Catatan Anazkia

Karena hanya tulisan yang bisa saya tinggalkan

  • beranda
  • Kisah
    • Serial
    • Cerpen
    • Celoteh
    • Reportase
    • Perjalanan
      • Gaya Travel
      • Trip Gratisan
      • Piknik Buku
  • Pojok Anaz
  • Murai
  • Sosok
  • komunitas
    • Volunteer
    • KBO
    • Semestarian
    • Blogger Hibah Buku
Ngadain kontes blog...??? Sepertinya nggak pernah mimpi deh. Secara, aku mikir untuk apa...??? Blogku, bukan blog matre. Blogku, bener-bener blog personal. Kalaupun ada advertising money (Nufnang), itu hanya "iseng" lagi-lagi "iseng" toh, hanya ada 25sen saja dalam acount tersebut. Aku gak peduli, seberapa banyak RM di dalamnya, wong aku nggak ngerti kok. Toh, sewaktu pendaftaran, aku nggak mau mengiklankan rokok, miras dan kosmetik (jiahahaha... kosmetik aja kagak mau, abis akunya keder sendiri)
Dan, ketika aku mengikuti kontes blog di denaihati setelahnya aku justeru ada keinginan untuk mengadakan kontes blog. Tentunya, bukan di blogku. Aku hanya mengusulkan kepada denaihati, "Encik, gimana kalau ngadain kontes blog dua negara?" usul isengku, ditanggapi dengan serius. denaihati, semangat sekali. Sedangkan aku, bengong sendiri. Lah, mosok blogku ngadain kontes...??? nggak tanggung-tanggung, dua negara lagi. Maka, berlayarlah aku mengelilingi pulau facebook, mencoba menghubungi para senior blogger Setelah beberapa orang aku hubungi, sepertinya agak susah mencari solusi untuk penentuan tema. Sampai-sampai aku nggak nanya-nanya lagi. Tapi, Denaihati malah kembali menanyakan niatku. Duh, akhirnya, disela-sela kesibukan Mas Joddie mengedit tulisan para blogger yang sedang dalam proses naik cetak, aku sering mengganggunya, meminta idenya, meminta kesediannya untuk sama-sama sebagai penyelenggara kontes blog dua negara. Dan aku, seperti Bang Atta bilang, "Anazkia hanya sebagai perantara" Tapi, kami bentul-betul buntu ide. Baik ideku atau mas Joddie, masing-masing tak satu kepala. Sampai-sampai, aku meminta tolong kepada Mas Lazuardi (wartawan ANTARA, di Malaysia) ide yang diberikan Mas Lazuardi, tidak jauh beda seperti ide yang aku sarankan, temanya, tentang TKI, Ambalat, Kebudayaan dan beberapa lagi. Pas disampaikan ke Mas Joddie, lagi-lagi, kami buntu. Akhirnya, sampai kini, aku tak membahasnya lagi. Kenapa meski Mas Joddie, yang ditarik-tarik idenya...?? Secara, mas Joddie salah seorang rekan blogger yang bekerja di penebitan. Dan, Mas Joddie juga yang mengadakan kontes blog beberapa waktu lalu. Siapa tahu, nanti kalau bikin kontes lagi karya teman-teman dibukukan (ngarep.my :D). Aku juga sempet, "narik-narik" salah seorang teman di penerbitan Malaysia (PTS) untuk bekerja sama. tapi, karena belum ketemu tema, sampai sekarang, belum bertemu lagi dengan yang bersangkutan. Nah, rupanya denaihati justeru masih mau mensponsori blogku untuk mengadakan kontes, apapun bentuknya, apapun temanya dan apapun jenis kontesnya (Insya Allah, lomba nulis). Kalau sampai saat ini Mas Joddie atau beberapa teman blogger bersedia bekerja sama dengan denaihati untuk mengadakan kontes dua negara, tentunya aku mengundurkan diri mengadakan kontes ini. Kenapa...??? karena aku bukan siapa-siapa yang hebat dalam dunia maya. Rasanya, tidak begitu pantas saat aku yang masih dodol dalam dunia tulis menulis mengadakan kontes menulis. (kalaupun jadi, jurinya bukan aku yah...?? Aku sudah menghubungi beberapa teman penulis) Sampai tulisan ini dicurahkan, aku masih berfikir, mengadakan kontes ini. Meskipun aku yakin, denaihat 100% masih memberikan dukungan. Mohon ide dan bantuan sahabat-sahabat blogger semua. Semoga besok, ada yang memberikan ide, Insya Allah... Makasih banyak, yang mau memberikan komentar :) Sedikit pengumuman, laptopku masuk UGD, jadi belum bisa BW. Ini posting pake notebook Ibu :). Owh ya, kalau ada yang mau ngintip cover buku pemenang anti korupsi, intip aja di sini, Mas Joddie, mamerinnya seminggu doank :D
Masih inget dengan kontes SEO HIDUP BERANI UNTUK GAGAL...??? Itu, first time aku mengikuti kontes di blog dan nggak tanggung-tanggung, SEO! Di Malaysia lagi :D padahal, jujur banget aku buta SEO. Tapi, meskipun SEO nya nggak menang, alhamdulilah, entriku masuk 28 terbaik dari 144 lebih dan Alhamdulilah, berkat bantuan teman-teman semua aku menduduki tempat kedua. Karena aku peserta satu-satunya dan yang pertama dari Indonesia, aku juga memperoleh hadiah lebih.
Itulah, untuk pertama kalinya aku mendapat uang dari menulis. Ketika awal bulan lalu mengecek saldo, rupanya ada yang bertambah, Alhamdulilah... Rasanya, seneng banget. Apalagi, ditambah dengan masuknya uang dari hasil lomba blog cerita inspirasi, wah jadi tambah gembira deh (hehehe... lebay banget yah? maklum, penulis amatir) Nah, kali ini Denaihati kembali mengadakan kontes. Bedanya, ini bukan kontes SEO seperti sebelumnya. Tapi dengan tema Denaihati Hidup Untuk Memberi, Acer Aspire One percuma untuk dimiliki. Ada dua lho :)


