Antara Artis dan Penulis
Dalam kehidupan nyata dan maya, jujur aku tidak begitu menggemari kehidupan para artis. Aku juga enggan, mengadd facebook para artis (secara nggak tahu :P, meskipun tahu, aku juga enggan) Tapi, dalam acount twiteerku, aku ada juga dua orang artis, Ferdy Nuril dan Revalina S Temat. Itupun, sebuah kecelakaan follow karena aku tersesat di twiteer. Tapi, di Facebook, aku ada juga dua orang artis. Mbak Astrie Ivo dan Mas pepeng. Aku pribadi, lebih senang mengadd facebook para penulis, berbanding artis.
Maka, sungguh suatu yang mengejutkan ketika aku berada di Istana Budaya hampir dua bulan yang lalu setelah menonton teater musical "ANTARA". Di situ, ternyata aku masuk dalam arena gemerlap dunia selebriti secara langsung. Masuk dalam artian, aku menyaksikan sendiri, bagaimana para artis itu meladeni penggemarnya. Tanda tangan juga foto bareng. Kilatan blitz kamera dari berbagai penjuru, manusia yang bersesak-sesak demi sebaris tanda tangan juga demi berdekatan dengan artis tersebut, untuk foto bersama. Kembali ke aku pribadi, aku lebih suka memburu tanda tangan dan foto bareng penulis berbanding artis.
Di balik kesesakan dan kilatan blitz kamera, aku memperhatikan dengan seksama. Semakin larut malam, para penggemar semakin berkurangan. Aku memiliki kesempatan untuk melihat lebih dekat para artis negara Malaysia tersebut. Aku tak begitu familiar dengan mereka semua. Tapi aku cukup mengetahui, tentang Fahrin Ahmad. Tepat setelah Fahrin Ahmad, duduk seorang gadis manis, Nasa Aziz. Mereka sibuk tersenyum. Memberikan tanda tangan, juga sesekali harus bangun dari tempat duduknya untuk mengambil posisi lebih dekat dengan penggemarnya saat mengambil foto.
Aku lebih fokus memperhatikan Fahrin Ahmad, bukan karena kegantengannya. Tapi, pada cara dia melayani peminatnya dengan senyum ceria. Padahal, dia sendiri sedang ada masalah. kasus tuntut menutut dengan mantan kekasihnya menjadi headline besar berbagai media di Malaysia belum lama beberapa bulan lalu. Maka, sepanjang jalan pulang, aku merenung sendiri. Betapa kehidupan artis, itu kadang penuh ditutupi dengan kepura-puraan. Kadang, harus terlihat selalu gembira, dengan senyum ceria ketika di depan media dan para peminatnya. Padahal, mungkin hatinya sedang berduka.
Dan, aku membanding-bandingkan antara peran artis dan penulis. Setali tiga uang, mereka semua juga terkadang ada sedikit kesamaan. Kesamaan dalam peran. Tatkala para artis harus berperan dalam akting drama, sinetron, filem atau apapun, penulis juga harus bisa "berperan" dalam lakonan karya imajinasinya. Memerankan tokoh berbagai, memiliki karakter yang unik, juga menampilkan berbagai setting yang beragam. Hebatnya, penulis melakukan segala peran tersebut, seorang diri! Bayangkan, kalau dalam sebuah novel, subhanallah... Sungguh imajinasi yang cukup tinggi.
Nyatanya, kedua-duanya antara artis dan penulis harus menyesuaikan mood masing-masing dalam beberapa hal. Mungkin ketika bad mood melanda penulis, tentunya ia akan mentok dalam menghasilkan beberapa karyanya. Juga saat bad mood melanda artis, mungkin ia tak bisa menunjukan wajah manis atau sekedar senyum tipis kepada para peminatnya. Mereka juga kudu bisa mengatur perasaan. Seperti Fahrin Ahmad, yang sedang dilanda perasaan gundah gulana menghadapi segala tuduhan mantan kekasihnya, tapi ia harus selalu ceria saat berada di depan penggemarnya.
Putu Wijaya, mungkin contoh penulis yang pandai mengatur perasaannya. Ketika ayahnya wafat, Putu sedang menulis cerita dengan setting diskotik. Ia dapat menunda rasa sedih sebentar, untuk menulis suasana diskotik yang gembira dan meriah. Putu juga dapat menyimpan perasaan sedih sebentar saat sang isteri keguguran, karena saat itu sedang menulis skenario. "tentu saja saya sedih," akunya. Namun Putu mampu mengelola rasa sedih itu tanpa menghalangi kreativitasnya dalam menulis (apalagi kalau sekedar bete! *duh, kalimat ini menohok perasaanku :(* Akrobatik perasaan seperti itu bukan berarti mengurangi rasa simpati terhadap suatu musibah, tetapi semata-mata agar bisa survive dan bisa tetap menulis. Semacam kiat untuk mengatur waktu dan perasaan dalam menghadapi situasi berbeda. (dikutip dari buku sakti menulis fiksi)
Kalau begitu, aku ambil kesimpulan, bahwa bukan semua tulisan itu mewakili perasaan penulis. Ketika seorang penulis, menulis tentang cinta, bukan berarti ia tengah jatuh cinta, mungkin ia hanya menentukan tema untuk mendapatkan perasaan seperti itu. Wallahu'alam.
