahanani dalam kegiatan harbuknas tanggal 17 mei lalu sungguh telah dibayar Lunas! Ya, lunas segala kelelahan dan kerja kerasnya terbayar kemudian. Bukan saat itu ketika acara dimulai, bukan juga ketika acara akan dimulai. Tapi pada setelahnya, beberapa bulan kemudian.

Tulisan ini sudah ngendon di draft sejak pertengahan bulan lalu....

Dalam ajang pemilihan SrikandiBlogger2013, saya kerap kali bilang berulang-ulang baik melalui twitter maupun postingan blog rezeki terbesar saya di dunia blog adalah banyaknya teman-teman. Ya, mereka, teman-teman yang saya kenali adalah rezeki terbesar buat saya. Ada banyak alasan kenapa  acap kali saya berucap demikian. Mulai tahun 2009 ketika saya mengenal namanya kopdar dan bertemu dengan banyak teman di Pekanbaru, Padang serta Bukittinggi teman-teman yang saya kenali melalui dunia blog banyak memberikan bantuan kepada saya.



Iseng, pake banget. Ngelihat gelagat bloher dari timur ini. Penasaran, gak, sih melihat ekspresi dia pas lagi nulis hentah hapa-hapa di time line itu? :D

al ‏10 May
Asean blogger, #ngopikere nanti ada blogger nusantara terus on|off, mrupakan kawah candradimuka menuju Pesta Blogger 2013 #pb2013

al ‏10 May
Klo dri visi misi, Asean blogger skr fokus ut bloher itu jdi ujung tombak pariwisata antar negara, jdi tour guide lintas benua gitu #PB2013


al ‏10 May
Kalo #NgopiKere ini balikannya, masuk desa, konsepnya kaya tetua mao gitu, blogger desa ngepung kota. #pb2013

al ‏10 May
Nah On|Off adalah acara bgi blohher yg updet blognya mati idup. Artinya slahkan liat sendiri2 :p #PB2013

al ‏10 May
Blognus sesuai namanya, muter keliling nusantara kaya harmoko dulu2 mbuat ajak blogger sa indonesia menuju Pesta Blogger 2013 #pb2013

al ‏10 May
Artinya, banyak acara banyak pula pertarungan ide. Dan tentunya smakin memperlebar jarak antar pengusung ide2. #kriuk

Dan itulah orangnyah :D *aku iseng men, yo? Nulis reportase enggak, ini malah nulis yang enggak-enggak hiks. Bar iki aku krukuban kuwali kie :)) =))







Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Teman-teman

Sering Dibaca

  • Minyak Gamat Bukan Hanya untuk Obat Luka
  • Diary Blogger Indonesia
  • RM. 100 Dari Denaihati
  • Betapa Inginnya Mengumrohkan Ibu Saya
  • Beli Sprei Bisa Umroh?

Harta Karun

  • ►  2022 (5)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2021 (8)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2020 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2019 (41)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2017 (21)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (63)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (23)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2015 (137)
    • ►  Desember (25)
    • ►  November (20)
    • ►  Oktober (34)
    • ►  September (19)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (52)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2013 (40)
    • ▼  Desember (1)
      • Merindukan Om Christ
    • ►  November (3)
      • Karena Saya Memimpikannya
      • Prabuhi (Pramuka Buku Hidup)
      • Buat Kerja Bisa, Bisa Juga Untuk Bermain Bersama K...
    • ►  Oktober (7)
      • Nggak Pake handphone Cerdas, Pake Notebook tipis J...
      • Pelatihan Dokter Kecil
      • Kopi, Seharga Jatah Makan Sehari
      • Acer Aspire yang Tipis Jadi Impian
      • Piknik Buku
      • Kambing Kurban Dibawa Maling
      • Semestarian
    • ►  September (2)
      • Mengenal Dompet Dhuafa Lebih Dekat
      • Kembali ke Rumah Sendiri
    • ►  Agustus (2)
      • Lagi Iseng Ikutan Lomba
      • Salon Lokal vs Salon International
    • ►  Juli (1)
      • Mahanani dan Keberkahan Illahi
    • ►  Juni (1)
      • Terima Cinta Bagian Pertama
    • ►  Mei (3)
      • Tersangka Pelaku Perusuhan di Asean Blogger 2013
    • ►  April (12)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2012 (74)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (14)
  • ►  2011 (87)
    • ►  Desember (10)
    • ►  November (8)
    • ►  Oktober (18)
    • ►  September (13)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2010 (141)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (12)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (17)
    • ►  Februari (18)
    • ►  Januari (23)
  • ►  2009 (124)
    • ►  Desember (11)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (17)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (12)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2008 (105)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (16)
    • ►  Mei (19)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (22)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2007 (30)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (12)
    • ►  Agustus (2)

Kategori

Ads Blogger Hibah Buku Celoteh Cerpen Featured GayaTravel KBO komunitas Murai Perjalanan Piknik Buku Pojok Anaz Reportase resep reveiw Semestarian Serial Sosok Teman TKW TripGratisan Volunteer

Catatan Anazkia By OddThemes | Turatea.com