Aku nak colour blue bolehx...???? Jiahahaha.. mimpi :D

Karena syaratnya sangat mudah, aku mencoba ikut. Kita hanya diwajibkan memenuhi tiga syarat. 1. Mendaftar untuk menjadi peserta dengan membuat entri bebas tentang contest dan tinggalkan komen penyertaan diruang komen, link penyertaan di Comment Luv dan jangan lupa masukkan ayat saya tahu contest “Hidup Untuk Memberi“ dari blog : contoh saya tahu contest “Hidup Untuk Memberi” dari blog http://denaihati.com/ 2. Follow @ http://twitter.com/denaihati 3. Follow @ http://facebook.com/denaihati Hadiah Acer Aspire One pertama akan dihadiahkan kepada blog yang menjadi TOP REFERRER TERTINGGI yang menghasilkan trafik ke blog denaihati sepanjang 2010 berdasarkan analisa Google Analytics. Cara untuk menjadi TOP REFERRER adalah bebas, mungkin dengan cara menampalkan banner denaihati di sidebar atau sering letakan link denaihati.com dalam setiap entri baru untuk menarik perhatian visitor blog ANDA melawat blog denaihati.com. Kontes ditutup pada jam 11:59 pm, 31/12/2010 Keputusan, pemenang akan diumumkan setelah dua minggu penutupan kontes.
Dalam kehidupan nyata dan maya, jujur aku tidak begitu menggemari kehidupan para artis. Aku juga enggan, mengadd facebook para artis (secara nggak tahu :P, meskipun tahu, aku juga enggan) Tapi, dalam acount twiteerku, aku ada juga dua orang artis, Ferdy Nuril dan Revalina S Temat. Itupun, sebuah kecelakaan follow karena aku tersesat di twiteer. Tapi, di Facebook, aku ada juga dua orang artis. Mbak Astrie Ivo dan Mas pepeng. Aku pribadi, lebih senang mengadd facebook para penulis, berbanding artis.
Maka, sungguh suatu yang mengejutkan ketika aku berada di Istana Budaya hampir dua bulan yang lalu setelah menonton teater musical "ANTARA". Di situ, ternyata aku masuk dalam arena gemerlap dunia selebriti secara langsung. Masuk dalam artian, aku menyaksikan sendiri, bagaimana para artis itu meladeni penggemarnya. Tanda tangan juga foto bareng. Kilatan blitz kamera dari berbagai penjuru, manusia yang bersesak-sesak demi sebaris tanda tangan juga demi berdekatan dengan artis tersebut, untuk foto bersama. Kembali ke aku pribadi, aku lebih suka memburu tanda tangan dan foto bareng penulis berbanding artis. Di balik kesesakan dan kilatan blitz kamera, aku memperhatikan dengan seksama. Semakin larut malam, para penggemar semakin berkurangan. Aku memiliki kesempatan untuk melihat lebih dekat para artis negara Malaysia tersebut. Aku tak begitu familiar dengan mereka semua. Tapi aku cukup mengetahui, tentang Fahrin Ahmad. Tepat setelah Fahrin Ahmad, duduk seorang gadis manis, Nasa Aziz. Mereka sibuk tersenyum. Memberikan tanda tangan, juga sesekali harus bangun dari tempat duduknya untuk mengambil posisi lebih dekat dengan penggemarnya saat mengambil foto. Aku lebih fokus memperhatikan Fahrin Ahmad, bukan karena kegantengannya. Tapi, pada cara dia melayani peminatnya dengan senyum ceria. Padahal, dia sendiri sedang ada masalah. kasus tuntut menutut dengan mantan kekasihnya menjadi headline besar berbagai media di Malaysia belum lama beberapa bulan lalu. Maka, sepanjang jalan pulang, aku merenung sendiri. Betapa kehidupan artis, itu kadang penuh ditutupi dengan kepura-puraan. Kadang, harus terlihat selalu gembira, dengan senyum ceria ketika di depan media dan para peminatnya. Padahal, mungkin hatinya sedang berduka. Dan, aku membanding-bandingkan antara peran artis dan penulis. Setali tiga uang, mereka semua juga terkadang ada sedikit kesamaan. Kesamaan dalam peran. Tatkala para artis harus berperan dalam akting drama, sinetron, filem atau apapun, penulis juga harus bisa "berperan" dalam lakonan karya imajinasinya. Memerankan tokoh berbagai, memiliki karakter yang unik, juga menampilkan berbagai setting yang beragam. Hebatnya, penulis melakukan segala peran tersebut, seorang diri! Bayangkan, kalau dalam sebuah novel, subhanallah... Sungguh imajinasi yang cukup tinggi. Nyatanya, kedua-duanya antara artis dan penulis harus menyesuaikan mood masing-masing dalam beberapa hal. Mungkin ketika bad mood melanda penulis, tentunya ia akan mentok dalam menghasilkan beberapa karyanya. Juga saat bad mood melanda artis, mungkin ia tak bisa menunjukan wajah manis atau sekedar senyum tipis kepada para peminatnya. Mereka juga kudu bisa mengatur perasaan. Seperti Fahrin Ahmad, yang sedang dilanda perasaan gundah gulana menghadapi segala tuduhan mantan kekasihnya, tapi ia harus selalu ceria saat berada di depan penggemarnya.
Putu Wijaya, mungkin contoh penulis yang pandai mengatur perasaannya. Ketika ayahnya wafat, Putu sedang menulis cerita dengan setting diskotik. Ia dapat menunda rasa sedih sebentar, untuk menulis suasana diskotik yang gembira dan meriah. Putu juga dapat menyimpan perasaan sedih sebentar saat sang isteri keguguran, karena saat itu sedang menulis skenario. "tentu saja saya sedih," akunya. Namun Putu mampu mengelola rasa sedih itu tanpa menghalangi kreativitasnya dalam menulis (apalagi kalau sekedar bete! *duh, kalimat ini menohok perasaanku :(* Akrobatik perasaan seperti itu bukan berarti mengurangi rasa simpati terhadap suatu musibah, tetapi semata-mata agar bisa survive dan bisa tetap menulis. Semacam kiat untuk mengatur waktu dan perasaan dalam menghadapi situasi berbeda. (dikutip dari buku sakti menulis fiksi) Kalau begitu, aku ambil kesimpulan, bahwa bukan semua tulisan itu mewakili perasaan penulis. Ketika seorang penulis, menulis tentang cinta, bukan berarti ia tengah jatuh cinta, mungkin ia hanya menentukan tema untuk mendapatkan perasaan seperti itu. Wallahu'alam. Sekalian, majang award dari mbak Fanda. Dan, ada sedikit syarat, untuk award ini
1.Memberikan award ini ke teman blogger lainnya, minimal satu orang. Hal ini akan menjadikan antar sahabat saling menyapa sehingga memberikan efek silaturahim yang memperpanjang umur, InsyaAllah. 2.Menuliskan minimal satu kalimat motivasi atau kalimat penyemangat atau nasihat yang memacu pikiran positif untuk kita semua. Boleh mengutip dari kata-kata motivator dunia ataupun dari manapun, asal disebut sumbernya ya.. Tapi kalau punya kalimat sendiri atau nasihat dari orang tua/teman/saudara yang ingin dibagi, pastinya boleh juga.. Award ini, aku berikan kepada mbak Illa, Purnomo Sidiq dan Pandi. Sedangkan untuk kata motifasinya adalah...
"Membaca dan menulislah, sebelum amalanmu yang ditulis dibacakan"
Aku dapat kalimat tersebut, dari majalah Annida, bertahun dahulu. Sepertinya, itu kalimat dari kang Abik. Wallahu'alam.
Adalah seorang blogger yang berprofesi bukan hanya sebagai penulis blogger, tapi ia adalah seorang penulis cerpen. Hakikat pengakuan penulis, ada kalanya dibarengi dengan karya-karyanya yang ada di media cetak baik berupa cerpen-cerpennya di majalah, surat kabar atau penerbitan buku-bukunya. Mungkin, dia belum menerbitkan buku. Tapi, melihat semangat menulisnya, bukan tidak mungkin kelak dia akan menulis buku. Selain seorang penulis blogger, penulis cerpen dia juga adalah seorang notaris. Blogger paling produktif, di ranah blogspot yang aku temu. (gak percaya, tanya ama Bang Atta :D)
Salah satu blognya, adalah GRAHA SASTRA. Awal mendirikan blog ini, adalah usul dari salah seorang sahabat blogger juga, AWS NGOFA TIDORE. Sayangnya sang pengusul tadi sudah menghilang dalam ranah jagad blogspot. Dia menghilang, seolah menjadi blogger jadi-jadian. Di blog Graha Sastra, Mbak Fanny lebih menitik beratkan kepada teori. Berbeda dengan beberapa blog lainnya, yang menceritakan tentang keseharian, cerpen, puisi dan lain-lain. Melihat awal mula postingannya, tentunya kita akan dihadapkan pada sajian-sajian teori dasar pembuatan cerpen. Cerpen, menurut pengertian mbak Fanny, adalah, sepotong kisah dari seluruh kehidupan manusia. Sedangkan pengertian cerpen, menurut Buku Sakti Menulis Fiksi cerpen adalah, sebuah narasi fiksi yang panjangnya sekitar 500-10.000 kata dan lebih fokus daripada novelet, apalagi novel. Mbak Fanny sendiri, cendrung dengan sebutan cerpenis. Atau lebih kerennya sang cerpenis bercerita. Maka tak heran, hampir semua postingan awal dalam blog Graha Sastra adalah membahas cerpen. Blog tersebut, seolah menjadi "sekolah" baru buat teman-teman blogger yang mau belajar bikin cerpen dan mempelajari teorinya secara gratis. Dan awal mula blog tersebut dihuni oleh beberapa orang yang kalau aku rasa agak-agak sedeng atau dodol atau apalah nama tepatnya. Aku yakin, sepertinya Mbak Fanny begitu tertekan menghadapi beberapa "murid"nya yang bandel dan nakalnya luar biasa. Bermula dari seorang Buwel, yang ketika itu aku baru mengenalnya cukup Bawel. Dan Ayusnita, yang dalam diamnya ia cukup-cukup ketika bercanda. Kemudia, disambung dengan beberapa teman-teman blogger lain. Tapi, trio bawel (Anaz, Nita dan Buwel) adalah menjadi murid yang aktif menyepam di sana. Aku nggak bisa membayangkan, reaksi mbak Fanny ketika melihat segala kerenah dan tingkah laku kami. Apalgi, saat mbak Fanny memberikan materi TEMA. Mbak Fanny bilang, sebelum menuliskan cerpen, kita harus menentukan tema, apakah untuk remaja, dewasa atau kanak-kanak. Setelah menentukan tema, katanya kita harus fokus dan terakhir adalah, apa tujuan dari menulis tema tersebut. Begitulah, mbak Fanny menjelaskan dengan gambalng dan jelas. Sayangnya, murid-murid dodolnya, kadang terlebih dodol. Lihatlah, sebaris soalan Ayusnita, Mbak, untuk fokus dengan tema, apa harus membuat kerangka dulu misalnya mo buat cerpen nih: 1. Anaz dan Buwel ketemu chat didunia maya 2. Anaz dan buwel terlibat cinta 3. Anaz sudah dijodohkan orang tuanya 4. Endingnya buwel minum racun strobery.. nah, kebiasaan nietha nih, kalo udah buat tema suka bikin endingnya berubah-ubah dan berkelok2, jadi ga nyambung..nggak pernah buat kerangka dulu, nulisss terus. pas mo diakhiri eh..kesusahan cari ending yang pas. Makanya nietha nggak pernah bisa buat cerpen.. Aduhai Ayusnita.. sungguh tak terkira-kira pertanyaanmu. Kontan, membuatku berteriak-teriak. Aku nggak tahu deh, reaksi bu guru Fanny saat itu. Ngakak guling-guling atau malah berlinang air mata menghadapi kerenah anak murid yang luar biasa dodolnya. Jadilah, postingannya yang tak begitu banyak, muridnya yang hanya tiga ekor *:P* tapi komentarnya memenuhi blog mbak Fanny. Adakah ia jenuh...?? Aku tak tahu pasti. Begitulah, Mbak Fanny terkadang hadir dengan segala kelainan dalam kehidupanku di dunia nyata. Atau, bahkan juga kepada sahabat-sahabat blogger lainnya. Dan saat Graha Sastra mau menampung beberapa cerpen murid-muridnya, akulah yang pertama kali mengirimkannya. Sudah ditakdirkan menjadi murid dodol, cerpen yang dikirimpun tak kalah dodolnya. Ilmu yang diajar, entah ke mana. Bersyukur, ketika mbak Fanny, mau membenahinya di sana sini. Dan sekarang, aku melihat beberapa postingan cerpennya sudah banyak ditempati oleh para pendatang baru. Dan, ketiga murid dodol itu, tak lagi menampakan batang hidungnya di sana. ke manakah kalian, duhai para trio bawel...??? (trio bebek juga cocok yah...??) Padahal dulu, aku sempat menjadi anak emas di Graha Sastra *hahaha...* Mbak Fanny, jarang bahkan tak pernah menghukumku mengelilingi delapan blognya. Aku juga nggak pernah disetrap seperti Buwel, yang tukang nyontek. Aku juga nggak pernah molor di kelas seperti Nitha tapi, aku selalu meneror mbak fanny, supaya selalu menghukum mereka =)). Maka, jadilah aku anak emas yang suka menganiaya. postingan, dalam rangka merebutkan beberapa novel dari blog mbak Fanny. Yang postingannya sudah hampir mencapai 1000. Novel yang aku pilih, Kekasih Marionette dari, Dewi Ria Utari.
Postingan dadakan, setelah mengunjungi blognya Mbak Renni. Aku tersenyum-senyum membaca postingan Mbak Renni dua hari lalu dengan judul, "Kartini Tanpa Konde" Jiahaha... Gak bisa bayangin deh, ibu-ibu PNS pada make baju kebaya plus konde. tapi, pada hakikatnya, banyak yang nggak make konde sih. Secara, ribet kali yah...??? Awalnya, aku emang gak mau posting tentang hari Kartini. Tapi, melihat postingan Mbak Renni, aku sungguh terusik Jadi mengingatkanku peristiwa beberapa tahun dulu. Eh, dah puluhan tahun kali yah...??? Aku pernah juga, posting di blogspot, setahun lalu. Atas anjuran dan ajakan blogger Trimatra, yang serentak menampilkan postingan Kartini tahun lalu. Judulnya juga sama, "Mengapa Harus Kartini...???" Kisahnya, tak jauh beda dengan Mbak Renny. Waktu itu, aku masih kelas 6. tahun-tahun sebelumnya setiap kali hari Kartini, tak pernah sekalipun merayakannya dengan baju kebaya. Kita hanya melaksanakan upacara. Nah, pas giliran tahun ajaran aku, kok malah tiba-tiba suruh pake baju kebaya. Walah, aku yo kelabakan. Secara, aku tinggal ama Nenek dan Bude aku, yang nggak bisa make up, gak punya alat makeup apalagi, memakaikan makeup. Maka, jadilah aku, menumpang kepada tetanggaku untuk mendandaniku. Selesai berdandan, berduyun-duyunlah kami para Kartini-Kartini baru menuju sekolah. Dnegan memakai kebaya, sanggul dan muka penuh make-up. Dan aku, sepanjang jalan kenangan adalah menutup wajah dengan buku. Betul-betul sosok yang pemalu dan sangat memalukan. Sampai-sampai tetanggaku negur, "Mbak Ana, kok ditutupin mukanya. Padahal cantik lho." jiahahaha... hiburan yang nggak lucu di pagi hari Dan, sampai ke sekolah, aku dipanggil wali kelas. Ternyata eh ternyata, aku disuruh jadi komandan upacara. Gubrag... sungguh memalukan. Sebelumnya, pernah sih, jadi komandan, tapi, ini dengan menggunakan kebaya dan memakai sendal yang aku pinjam dari Budeku...??? walahhh... Mau nggak mau, aku yah harus ikutin arahan Pak Guru Meskipun terseok-seok, akhirnya berhasil juga menjadi komandan upacara. Lucu juga saat mengingatnya,semua petugas upacara perempuan. Dari pemimpin upacara, komandan, danton, pembawa bendera, pembaca do'a, pembaca UUD 45 pokoke mah, semua cewelah... kalau inget, sebenrnya aku nyesel, kenapa aku gak lihat cermin, waktu make konde, kebaya dan baju minjemnya. Jadi, gak lihat tampang aku yang super duper semrawut itu. Nah, pas lihat postingan mbak Renny, aku ngekek aja, mengingatkan aku, andaikan dulu aku punya tentu aku akan memfotonya eh, minta tolong di fotoin ndink...
Postingan acak kadut, yang serius, baca aja di "Mengapa Harus Kartini...???" Mbak Renny, makasih atas curian fotonya