Sekalian, majang award dari mbak Fanda. Dan, ada sedikit syarat, untuk award ini
1.Memberikan award ini ke teman blogger lainnya, minimal satu orang. Hal ini akan menjadikan antar sahabat saling menyapa sehingga memberikan efek silaturahim yang memperpanjang umur, InsyaAllah.
2.Menuliskan minimal satu kalimat motivasi atau kalimat penyemangat atau nasihat yang memacu pikiran positif untuk kita semua. Boleh mengutip dari kata-kata motivator dunia ataupun dari manapun, asal disebut sumbernya ya.. Tapi kalau punya kalimat sendiri atau nasihat dari orang tua/teman/saudara yang ingin dibagi, pastinya boleh juga..
Award ini, aku berikan kepada mbak Illa, Purnomo Sidiq dan Pandi. Sedangkan untuk kata motifasinya adalah...
"Membaca dan menulislah, sebelum amalanmu yang ditulis dibacakan"
Aku dapat kalimat tersebut, dari majalah Annida, bertahun dahulu. Sepertinya, itu kalimat dari kang Abik. Wallahu'alam.
Kategori:
Murai
46 komentar
Memang tak mudah hidup dalam sorotan publik terus menerus mbak.. Mereka harus mampu menyembunyikan masalah pribadinya dan tetap menebarkan senyum ceria... Berat memang.
BalasHapusTapi jika dipikir2..., kita pun seringkali berbuat hal yang sama. Bukankah kita juga seringkali tersenyum di hadapan semua orang, sementara hati kita sedang remuk redam ?
BalasHapusBukankah kita juga seringkali tertawa ceria di saat hati sedang menyimpan bara amarah ?
Hanya untungnya pekerjaan kita tak menuntut kita bersikap manis di saat kita sedang suram.
Salut utk Putu Wijaya atas profesionalitasnya. Aku rasa... aku tak akan bisa spt itu... mengesampingkan emosi sesaat... betapa beratnya.
Alhamdulillah... link-ku dah bisa 'normal' lagi..? Kabar baik ini aku terima dari mbak Anaz lho. Makasih ya mbak...
BalasHapusbeda artis dan penulis,,, penulis penebar ilmu kalo artis penebar "sampah" sensasi. hehe..
BalasHapuskalo untuk penulis terkenal atau yang udah jago, pasti ga sulit untuk menulis sesuatu yang bukan apa yang dia rasakan saat itu. tapi kalo sayah yang masih cupu ini, kaga bisa :((
BalasHapuslebih baik jadi penulis yang berguna dari pada jadi artis
BalasHapusaku bukan artis bukan penulis lalu apakah aku ini, bingung sendiri wk wk wk kaburrrr
BalasHapus*tersindirkan*
BalasHapusdan (semoga) *tercerahkan*
(mengambil tempat...berdiri merenung di pojok depan kelas)
He, kalau Ana jadi penulis tenar itu berpotensi jadi artis (selebriti) juga lho na. Ya, menjadi apapun tentu butuh manajemen perasaan. Orang lain hanya bisa menilai apa yang tampak bagi mereka, menduga-duga saja. Begitu kan na. Lha jadi penulis blog saja, apapun yang kita tulis bukankah sering dikomentari dianggap sebagai pengalaman pribadi.
BalasHapusKalo aku sepertinya hanya bsa mengamati kehidupan para artis...hehehe
BalasHapuscuma ada satu artis di account FB aku mbak, yaitu mbak Anaz :)
BalasHapusMalah artis bergantung banget sama penulis, karena berkat mereka artis bisa main sinetron setelah naskah ditulis oleh mereka.
BalasHapusaku ngga mau nge ad duluan kalo artis
BalasHapuslha aku miss universe..masak nge add duluan
gengsi lah
hehhe
Selamat atas awardnya dan trims kalimat motivasinya!
BalasHapusartis suruh ngarang cerita pasti ga bisa
BalasHapusMbak Ana... ambil award di The Others... ya..?
BalasHapusDitunggu.
emang tidak gampang menjadi keduanya..keduanya disorot dari dua sisi berbeda :)
BalasHapustapi lebih banyak disorot seh artis mo sorot pake kamera dll ihhihihih
makanya sayah tak ingin jadi artis *lloooohh* heheh
sukur nietha nggak artis, walopun tetap kadang2 menulis dalam kepura2an
BalasHapusSama dengan komentarnya bang Munir. Aku bukan artis, juga bukan penulis. Hanya blogger biasa..kabuuurrrr..