Judulnya, gitu amat yaks...??? :D Jadi, kronologisnya begini... hampir setahun yang lalu, ketika aku mulai aktif ngeblog dan mengenal istilah BeWe (Blogwalking) aku mengenali mas Sugeng, dari blognya Mbak Ajeng :) aku lihat komentarnya di blog mbak Ajeng, berharap banget, kalau mbak Ajeng mau baca tulisannya. Mengharapnya ama Mbak Ajeng, tapi aku tertarik mengunjungi blognya. Akhirnya, aku kenal blognya, "Mantancopet" dan membaca kisah-kisah hidupnya. Tapi, sekarang blognya dah ganti yah..?? ikutikutan.com
Pokoke, baca pertama kali kisah-kisahnya seru banget. Gak tahu kenapa, seolah ada kemiripan dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Jadi, aku langsung menawarkan diri kepada mas Sugeng, untuk nulis bareng. Hehehehe.. aku nggak tahu, apa responnya saat itu, tapi kayaknya cukup terkejut. Dah hampir setahun, tapi rencana itu belum terelaisasi. Sampai aku hampir lupa. Dan aku kembali teringat, tatakala beberapa waktu lalu, ada seorang teman baru, yang menawarkan hal yang sama, "kolaborasi nulis dengan aku mau?." Apa respon aku ketika itu...??? ngakak, ngakak di alam nyata, dan memberikan emo :)) =)) nggak tahu deh, reaksi orang tersebut. Ndilalah, aku nulis status "Ada yang ngajak kolaborasi" di plurk. Eh, ujung-ujungnya, malah ditawarin, "nulis bareng" lagi, ama temen blogger. Nulis bareng, sebetulnya itu sudah menjadi hal yang biasa. Misalnya, antalogi kumpulan cerpen, antalogi puisi, juga beberapa antalogi kisah nyata, yang tema-temanya sudah ditentukan mungkin kita sering kali menemukannya. Bahkan, mungkin sudah membacanya. Untuk nulis bareng novel, sepertinya belum banyak yang melakukan hal itu. Dulu, setahuku karya "Kembara Kasih" katanya adalah novel karya bersama mbak Helvy dan teman-temannya(mohon maaf jikalau ada kesalahan). Dan terbaru, aku baru mengetahui, tulisan Elle Elleanor (Zev Zenzad)y ang katanya adalah novel kolaborasi dua orang, yang interaksinya hanya melalui dunia maya. Awalnya, bertemu di blog dan menemukan Zeventina Octaviani (Zev) dan Ferry Herlambang Zanzad. Mbak Zev, berada di jerman, sementara mas Ferry Herlambang berada di Indonesia, tepanya di Surabaya. Tapi, kalau aku lihat beberapa review dan resensinya, mereka sudah bertemu di alam nyata. Soale, novelnya khan dah goo public. Tak cuma itu, ada juga Rumah Kayu, tulisan kolaborasi dari dua blogger detik (ajaibnya, mereka belum pernah kopdar kata mas Pradna). Mungkin, ini menjadi trend baru, di kalangan penulis. Lah, beberapa penulis blogger pun sepertinya akan segera ada tulisan barengnya, para pemenang anti coruption blogpost competition, dari Mas Joddie. Hehehe.. Anaz promosi neh :D eh, tapi nggak nyangka juga khan, tanpa diminta, akhirnya aku bisa nulis bareng juga ama mas Sugeng. Bahkan, bukan cuma mas Sugeng, tapi juga ada mbak Ajeng, Bang Atta, Ayu Laksmi, teh Annie dan beberapa lagi teman blogger lainnya. Nah, sekarang gimana usul teman-teman semua kalau misalnya, http://anazkia.blogspot.com/, ngadain kontes blog...??? Secara, ada yang hendak mensponsori. Kira-kira, apa tema yang pas untuk kontes blog tersebut...?? *hadiahnya, apaan naz...???* itu masih rahasia :) yang penting, mohon idenya dulu :) makasih, yah... sahabat-sahabat dan teman-teman blogger...
Pertama kali bertemunya, ketika senja sudah surut di penghujungnya. Temaram malam mulai menutupi terang, samar-samar, aku melihatnya dalam kelam. Magrhib pun sudah berkumandang belum lama. Aku berjalan dengan ibuku. Melihat seragam yang masih di kenakannya, ia sepertinya baru pulang sekolah mungkin, masuk sore. Di perumahan tempat Om Christ tinggal, jarang sekali aku menemukan pelajar berseragam putih abu-abu. Ia memakai jilbab, baju putihnya dimasukan dalam rok, khas anak SMU. Jadi, ketika melihatnya aku begitu senang. Kulemparkan senyuman. Sepertinya, dia bingung melihat keramahanku. Karena masing-masing kelihatan terburu-buru, tiada tegur sapa diantara kami. Aku meneruskan perjalanan bersama ibuku.

Hari-hari selanjutnya, menjadi penantian buatku berharap untuk dapat bertemu kembali. Saat pagi beranjak sekolah, aku melihat-lihat di mana terakhir ia membelokan jalan. Melihat dari awal bertemu, ia memasuki gang sebelum gang yang menuju rumah Om Christ. Itu berarti, ia tinggal di blok B2, sedangkan aku di Blok B3. Sepertinya, belum dijodohkan untuk kembali bertemu dengannya. Hari-hari menanti, tak juga aku berhasil menemui. Sampai suatu hari, aku kembali bertemu dengannya. Seingatku, kami sama-sama pulang sekolah. Kebetulan, dia masuk pagi.

Alhamdulilah... Penantianku untuk berkenalan dengannya tertunai sudah. Rupanya dia memang betul tinggal di blok B2 dan lebih mengejutkan ketika nomor rumahnya sama dengan rumah Om Christ. Itu berarti ia tepat tinggal di belakang rumah Om Christ, hanya ia berada di seberang jalan. Ah, sungguh tak menyangka. Akhirnya, aku punya teman juga. Saat itu aku masih duduk di bangku kelas 3 Mts, sedangkan dia kelas dua SMU. Tapi umur kita sama. Aku juga seharusnya duduk di bangku yang sama kelas 2 SMU. Tapi aku pernah menganggur dua tahun setelah lulus SD.

Semenjak mengenalinya, aku tak lagi merasa sendiri di kawasan perumahan itu. Sejak bekerja dan ikut dengan Om Christ, aku memang jarang memiliki teman selain teman-teman sekolah. Om Christ tinggal di perumahan yang masih baru dan masih jarang yang menempati perumahan tersebut. Namanya Siti Mutmainah. Sesuai dengan namanya, ia lemah lembut, badannya lebih mungil dari aku, wajahnya bulat, bola matanya besar, putih kulitnya, ada sedikit lesung pipi dalam setiap senyumnya. Dan dia sangat pendiam. Berbeda dengan ku yang kadang cukup "ramai" dua perbedaan yang kontras. Membutuhkan waktu lama untuk menjadi dekat dengannya.

Pernah ketika suatu pagi kami melakukan jogging aku menanyakan banyak hal tentangnya, sampai terucap tanya dariku, "Emang pernah disakiti sahabat yah?." Dia mengangguk, diam tanpa penjelasan. Sejak saat itu aku tak lagi menanyakan banyak hal tentangnya. Toh lama kelamaan keakraban terjalin dengan sendirinya. Tanpa ikrar kami telah menjadi sahabat.

Aku juga dikenalkan dengan sahabat kecilnya yang kebetulan tinggal di perumahan yang sama. Ia tinggal di Blok E agak jauh dari blok kami tinggal. Reynita namanya. Dia berwajah seperti gadis jawa, nampak lembut, tapi Reynita seorang yang menggambarkan ketegasan, juga sangat gemar dalam mempelajari agama. Sebetulnya, keduanya hampir sama. Mutmainah sendiri pernah tinggal di pondok Pesantren. Reynita, masih duduk di kelas 2 MAN 1 Serang, umur kita lagi-lagi sama. Dan latar belakang keluarga mereka, notabene orang yang paham akan hal agama. Mengenali mereka, menjadi nilai tambah tersendiri untuk kehidupanku saat itu. Aku yang hanya seorang PRT dan alhamdulilah, atas rizki-Nya melalui om Christ  sebagai perantara yang menyekolahkan aku. Kami menjadi akrab bertiga.

Meskipun aku lebih akrab dengan Mutmainah karena jarak kedekatan rumah kami. Hingga setelah kelulusanku dari Mts, Om Christ menyarankan aku memasuki SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas) Padahal aku memimpikan sekolah di MAN 2 Serang, yang ketika itu menjadi role model di Kabupaten Serang. Untuk menjaga hatinya, mau tidak mau aku mendaftar juga di salah satu SMEA favorit di kota Serang. Alhamdulilah, aku tidak diterima. Maka menjadi kesempatan emas untuk aku mendaftar di MAN 2 Serang dan akhirnya aku diterima... alhamdulilah.

Setelah aku sekolah di Serang, kita jadi semakin akrab aku, Mutmainah dan Reynita. Meskipun tak satu sekolah, tapi kita satu arah. Mutmainah, di SMU 1 Kramatwatu Serang, Reynita MAN 1 Serang dan aku MAN 2 Serang, lebih jauh dari keduanya. Menjadi hal yang menyenangkan ketika terkadang kami pergi jalan-jalan bersama mengelilingi kota Serang ke Royal Ciceri dan banyak lagi. Juga menjadi hal yang mengasyikan saat kami juga bersama-sama menonton konser nasyid di GOR (Gelanggang Olah Raga) Serang, atau ketika menghadiri acara-acara tertentu di Islamic Center Serang. Dan yang paling berkesan adalah tatkala kami bertiga bersama-sama menuju kota Bogor demi sebuah pengalaman mencari perguruan (dalam episode ini, harus tertawa, apa bersedih yah...?? :D).

Ah, Indahnya persahabatan. Allah telah banyak menolongku, dalam berbagai segi majikan yang baik, juga sahabat-sahabat yang baik. Aku juga mengenali keluarga mereka. Sering berkunjung ke tempat mereka tidur di rumah mereka. Diam-diam, dalam persahabatan kami mungkin ada yang mereka tidak ketahui dariku. Ketika ke rumah Mutmainah, mengenali keluarga mereka, dan bercengkrama dengan keluarga mereka ketika pulang aku sering dihimpit kedukaan. Duka merindukan kehangatan keluarga sendiri dimana ada aku, ayah ibuku juga saudara-saudaraku.

Pernah sekali itu sehari setelah lebaran ketika aku pulang dari rumah Mutmainah, aku pulang dengan kesedihan yang dalam. Sepanjang jalan Pengoreng-Merak aku banyak menitikan air mata. Ah, terlalu cengeng aku tak menghiraukan teguran orang-orang "jahil" di dalam angkot. Bahkan ada yang mengusik "sepertinya, dia lagi sedih." aku tetap memandang, ke luar jendela angkot. Dengan Reynitapun, kadang aku memiliki perasaan yang sama. Tak hanya itu aku juga kadang cukup cemburu kepada mereka. Sewaktu lebaran, ketika mereka menunjukkan baju-baju mereka, kadang aku dibuai sayu, ingin seperti mereka yang setiap kali lebaran hampir selalu membeli bahan baju, menjahitnya dan membeli juga kerudung dan lainnya.

Tak sampai di situ rasa cemburuku. Mutmainah, sering membeli dan bertukar hape, Reynita, mudah sekali dan sering membeli buku dalam jumlah yang banyak. Sedangkan aku, kadang harus lebih cermat mengatur gaji dari Om Christ untuk biaya sekolah, main dan lainnya. Aku sering tertatih dalam finansial ketika itu. bahkan, untuk uang ujianpun, aku harus meminjam pada Mutmainah setengahnya (aku lupa, dah lunas apa belum :D, tolong ingetin Sis). Tentunya, cemburu itu kusimpan rapat-rapat. Aku jarang menyuarakannya. Aku masih bisa tertawa dan tersenyum bersama mereka, itu juga kebahagiaan yang tak terkira.

Itu cerita beberapa tahun dulu. Kini kami jarang berkomunikasi. Maklum, mereka sudah dengan kesibukan keluarganya. Kadang, sering smsku tak berbalas. Kalau tidak menelpon, aku tidak akan mendapat khabar. Dan sekarang mereka telah mempunyai acount facebook memudahkan aku untuk berkomunikasi. Sesekali, aku dengan Mutmainah chating. Bercerita banyak hal tentang masa lalu, kini dan kemudian.

Ada yang membuatku terkejut, ketika beberapa waktu lalu chat dengan Mutmainah. Setelah dia membaca postingan, "Bukan Kisah, Laila Majnun" dia memberikan komentar "Eli sekarang pinter nulis." "Ah, bukankah dulu, teh Mut lebih pinter?." "Iya, itu dulu. Tapi sekarang gak pernah nulis lagi, jadinya tumpul. Aku iri sama Eli." "Iri? untuk apa? mosok githu aja iri...???" "Iri untuk kebaikan khan gak apa-apa Li..??" Deg, aku cukup terkejut. Iri untuk kebaikan...??? Masya Allah.. betapa dhoifnya aku. Dulu, dulu sekali, aku juga sering iri kepadamu sobat, tapi, aku iri dalam bentuk materi. Innalillahi... Bukankah, iri dalam hal kebaikan itu diperbolehkan? yaitu kepada ahli ibadah, juga iri kepada orang kaya yang mendermakan hartanya di jalan Allah. Innalillahi, betapa iriku sangat tak berarti dulu.
Domino ala domino Ono babu nggendong Chino Chinone nangis bae Didolani motor mabur Motor mabur kapal udara Numpang sepur butul Jakarta Jakarta akeh lumute Tukang becak akeh duwite Duwite satus selawe Nggo tuku roti bae
Dulu sekali, ketika aku kecil aku sering banget mendengar dendangan lagu itu dari ibuku, juga terkadang dari saudara-saudara ibuku. Semakin lama, aku semakin hapal dengan lirik-lirik tersebut. Bahkan, ketika aku menggendong keponakan-keponakanku sebelum tidur, aku sering mendendangkannya. Artinya dalam bahasa Indonesia, lebih kurang begini,
Domino ala domino (ini aku nggak paham hehehe..) Ada pembantu menggendong China (maksudnya, anak majikannya) Chinanya selalu menangis Diberi mainan pesawat Pesawat Kapal udara Naik sepur sampai Jakarta Jakarta banyak lumutnya Tukang becak banyak uangnya Uangnya seratus dua lima (Rp.125) Untuk beli roti saja
Di kampungku dulu, tidak banyak orang yang jadi pembantu. Dan ia, banyak mendapat cemuhan dari beberapa masyarakat sekitar. Katanya, "ngapain jadi babu, mau-maunya nyuci daleman orang!" dan lain-lain, kata yang nggak enak. termasuk yang jadi PRT, adalah ibuku, juga beberapa saudaranya. Mereka, bekerja di Tegal, dengan majikan beretnis China. Ada juga, seorang tetangga, yang bekerja di Pekalongan, dengan majikan beretnis China juga. Ketika itu, aku masih kecil. Aku tidak berapa ingat, bagaimana kisah-kisah mereka. Setahuku, ibuku dan yang lainnya baik-baik saja. Dan, menjadi sebuah pengertian kepadaku ketika kecil, bahwa orang China itu, pasti kaya-kaya. Dan, sepanjang perjalananku menjadi PRT, aku justeru tak pernah ditemukan dengan majikan beretnis China. Jadi, aku nggak tahu pasti, gimana rasanya bekerja dengan mereka. Kini, dalam dunia tanpa batas, dunia maya aku menemukan berbagai macam teman juga berbagai profesi dan kalangan. Diantaranya, adalah Mbak Fanny. Aku gak tahu, kalau mbak Fanny beretnis China. Dan, sebagai newbie kadang aku sering segan, untuk komentar di beberapa blog. termasuklah, blog mbak Fanny. Kenapa...?? yah itu tadi, aku masih terbawa-bawa dogma dari kecil hehehe... Apalagi, mbak fanny seorang lawyer (bener nggak mbak...?? :D) Dan, perubahan itu terasa setelah kedekatanku dengannya, semenjak mbak Fanny pulang dari melancongnya ke luar negeri. Hmmm.. Nyesel deh, nggak akrab dari awal-awal, soalnya, waktu itu khan mbak Fanny ke Malaysia juga :(. Dari situ, aku mulai rajin ke blognya untuk membaca tulisan-tulisannya, dan memberikan komentar. Tak cuma itu bahkan, mbak fanny pernah menghadiahkan buku untukku. Duh, betapa senangnya. Rupanya, mbak Fanny cukup friendly. Bahkan, ia sangat baik dan mau berbagi ilmunya dengan dunia fiksi. Mbak Fanny sampe mengupas cerpenku, yang katanya genrenya, sastra moderen. Bah, apa pulak ini...?? aku tak paham hahahaha... Mbak Fanny juga rajin, berkunjung ke blogku, setiap aku memberikan komentar. Ada yang sedikit heran di kepalaku dan menjadi pertanyaan. Tentang keberadaan mbak Fanny di Jakarta, tapi mbak Fanny nggak pernah ikut beberapa acara blogger. Seperti, pesta blogger dan Amprokan blogger. Mungkin karena kesibukannya. Padahal, beberapa blogger yang datang, aku lihat justeru mereka malah jarang ngeblog. Aku mengenali mereka, sama-sama dari dunia maya, tapi mereka tidak begitu aktif di blog. Anehnya, ketika ada acara, kok mudah tampil yah..?? hehehe.. jangan ngambek yah, yang ngerasa (tapi, yakin deh gak bakalan baca, soale tuh orang dah jarang banget ngeblog, apalagi BW) Beda dengan mbak fanny, blogger aktif dan produktif ini, seolah ingin menjadi blogger sejati. Full memposting, rajin BW, mengejar postingan pokoke mah, apa wae, yang rajin-rajin ngeblog, disandang oleh mbak fanny. Tak heran, ketika postingannya sudah hampir mencapai 1000 dalam waktu dekat ini. Ck.. Ck... Ck... Dan tulisan ini, adalah dalam rangka posting ke 1000 mbak fanny, semoga aku dapat buku yang aku inginkan :)
Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, Insya Allah, klub Buku Online akan kembali membuka sesi untuk bulan ke 4. Meskipun, bulan ke 3 kemarin, lebih cenderung kepada gagal dilaksanakan. Tapi, ini tidak menyurutkan langhkah, untuk kembali menyusun rancangan untuk klub buku selanjutnya. Setelah ngobrol dengan beberapa teman klub buku online, Insya Allah kita akan menentukan beberapa buku, untuk dipilih dan kemudian dijadikan rujukan untuk dibahas pada bulan Mei.
Buku pilihan untuk Klub Buku Online bulan ke 4, kita menentukan buku lokal. Pada bulan pertama, kita memilih buku terjemahan, bulan ke dua buku lokal, bulan ketiga juga buku terjemahan. Beberapa buku pilihan untuk bulan ke 4; 1. Galaksi Kinanthi, (Tasaro GK) 2. Negeri 5 Menara, (A Fuadi) Silakan, teman-teman semua tentukan, buku mana yang akan didiskusikan. Buku pilihan terbanyak, itulah yang akan didiskusikan. Insya Allah, waktu konfrensi, akan diberitahukan menyusul setelah judul buku ditentukan. Dan, untuk teman-teman baru, yang akan bergabung mungkin masih sedikit bingung dengan peraturan klub buku online. Sekilas, tentang klub buku online. Klub ini, terbentuk didunia maya, sejak tahun kemarin. keanggotaan klub buku online, terbuka kepada siapa saja. Dengan syarat, ia harus membaca buku-buku yang kami tentukan saat konfrensi. Konfrensi, kita adakan melalui yahoo messenger, chating seperti biasa, hanya saja, kita membicarakan tentang buku. Apa dan bagaimana jalan cerita buku tersebut, kekurangan, kelebihan juga konsep kepenulisan. Setelah konfrensi, biasanya salah satu dari kita akan membuat resume. Juga, salah satu diantara kami, ditugaskan untuk mereview buku tersebut. Tugas tersebut, tidak dipaksakan. Dan, untuk tata cara konfrensi, teman-teman yang belum tergabung, silakan add yahoo messenger penanggung jawab (sekarlangit01@yahoo.com). Untuk selanjutnya, kita tunggu berita selanjutnya. Sebuah postingan singkat, setelah berbincang dengan moderator Klub Buku Online melalui twiteer. Tertanda, Penanggung jawab (Anazkia) dan Moderator (Mbak fanda)
Gara-gara tampilan blogku, yang kata orang-orang cantik (ehem..ehem...) aku sering ditanyain ini itu, sama temen-temen yang baru singgah di rumah mayaku. Mereka nanyain, gimana sih, caranya bikin blog kayak githu? Pokoke, banyak deh, pertanyaan gimana...?? Aku kadang garuk-garuk kepala, meskipun pada hakikatnya nggak gatal. Soalnya, aku nggak begitu paham banget, sumpe! Jujur, untuk urusan blog, kadang aku mudah menyerah. Dan, mau tahu, siapa yang selalu mengutak-atik blogku, yuk kita lihat sejarahnya... :) (ini gara-gara dikasih tag sama adik ipar nih...)
1. Apakah nama profile blog-mu? Apa artinya? Anazkia. Nama famous aja huehehehe.. gossip ah, itu nama imelku :) 2. Apakah nama blog-mu, apa artinya dan mengapa dinamakan seperti itu? Belajar dan Berukhuwah. Sewaktu membuat blog ini, dibuatkan sama seorang sahabat. jadi, tujuannya adalah untuk pembelajaran aku menulis juga menjalin silaturahmi dengan sahabat-sahabat lainnya. 3. Sejak kapan mulai tertarik untuk membuat karya tulisan? SD :) tapi, nggak pernah nulis, cuma pengen doank :)) 4. Apa motifasimu membuat blog ini? Pengen belajar nulis aja 5. Siapa yang menginspirasimu untuk membuat blog? Pak Agus Syafi'i, seorang dosen, di sebuah perguruan tinggi di Bogor, kalau nggak salah. 6. Siapa(-siapa) teman bloger yang mengajari dan membantumu membuat blog? (say something for apreciation) Setelah termotifasi dari pak Agus, kemudian aku menghubungi Arwani, sahabat mayaku meminta pertolongan untuk dibuatkan blog. meskipun dia sendiri juga nggak tahu menahu, akhirnya, terlahir juga blog ini :). jadi, kalau ada yang nanya blognya cantik, ini kreasi Arwani juga yah...?? Tidak sepenuhnya aku :) 7. Sekarang sudah punya berapa blog? Apa aja? Bentar-bentar, tak itunge... kayake, 6. Multiply 2, blogspot 2, wordpress 1 dan blogdetik 1. tapi, semuanya gak keurus :)), eh ada lagi ndink, dagdigdug, passwodnya aku dah lupa :)), hosting juga ada :D 8. Pertanyaan-pertanyaan di atas dihibahkaan kepada Buwel, teh Annie, Curhat fanda sama Mbak Ajeng :) Sekalian majang award, dari bang Atta :), abangku yang ngasih award, adik iparku yang ngasih tag :)
Adalah sebuah kisah nyata, dari sebuah desa. Cerita cinta, tentang beberapa insan manusia. Mungkin, ia tak seheboh hikayat Laila Majnun juga, tak seromantis kisah Romeo dan Juliette sentuhan William Shakespeare. Kadang, heran juga ketika penulis mencari sebuah ilham. Lihatlah, Shakespeare, ia harus rela jauh-jauh datang ke kota London hanya untuk menyewa rumah di Verona, tak jauh dari Colosseum Verona. Konon, Shakespeare ingin menyerap gairah cinta Italia. Maka, lahirlah kisah romantis Romeo dan Juliette.