BalasHapusaku kenal yang namanya Yusnita Febri apa sama ya sama nita febri, kalau yusnita Febri blogger yang memakai alat bantu pendengaran
BalasHapusMenjadi penulis tidak ubahnya mirip menjadi artis. Penulis harus bisa mendalami kehidupan orang lain supaya tulisannya laku, sementara kehidupannya sendiri gonjang-ganjing.
BalasHapusini alamatnya : http://yusnitafebri.blogspot.com/ nama blognya : jadikan kekuranganmu untuk maju
BalasHapusAna, penulis juga masuk kategori artis bukan? Hihi.
BalasHapusMakasih atas awardnya yach.. Entar pandi posting.. klo menurut pandi sich.. perasaan yang dipendam itu kurang bagus, harusnya diungkapkan saja, tapi caranya yang positif dan baik-baik saja.. memang sich hidup selalu ada tuntutan, keihlasan akan menjadi penting sehingga amal tidak akan sia-sia..
BalasHapusMbak Anaz..Embun mau mengucpakn Terimakasih atas Dukungannya dalam Kontes SEO Bukan Sekedar Blogger Bertuah. Alhamdulillah Embun masuk 3 Besar dalam Kontes Ini..
BalasHapusTerimakasih Wahai Sobatku atas semua Supportnya..
selamat awardnya ya, an..jangan bawa golok terus dong. hehe
BalasHapusmaapkan baru sempat komen, huhuhu.. awardnya diterima koq, ntar dipasang ya mbak pas akhir bulan. jatahnya award tiap akhir bulan soalnya, hehe..
BalasHapussoal menulis hal2 yg tidak pernah dialami,, wew.. kek gimana ya? itulah mungkin kenapa sampe skarang ga pernah buat fiksi dan semacamnya, kerna sy ga bisaaa menceritakan apa yg tidak sy alami, huhu... ^^
Bedanya artis dengan penulis, kalo artis suka narsis... Kalau penulis suka autis (kalau lagi nulis) hehehehe
BalasHapusSalam persahabatan judul yang menarik untuk dibaca
BalasHapusUntung saya bukan artis!
BalasHapushehehe.
Membaca alenia terakhir, sy jg menyimpulkan bahwa tulisan ini bukan berarti mewakili perasaan penulis, bukan berarti pula sang penulis membenci artis. bukan begitu mbak? hehe....
salam hangat!
BalasHapussaya lebih memilih untuk tidak jadi sorotan publik :P
salam sobat
BalasHapussaya juga mengagumi penulis Putu Wijaya,
selamat atas AWARDnya mba.
Nah..lo, kalo saya artis sapa ya yang saya add..??
BalasHapusHmmm..kayaknya gak ada deh, xixixixi...
Yang banyak malah temen2 Blog, hehehhe...
Ayooo...add saya...
BalasHapusSaya penulis lo...
Penulis di Blog, wkakkakaakka...
Btw, salam kenal yah :)
aku seleb numpang komen aja ya..hehehe...
BalasHapussalam,
tfd
Nah, bener tuh, tak selamanya apa yang ditulis itu menandakan kalo si penulis lagi mengalaminnya... heheheh
BalasHapusmaaf Naz, baru bisa berkunjung, dan tentang tulisannya di Graha Satra nggak masalah Kok, emang buwel komentnya marah2 yah, khan enggak... hihii
wah, quotesnya sayah suka, mari beramal... :-)
BalasHapusSaya tertarik dengan ayat dibawah itu "Membaca dan menulislah, sebelum amalanmu yang ditulis dibacakan". :)
BalasHapusada award
BalasHapussilahkan diambil
tapi ada juga penulis yang jadi artis.
BalasHapus;D
Manusia terlalu mengagungkan artis lebih daripada penulis. Jujur yang mana lebih banyak menyumbang ILMU?
BalasHapusiya juga ya....jadi kepikiran juga kalo penulis itu ga harus menulis yang lagi drasakan ya ?? gara-gara nendang nasi goreng, ehh keinget nulis kata kosong hihihi...
BalasHapussalam hangat
salam sehat dimalam hari , gimana kabar. kunjungan malam
BalasHapusDi tengah malam datang untuk berukhuwah. met malam ya
BalasHapus:D saya rasa semua profesi semua fasilitas semua status dan prinsip itu punya sisi dan sudut negatif dan positifnya :D dan pastinya selalu ada jalan keluarnya.
BalasHapussalma adem ayem dan salam kenal juga ya
Aku pengen dpt tnda tangan Supardi Djoko Damono
BalasHapusPersonal blog, kadang anti sama spammer yang hanya menyebar link. Lebih mengutamakan pertemanan antarpersonal. Komentar kembali dimoderasi masih banyak obat-obatan yang nyepam :D :P