Ok, back to kisah cinta beberapa insan versi Anazkia. Sekilas pembuka tadi, bukan hendak menyaingi Shakespeare tentunya. Aku juga nggak perlu jauh-jauh ke London :D. Mungkin, kisah ini mengandungi hikmah. Ketika aku kecil-kecil dulu, di desaku, ada seorang gadis namanya Sarti'ah, nasibnya tak seberuntung gadis-gadis lainnya. Seingatku, ia tak mengenyam bangku sekolah sama sekali. Ia cenderung dikucilkan. Bahkan, warga sekitar, menganggapnya "miring" Tuduhan itu, disebabkan ia sering dan bahkan selalu tersenyum, saat melihat siapapun. Nggak nyambung kalau diajak ngobrol. Maka, terjadilah sebuah sindiran siapapun yang cengar-cengir sembarangan, tak segan-segan ia akan mendapat julukan, "Seperti Sarti'ah."

Sarti'ah, tinggal bersama kedua orang tuanya. Ia merupakan anak tunggal. Rumahnya, tepat berada di belakang rumah mbak Tina. Berbeda dengan Sarti'ah yang dianggap miring, justeru mbak Tina adalah kebalikannya. Ia orang yang cukup cantik, tinggi, berkulit putih dan ia adalah salah satu gadis yang beruntung di desaku, karena ia dapat mengenyam bangku sekolah. Bahkan, sampai tingkat SMA. Di kampungku, tahun 90an dulu, jarang sekali yang belajar sampai SMA.

Ayah mbak Tina, seorang warga beretnis China. Secara material, mbak Tina juga dari keluarga berada. Sarti'ah dan kedua orang tuanya, seolah menjadi "pembantu" dalam keluarga mbak Tina (aku nggak tahu pasti apa kaitan antara kedua orang tua Sarti'ah dan mbak Tina). Ketika aku masih di Sekolah Dasar, tersiar khabar, bahwa Sarti'ah akan segera menikah. Kabar itu, membuat seluruh warga di desaku gempar. Gerangan siapa suaminya, hampir dipertanyakan setiap orang. Maka, terlaksanalah pernikahan sederhana itu. Sayangnya, aku tak dapat menyaksikan langsung akad nikah mereka. hanya bisa menghadiri do'a selamat yang diadakan di rumah mbak Tina.

Ketika Sarti'ah menikah, mbak Tina masih berada di bangku SMA. Akhirnya, aku bisa juga melihat sosok suami Sarti'ah. Subhanallah.. Allahu Akbar... Sungguh kuasa Allah. Ratmo namanya, ia berbadan tidak sempurna, dengan tangan kirinya yang lebih pendek, dan cenderung masuk ke dalam. Sementara kakinya, juga tidak sempurna. Saat berjalan pun, ia terpincang-pincang dan matanya, juga sepertinya tidak sempurna. Sepengetahuanku, ia juling, nada bicaranya juga tak jelas. Ah, sungguh sandiwara hidup. Sarti'ah, sosok yang kumal, giginya tersusun rapi, tapi sayangnya ia kuning berderet rapi, menadakan ia tak pernah menggosok gigi. Sementara rambutnya, kelihatan sangat tak terurus.

Aku masih mengingatnya, setiap kali bertemu denganku, ia selalu memarkan giginya, dan tak lupa selalu menegurku. Hingga kini, aku tak dapat melupakan senyumnya. Senyum ketulusan. Hari-hari berlalu. Warga, tak lagi mengunjingkan Sarti'ah. Justeru, mereka kagum dengan suaminya. Ratmo, sungguh sosok suami yang bertanggung jawab. Ketika baru awal-awal lulus SD, aku bekerja di sawah, nguli pada seorang juragan. Di sana, aku sering dan selalu melihat Sarti'ah dan Ratmo bekerja bersama-sama. Tentunya, tidak berbarengan. Karena, kerja perempuan dan lelaki terpisah. Di saat mereka sibuk bekerja, Mbak Tina justeru sibuk di alam persekolahan. Konon ceritanya, ia bercinta dengan seorang lelaki tetangga desa anak seorang kepala desa. Kami semua, memakluminya. Mbak Tina, memang wajar bersanding dengan anak kepala desa tersebut. Hari-hari berlalu.

Hingga pada akhirnya, nasib membawaku pada sebuah kota. Dan aku, tak lagi mengetahui kisah-kisah mereka. terakhir yang aku tahu, Sarti'ah sudah mempunyai anak. Anaknya perempuan, cantik. Tak mengalami kecacatan sedikitpun. Subhanallah... Sungguh kuasa Allah. Sesekali, ketika berada di rantau, aku mendengar khabar juga dari orang-orang yang pulang ke kampung halaman. Katanya, mbak Tina, sudah menikah dengan anak kepala desa. Saat aku pulang ke kampung, aku jarang sekali keluar rumah. Hingga pada tahun 2007 lalu, setelah sekian lama, aku berada di perantauan aku kembali ke kampung halaman. Setelah sebelumnya, aku memijakan kaki di kota Cilegon. Berada begitu lama di parantauan, kadang membuat beberapa orang, tidak mengenaliku. Dan, banyak juga aku tidak mengenali "orang-orang baru" di kampungku.

Orang-orang yang dulu sangat kecil ketika kutinggal, kini justeru sudah besar dan postur tubuhnya, lebih besar dari aku. Tak heran, tatkala beberapa orang menegurku dengan kalimat yang sama, "Mbak Ana kok kecil aja yah...??? padahal, udah sampai ke Malaysia." Kalau dah ditegur githu, biasanya aku akan senyum semanis mungkin tanpa diminta. Dan, saat aku ke rumah teman SD. Aku melintasi rumah Mbak Tina. Rumahnya semakin cantik, dengan bangunan moderen. Sementara, mbak Tina duduk termangu di depan rumahnya. Aku menegurnya berkali-kali, dan memberikan senyuman. Sayangnya, ia sama sekali tak mengenaliku. Barulah, ketika aku menyebutkan nama akhirnya ia kembali mengingatku. Mbak Tina masih cantik. Bedanya kini ia lebih kurus. Wajahnya, tak lagi seceria dulu, pipinya tak lagi gebu bahkan, wajahnya sangat tirus.

Setelah aku bertanya kepada handai taulanku, rupanya, mbak Tina sudah bercerai dengan suaminya. Sungguh gambaran panggung kehidupan. Bertemu, berpisah, semua adalah ketentuan. Yang lebih menyedihkan, tentunya tatkala mendengar kisah sumaminya mbak Tina :(. Sementara, Sarti'ah, ia masih seperti dulu. Dengan rambut tak terurusnya. Dengan senyum ketulusannya, ia masih memamerkan gigi-gigi kuningnya. ia masih suka memakai baju yang modelnya begitu-begitu juga, ia juga masih bertelanjang kaki tak peduli, hujan atau panas menerpanya.

Ketika aku bertemu dengannya di pemandian umum, ia menggendong anak lelakinya itu berarti, Sarti'ah memiliki lebih dari seorang anak. Ia masih menegurku, tersenyum padaku dan menanyakan, soalan yang dia sudah tahu jawabannya. "Ko lagi ngumbai yah, An..???" (kamu sedang mencuci yah, An...?). Ratmo, suaminya masih seperti dulu. Sosok suami yang bertanggung jawab, dengan segala kekurangan pada tubuhnya. Ketika hari panas-panas, menjelang sore ia berkunjung ke depan rumah bu likku. Anaknya, meminta buah jambu. Setelah mendapat keizinan, anaknya langsung meluncur naik ke atas pohon. Aku mengintai, dari balik jendela. Ratmo, masih kelihatan lugu seperti dulu. Setelah selesai mengambil jambu, anaknya segera turun dan menghampirinya. Aku mencari-cari makanan ringan di dalam rumah, ingin kuberikan kepada anaknya. Hanya ada beberapa bungkus kerupuk. Aku segera mengeluarkan dan memberikan kepada anaknya. Ratmo, sekilas melihat ke arahku, meskipun matanya tak tertuju kepadaku. Ia mengucapkan terimakasih. Ratmo, kelihatannya cukup telaten meladeni kelatah dan kelakuan anaknya. Sementara aku, kini tertatih-tatih menuliskan kisah mereka.

Dengan menganggumi kekuasaan-Nya. Sungguh, betapa kemuliaan itu tidak memandang kepada rupa dan derajat manusia. Secara hakikatnya, Ratmo dan Sarti'ah cukup tersisih dari warga desa. Bahkan, sampai kini, kadang mereka masih mendapat celaan. Aku tak pasti, apakah mereka mengenali bahasa tulis. Berbeda, dengan mbak Tina dan anak kepala desa, keduanya mengenali bangku sekolah. Tapi, nasib baik tidak menyebelahi mereka.
Tapi bulan selalu saja sembunyi di balik awan
Keharusannya menerangi ketika matahari tertidur lelap dan ketika manusia di bumi sekarat dalam gelap ketidakberilmuan bulan asyik bersolek dengan pulasan lembut warna temaram pesonanya selalu meninabobokan dan dongeng selalu tentang bulan tapi bulan lebih suka sembunyi di balik awan

Bintang dengan suluh tajamnya mampu menembus celah awan dan selalu setia meski malam pekat
Bintang adalah guru yang setia bercahaya di kegelapan
Guru adalah bintang walau satu titik tetap bercahaya pemberi penerangan pada manusia sekarat menjadi bermakna
 Dan ilmu selalu tentang bintang tinggi
Tinggi adalah sabar dan sabar selalu bernilai tinggi meski pesonanya tak secantik bulan meski tak pernah ada dongeng tentang bintang meski bintang tak pernah purnama meski hanya ada satu nyanyian ”bintang kecil di langit yang tinggi” bintang takkan pernah sembunyi di balik awan
Sebuah dedikasi, dari seorang guru. Guru, jasamu tiada tara. Tugasmu mengemban amanah, mencerdasakn kehidupan anak bangsa. Semoga ilmumu, menjadi amal jariyah, Insya Allah...
Dalam perkembangan persahabatan kita, aku telah berani mengambil keputusan untuk memasuki lapisan kesedihan. Aku tahu resikonya. Karena aku tidak tahu apakah kamu juga bersedia memasuki kesedihan yang setara. NN : Aku tidak menuntut kesediaanmu
Sebab :
Aku tidak mempunyai hak atau tuntutan apapun terhadapmu, seandainya kamu membiarkan diriku terbenam dalam lapisan kesedihan, kamu tidak salah. Dan, kamu tetap aku “cintai” dengan doa, dengan doa yang khusuk. Dilihat dari sudut alamiah, kamu begitu jauh dariku, akan tetapi dilihat dari sudut batiniah kamu begitu dekat, bagaimana denganmu? Seandainya kamu mendekat seujung jari aku akan mendekat selangkah lagi. Dalam mata ku tidak bisa merasakan tetapi dalam doa. Bila doaku khusuk itulah tandanya kamu mendekat lebih dekat dan lebih cepat. Apakah aku akan akan bahagia dengan mencintaimu? Dengan terus menerus mencintaimu? Juga bila kamu membalas dengan cinta yang setara? Aku tidak dapat mengatakannya. Karena : Allah tidak dapat didikte Allah tidak dapat dituntut Melainkan hanya dapat diharapkan Seandainya Allah mengabulkan permohonan kita bersyukurlah kita, sebaliknya bila tidak bersabarlah kita. Bahkan didalam bersabar kita bersyukur dan begitu juga dalam bersyukur kita bersabar. Sebab : "Apapun keputusan Allah adalah yang terbaik bagi kita" Kenyataannya ialah : Aku tidak menuntut apa apa kepadamu dan aku juga tidak menuntut agar kamu mencitai aku. Seandainya kamu membalas cintaku itu hanya berkah dari Allah dan begitu pula sebaliknya jika juga tidak. Malanglah bagi mereka yang merasa malang hanya oleh karena cinta mereka tidak terbalas. Dimataku terlihat dengan terang bahwa penolakan terhadap suatu cinta adalah suatu kasih yang ingin menyelamatkan kedua belah pihak agar tidak saling tersiksa. Oleh sebab itu penolakan cinta dapat menjadi indah bagi sang pelamar cinta, bila dia sudi merenungkannya dengan mendalam. Alangkah bijaksananya orang yang menolaknya dan alangkah bahagianya orang yang ditolaknya. “Kebahagiaan cinta tidak dapat diukur dengan terbalas atau tidaknya, tetapi diukur dengan sanggup atau tidaknya membuat bahagianya orang yang dicintainya “
Bawalah dunia kita ke dunia mereka dan tariklah dunia mereka ke dunia kita (Quantum Learning). Sebuah kalimat yang manis dan memiliki makna cinta. Berbicara tentang “cinta”, kita akan teringat dengan seseorang yang selalu mengisi ruang rindu dan selalu kita ingat sepanjang hidup. Bahkan kita akan teringat secara detail lembar demi lembar cerita indah yang pernah kita lalui bersamanya
Dalam tulisan ini makna “cinta” yang dimaksud adalah cinta guru terhadap siswa didiknya. Mencintai siswa itu membutuhkan ketulusan dan keikhlasan. Manakala raga dibenturkan dengan segala persoalan yang membalut, hati hendaknya membuang praduga dan melepaskan segala prasangka. Saat cinta itu mulai menyumbul jangan biarkan dia melayu. Dan manakala kasih tlah berlabuh dalam hati, bukalah pintunya agar benderangnya dapat menyinari pemilik hati gersang. Itu semua tercurah untuk menumbuhkembangkan siswa didik. Tidak ada kerinduan yang paling dalam bagi seorang guru kecuali rindu pada siswa didiknya. Mata batin guru adalah mata batin siswa yang menapaki jalan setapak untuk meneruskan perjalanan menuju padang kehidupan. Terbentang lebar belantara yang harus ditapaki untuk menjadi guru yang penuh pesona cinta, adalah belantara tandus, terjal penuh onak dan duri. Kadang bebatuan mengganjal, melukai perjalanan guru untuk mencapai oasis. Luka kerikil tajam yang merobek kedalaman kasih tulus itu, kadang menyudutkan guru dalam kebimbangan, walaupun sesungguhnya Sang Pemilik Hati tlah menguji kesetiaan guru. Cinta ternyata butuh pemahaman dan kesadaran untuk bisa menerima perihnya. Seorang guru tak kan mungkin mampu melukiskan cinta pada kanvas pembelajaran bila tidak memiliki kesadaran utuh menerima cinta apa adanya Namun, seganas apapun belantara yang harus ditapaki, jika sang guru bertekad tegar setegar karang menahan gempuran ombak, tiada jalan yang tak dapat ditapaki. Bekal dasarnya adalah kuncup niat dalam raga, setangkup cinta sejatinya, dan sebongkah ketulusan. Siswa ada dalam bingkai diri guru dan guru sewarna dalam pelangi senyum siswa. Bila guru berharap semua siswa didiknya antusias, damai, bahagia dan harmony dalam mensesap pelajaran tentu saja sang guru harus menaburkan benih rasa cinta yang tulus kepada mereka.
Sabtu lalu, 27 Maret 2009 ketika aku mendapat undangan dari Presiden UNIMIG (Union Migrant) untuk menghadiri dialog dan silaturahmi dengan Dr. Sohibul Iman, anggota DPR PKS dapil luar negeri, aku mendapat kesempatan untuk bisa sedikit berdialog dengan beliau. Terimakasih kepada Pak Iqbal, yang selalu memberikan kesempatan untuk aku mengikuti berbagai acara berkaitan dengan UNIMIG. Sebetulnya, tak semua acara yang disodorkan oleh beliau, aku bisa dengan mudah mengikutinya. Terkadang, berbenturan dengan kesibukanku di rumah. Kepercayaan beliau, untuk selalu melibatkan aku ke berbagai undangan UNIMIG buatku, ia adalah sebuah semangat dan dorongan, supaya aku, tak hanya "berteriak-teriak" di blog saja. Seperti pesannya beliau di facebook dulu, "Kalau ada apa-apa cadangan silakan diusulkan di sana" Itu saat beliau mengundangku menghadiri undangan dialog di KBRI. Sayangnya, aku tidak bisa menghadirinya.
Bertempat di restoran pelita nasi kandar lantai 2, jalan Ampang. Acara, dihadiri oleh berbagai perwakilan pelajar, para pekerja ekspatriat juga beberapa perwakilan dari Tenaga Kerja Indonesia dan dihadiri juga, oleh beberapa rekan wartawan diantaranya, TV One, Antara dan aku tidak tahu lagi (Anaz kok nulisnya basi yah? dah dua minggu githu lho :D). Sebelum acara dimulai, para peserta yang hadir dipersilakan dulu untuk menjamah makan siang, dengan menu nasi kandar. Tak lama setelah itu, acara baru dimulai. Para peserta, mungkin tidak lebih dari 30 orang. Sesuai dengan tempat yang telah disediakan dan tidak begitu besar. Setelah sedikit sesi sambutan dari beberapa panitia, akhirnya diskusi langsung dilaksanakan. Sedikit perkenalan dari Dr. Sohibul Iman, juga prolognya tentang kinerjanya di DPR setelah memperoleh amanah bekerja di DPR. Dan keberatannya, akan tugas yang diemban sebagai anggota DPR yang menaungi tiga tempat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Luar Negeri. Inilah kunujungan pertama kali beliau ke luar negeri, setelah masa jabatannya hampir setahun. Awalnya, akan datang dengan salah satu wakil rakyat dari partai Demokrat. Tapi, beliau tidak bisa hadir. Diskusi berjalan cukup lancar. Beberapa perwakilan, melemparkan segala keluh dan kesah kepada anggota legislatif tersebut. Sebagian besar penanya, adalah para pekerja ekspatriat. Dan sesi kedua, aku memberanikan diri untuk mengajukan pertanyaan. Aku menanyakan tentang tuntutan gaji RM. 800 dari pemerintah Indonesia, kepada Kerajaan Malaysia untuk para pekerja rumah tangga, apakah ia akan menjadi tuntutan, atau akan menjadi masalah runutan? Dan kedua, tentang pembubaran terminal IV di Bandara Soekarno-Hatta, kalaupun ia dibubarkan, kenapa hanya untuk TKW yang berasal dari dua negara saja (Hongkong dan Taiwan) Sementara, tenaga kerja dari Malaysia dan Timur tengah masih mengalami "Kurungan" di terminal IV?. Karena Dr. Sohibul Iman merupakan anggota DPR dari komisi 9, jadi beliau tidak bisa menjawab pertanyaanku. Beliau akan berusaha menyampaikan keluhan tersebut kepada komisi 11 juga BNP2TKI (Badan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) Wallahu'alam. Semoga amanah itu dapat tersampaikan. :) Selama ini, gaji pembantu dari Indonesia berkisar antara RM.400-RM.600 meskipun, ada juga beberapa yang mendapat gaji RM.700. Ada syarat-syarat khusus yang diberlakukan oleh pihak Imigrasi Malaysia untuk mengambil pembantu dari Indoensia. Diantaranya, majikan harus berpendapatan tidak kurang dari RM.3000. Juga, calon majikan harus memenuhi beberapa kriteria, misalnya, kedua-dua suami isteri bekerja, ada anak kecil yang harus dijaga, atau ada orang tua lanjut usia, yang harus dijaga. Juga segala adminstrasi yang harus dipenuhi. Dan, pengambilan pembantu rumah tangga memerlukan biaya yang cukup besar. Beberapa agen, berbeda-beda meneptakan bayaran. Bayaran itu berkisar antara RM.3500-RM.6000. Bahkan, katanya ada yang sampai RM.7000 (RM.1=Rp.2600) Melihat syarat dan ketentuannya, adakalanya banyak juga para keluarga yang berpendapatan kurang dari RM. 3000 membutuhkan khidmat pembantu. Dan, melalui beberapa survey kecil-kecilan aku menanyakan kepada para ibu rumah tangga muda, dengan pendapatan mereka yang hampir mencecah RM.10.000 berdua (suami isteri), juga merasa keberatan untuk membayar gaji pembantu sebesar RM.800. kalau untuk keluarga yang berpendapatan begitu besar saja keberatan, bagaimana dengan majikan yang berpendapatan kecil? Aku mengkhawatirkan, akan lebih banyak pembantu, yang tidak dibayar gajinya. Dan menjadi masalah runutan baru, akan semakin banyak tenaga kerja yang bermasalah dengan gaji :( Semoga, pemerintah Indonesia lebih memperhatikan kesejahteraan para tenaga kerjanya di luar negeri. Tak hanya melakukan tuntutan-tututan, yang kelak akan merugikan tenaga kerja itu sendiri.
Banyak yang bilang, diangkatknya Kartini sebagai pahlawan wanita adalah karena beberapa tulisan-tulisannya yang banyak tersebar di Belanda. Mungkin kita sudah biasa mendengar "Dari gelap, Terbitlah Terang" Ia adalah bentuk ketakjuban Kartini, kepada guru ngajinya Syekh Saleh Darat. Ulama besar pada masa itu. Atas penjelasan surat al-Baqarah, ayat 257. terutama, pada penggalan ayat, "orang yang beriman dibimbing Allah dari gelap menuju cahaya". Sehingga dalam surat-surat Kartini banyak dijumpai kata-kata "dari gelap menuju cahaya". Yang ditulis dalam bahasa Belanda sebagai : "door duisternis toot licht". Yang kemudian dijadikan kumpulan surat Kartini oleh J.H. Abendanon.
Itu pahlawan wanita dari jawa. Ada juga, pahlawan wanita dari Aceh, Cut Nyak Dien yang mengankat senjata ke medan perang, tapi namanya tidak diabadikan sebagai pahlawan bangsa. Juga, ada Ratu Sinuhun dari Palembang. Seorang ratu yang menyusun undang-undang simbur cahaya, sebuah kitab hukum adat yang berlaku bagi masyarakat Palembang (Sumatra bagian Selatan) saat itu. Dan tahun 2008 lalu, para perempuan di palembang, menuntut gelar pahlawan untuk beliau. Itu sekilas tentang tiga perempuan, sosok pahlawan yang keberadaannya sangat memukau keadaan zaman ketika itu. Andaikan mereka hidup di zaman ini, akankah mereka mempunyai blog, seperti perempuan-perempuan kini kebanyakan. 3 perempuan itu, menjadi pahlwan dengan caranya juga dengan perbedaan-perbedaannya. Sebtulnya, aku tak ingin membahas mereka satu persatu. Itu hanya sebuah pengantar, tentang 3 perempuan, yang beberapa hari ini bersarang dikepalaku. Pertama, adalah seorang perempuan ilalang keras kepala, dan sangat yakin dengan sesuatu yang disebut our own purity/our own sense dalam kepenulisanya. Kadang, ia selalu berlindung, dibalik tulisan-tulisan tajamnya. Selalu menggunakan bias kata pada makna-makna yang dituliskannya. Aku mengenlinya di dunia maya, sangat tertutup. Tapi, itu dulu. Kini, ketika aku mengenalinya lebih akrab, aku dibuatnya terkagum-kagum. Pantas saja, tulisannya lain. pantas saja, tulisannya lancar dan mengalir, rupanya ketika kuliah dulu tulisan-tulisannya sudah menebar di berbagai media. Duhai perempuan, engkau kadang membuatku malu dengan segala ocehan tidak pentingku. Kalau hendak bertanya siapa mereka di balik tulisan-tulisannya, tanyalah, siapa karya yang dibaca mereka...??? kadang, kita akan menemukan sedikit tentang mereka. begitulah pada wanita pertama, ia bacaanya beda, pada satu orang perempuan ketiga. dan ada sedikit kesamaan, pada perempuan kedua. Meskipun pada hakikatnya, ketiga-tiga perempuan itu memiliki satu kesamaan, yaitu cinta pada kepenulisan. Perempuan kedua, sang Inong dari Aceh. Perempuan mudah senyum, mudah membuka diri, pada orang yang dikenalinya membuat perempuan ketiga merasa salut pada jalan hidup yang dilaluinya. Perempuan tegar, yang entah kesedihan apa yang disimpan dalam setiap gelak tawanya. Ia ada sedikit kesamaan, pada perempuan pertama. Pada bacaan juga pada penulis. Tapi mereka tetap berbeda pada penulisan. Meski begitu, kedua perempuan pertama dan kedua, tetap membuatku merasa bangga mengenalinya. Peempuan kedua, ia tak sehebat Cut Nyak Dien mengangkat senjata tapi, ia berani mengangkat tema-tema pada beberapa postingannya. tentang, dunia perempuan. Dan, terakhir, adalah perempuan ketiga. Perempuan, yang menurut perempuan pertama lemah lembut dan pembelajar. Juga, menurut perempuan pertama, ia cukup berani bertemu dengan perempuan pertama yang keras kepala. Mungkin ia tak sehebat Kartini, pada tulisan-tulisannya. karena, ia perempuan yang terlalu lugu, pada setiap tulisannya. perempuan yang lembut, tapi cukup ego dalam menulis keakuannya. Ia, tetaplah perempuan dengan kesederhanaannya. yang tak pandai berbias kata, seperti perempuan pertama dan kedua. Terkadang, ia seolah masih dalam tempurung, yang tak bisa sebebas burung. Ah, semoga perempuan ketiga, mampu menjadi perempuan lain yang tak sama pada perempuan lainnya, pada setiap tulisan-tulisannya. Ditulis, dalam rangka pencarian jati diri kepenulisan untuk sang penulis :). terimakasih, kepada perempuan-perempuan yang telah menginspirasi. Juga sahabat yang diulurkannya. :) dan untuk Abi, syukron atas komen-komennya di Friendster dulu yang membahas tentang kartini, ahamdulilah, bermanfaat juga :)
Menurut lembar hikayat yang aku baca, statue of liberty, milik Amerika, bukanlah buatannya. Tapi statue tersebut, berasal dari Perancis. Kok bisa yah...??? Mari kita lihat...Konon, Perancis menghadiahkan statue tersebut, sebagai lambang persahabatan. Tinggi patung tersebut adalah 91 meter di atas permukaan laut. Dibuat oleh juruukir, bernama Frederic Bartholdi, dalam rangka 100 tahun kemerdekaan Amerika. Patung tersebut, memegang buku bertuliskan tanggal 4 Juli 1776. Kalau hendak dikira-kira, sudah berapa abadkah patung tersebut? *buanyak tentunya*

Perempuanku, Ada kalanya Ia begitu sensitif Menangis, Pada hal, yang tak perlu ditangis
Perempuanku, Ada ketikanya Ia terlalu rapuh Untuk menampung segala keluh Perempuanku, Tolong, bangunlah! Tegarlah! Duhai, PEREMPUANKU! Perempuanku, Tangisilah Kalau itu, menghilangkan resah Setelah itu, Janganlah kau merasa kalah Perempuanku, Lihatlah... Masih ada yang merasa payah Masih banyak yang bergelimang lelah Lebih banyak lagi, yang bergelumang dengan 1000 masalah Perempuanku, Betulkah, kau mengalah kalah? Ah, tidak perempuanku Kau pasti memenangi perasaanmu Bukankah Illahmu, selalu mengintai gerakmu? Mohonlah, mintalah, bersimpuhlah Di sana, Kau bisa menemukan cinta-Nya Tanpa kau pinta Perempuanku, Aku cinta kamu, Perempuanku
Sedikit tergoda, membaca coretan Ayusnitha, tentang "Aku Cinta Kamu Perempuan". Asli, puisi acak kadut :D
Dapet tag dari teh Ani dan Buwel. Tag ini dah lama, tapi belum dikerjain. Aku kira, untuk orang yang dah menikah saja, tapi rupanya orang single juga banyak yang di tag. Sepertinya, tag ini berasal dari Malaysia. Beberapa pesan di blog-blog lain, katanya harus pake bahasa Melayu. Tapi, nggak pa2 han, kalau aku nulis bahasa Indonesia aja? :)
1. Siapakah diri anda di rumah ? Di rumah mana nih? kalau di rumah Malaysia, yo aku cuma khadimat atau pembokat :D 2. Siapakah diri anda menurut teman-teman anda ? Apa yah...??? Kalau yang dah akrab, biasanya bilang aku nih egois :D jadi, kesimpulannya "jangan mengatakan kebaikanku, sebelum mengenali kejahatanku" 3. Sebutkan 5 benda yang diidamkan tetapi belum tercapai ? Salah satu diantaranya adalah pergi ke Baitullah 4. Siapakah nama pasangan anda ? Nggak ada 5. Ceritakan 5 hal yang paling anda suka tentang pasangan anda! Belum tahu 6. Kapan anda menikah ? Kapan dan dengan siapa masih rahasia-Nya :) 7. Apa kenangan pahit anda bersama pasangan anda ? belum tahu 8. Lagu tema cinta anda ? nggak tahu 9. Perubahan apa yang ingin anda lihat dari pasangan anda ? belum lihat lagi :) 10. Tag 10 teman yang lain! Duh, sepertinya, semua dah dapet deh. Jadi, maaf gak mengikuti rolenya :(
Ada yang menarik dari para komentar teman-teman blogger saat postingan sebelumnya. Seperti Yoliz dan mbak fanny, yang menanyakan fotoku dengan penulis indonesia yang aku maksud. Juga, ada komentar yang membuat aku sedikit tersenyum. Komentar dari Kosong, yang sepertinya, sungguh-sungguh tak percaya ketika mengetahui ada buku Indonesia yang bisa best seller di Malaysia. Ah, padahal, bukan kali ini saja ada buku yang bisa best seller. Lihatlah, Ayat-Ayat Cinta, Laskar Pelangi, ESQ nya Arie Ginanjar dan beberapa lagi, yang jualannya laku di malaysia.
Aku juga cukup terkejut, rupanya, buku-buku yang aku beli pada pesta buku kemarin, kebanyakan penulisnya adalah orang Indonesia. Aku baru tahu, setelah membaca bukunya, dan biografi penulis. 1.Diantara Dua Deru, Arena Wati (satrawan negara tapi, beliau dilahirkan di Makassar). 2. Platun Harimau, Mohd radzi Abd Hamid (penulisnya orang Malaysia) 3. Ketika Mulut dikunci tangan & Kaki Bersaksi, Mahmudin (penulisnya, orang Indonesia) 4. Dahsyatnya Qiamullail, Mahmudin Abdullah (penulisnya, orang Indonesia) 5. ESQ Power, Ary Ginanjar Agustian (penuisnya, orang Indoneisa) 6.The Broker si Broker, Jhon Grisham(ini pasti bukan orang Indonesia huehehehe..) 7. Kiamat 2012, Abu fatiah Al-Adnani (penulisnya orang Indonesia) 8. Aisyah & Roti Canai, Ahmad Din (penulisnya orang Malaysia, dia pernah ke blog aku) 9. Wo Ai Ni Allah, Vanny Chrisma W (Penulisnya orang Indonesia) 10. Travelog Dakwah, Muhd kamil Ibrahim (penulisnya orang Malaysia) 11. Yakjuj & Makjuj, Muhammad Alexander (penulisnya orang Indonesia) Dari sebgian buku di atas, saat membelinya, aku tidak mengetahui bahwa penulisnya adalah orang Indonesia. Aku baru tahu, setelah berada di rumah. Dan, seperti janjiku kemarin, aku akan membahas buku Yakjuj & Makjuj ketika belum membacanya. Mungkin teman-teman bingung kenapa aku membahasnya, sebelum membacanya :D. Secara, buku itu sangat tebal dan aku tidak tahu, butuh waktu berapa lama untuk menghabiskannya. Ada salah informasi, sebetulnya, buku itu bukanlah novel. Tapi, ia sebuah sejarah. tentang Yakjuj & Makjuj versi Qur'an dan kisah Gog Magog versi cerita Yahudi. Penulis buku ini, Wisnu Sasongko atau nama penanya Muhammad Alexander adalah seorang dosen di Universitas Brawijaya Malang, jawa Timur. Menariknya, beliau adalah seorang arsitektur. Dan buku ini, awalnya akan dijadikan disertasi S3 Bidang sejarah dan kebudayaan (beliau sedang menyelesaikan S3nya di ITS Surabaya dalam bidang Urban Hosuing). tapi, karena ketiadaan sponsor dan beasiswa, maka niat itu diurungkan. Dan buku keduanya adalah ALEXANDER THE GREAT adalah Zuqarnain QURANI. Keduanya, telah diterbitkan oleh PTS. Ada yang pernah membaca buku Armagedon? Rupanya, buku itu ditulis oleh orang yang sama, Wisnu Sasongko. Saat aku menanyakan, "mas, buku ini dah ada di Indonesia belum?" beliau menjawabnya belum. Dan, tentang foto dengannya ketika pergi ke pesta buku, aku tidak membawa kamera. Secara kebetulan, saat aku mengobrol dengannya menggunakan bahasa Indonesia, beliau langsung mengulurkan kameranya untuk berfoto denganku. Mengapa demikian? yah kalau menurut kacamata pandanganku, mungkin karena aku orang Indonesia yang nyasar bisa berada di situ, makanya, beliau ambil kenang-kenangan. Sayangnya, beliau tidak memiliki facebook ;(. Sekilas tentang buku itu, mungkin aku akan mengambil sedikit kutipan dari salah seorang pembaca yang ada di buku tersebut, "Sebuah karya berupa sebuah pengkajian yang serius mengenai yakjuj dan Makjuj yang menggabungkan studi 3 kitab utama, Al-Qur'an, Taurat dan Injil dan dikupas secara tematik ilmiah. sekalipun isinya sangat berat karena mendalami aspek teologi dan kajian kalsik tetapi saya teruja pada pendekatan dan perbandingan yang digunakan oleh pengarang." Prof. Dr. Zulkifli Haji Mohd Yusoff, Universiti Malaya. Seterusnya, semoga aku bisa menyelesaikan kisah sejarah ini. Penulis, menghabiskan masa dua tahun untuk menyelesaikan penulisan ini. (Semoga aku tidak makan masa setahun, untuk membaca buku ini) Secara, agak berat membacanya. Owh ya, foto di atas ngambil dari salah seorang blogger Malaysia :) di sini Makasih ya... :) Salutnya, buku setebal itu,bisa menjadi best seller, dalam waktu sebulan 10.000 naskah terjual. Dan yang aku pegang, adalah cetakan yang kesepuluh *geleng-geleng kepala*
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Teman-teman

Sering Dibaca

  • Minyak Gamat Bukan Hanya untuk Obat Luka
  • Diary Blogger Indonesia
  • RM. 100 Dari Denaihati
  • Betapa Inginnya Mengumrohkan Ibu Saya
  • Beli Sprei Bisa Umroh?

Harta Karun

  • ►  2022 (5)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2021 (8)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2020 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2019 (41)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2017 (21)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (63)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (23)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2015 (137)
    • ►  Desember (25)
    • ►  November (20)
    • ►  Oktober (34)
    • ►  September (19)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (52)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2013 (40)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (12)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2012 (74)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (14)
  • ►  2011 (87)
    • ►  Desember (10)
    • ►  November (8)
    • ►  Oktober (18)
    • ►  September (13)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ▼  2010 (141)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (12)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (17)
    • ▼  April (20)
      • Hanya Impian Anazkia
      • Hidup Untuk Memberi, Acer Aspire One Untuk dimenangi
      • Antara Artis dan Penulis
      • Anazkia VS Graha Sastera
      • Mengapa Harus Kartini (Lagi)...???
      • Pernah "Melamar" mas Sugeng
      • Dulu, Aku iri Padamu
      • Mbak Fanny yang Friendly
      • Update Klub Buku Online
      • Tags ama Award
      • Bukan Kisah, Laila Majnun
      • Bintang Tak Pernah Sembunyi
      • Suara Hati
      • Cinta
      • Rm. 800, Sebuah Tuntutan atau Menjadi Masalah Runu...
      • 3 Perempuan, 3 Perbedaan
      • Kado Persahabatan
      • Perempuanku
      • Tag Dari teh Ani dan Buwel
      • Yakjuj & Makjuj
    • ►  Maret (17)
    • ►  Februari (18)
    • ►  Januari (23)
  • ►  2009 (124)
    • ►  Desember (11)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (17)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (12)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2008 (105)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (16)
    • ►  Mei (19)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (22)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2007 (30)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (12)
    • ►  Agustus (2)

Kategori

Ads Blogger Hibah Buku Celoteh Cerpen Featured GayaTravel KBO komunitas Murai Perjalanan Piknik Buku Pojok Anaz Reportase resep reveiw Semestarian Serial Sosok Teman TKW TripGratisan Volunteer

Catatan Anazkia By OddThemes | Turatea.com