Belum Pernah Aku Merindu, Pada Perasaan Sehalus Itu
Ada banyak kerinduan dalam hidup, rindu kepada-Nya. Rindu kepada sesamanya, rindu kepada kedua orang tuanya. Juga, rindu kepada tempat-tempat yang di rindukan. Tak semua kerinduan tercapai dan sampai. Ada kalanya, hanya dalam hening ia bersuara. Ya Allah, sampaikan salam rinduku untuknya... Begitulah, tak semua sama kalimat dan tujuannya. Tapi, tetap sama hanya meminta kepada-Nya.
Seberapa jauh kita mengenali Facebook? juga, seberapa sering kita mengganti status facebook? Tentunya, bagi yang memiliki acount facebook. Aku sendiri, setelah jarang blogwalking kini, selalu terdampar di situs jejaring tersebut. Lebih simpel memang, hanya menulis beberapa kalimat. Tidak perlu panjang-panjang seperti menulis di blog. Meskipun, ada juga fasilitas notes yang tak jauh beda dengan blog.
Berbicara status facebook, kadang, aku sendiri bingung kalau hendak menulisnya. Tak jarang, aku menulis kalimat yang cukup acak kadut. Atau terkadang, kalimat yang cukup simpel. Meskipun terkadang, menimbulkan berbagai makna arti dari beberapa teman-teman yang koment. Bahkan, salah seorang sahabatku pernah mengkritik gaya statusku. Katanya, aku seperti anak 17an aja nulis status facebook. Tentang cowok aja. Ini gara-gara aku pernah menulis kalimat seperti ini, "Merindui seawal pagi, mencinta sampai ke senja."
Padahal, kalimat itu, kudapat setelah melihat sebuah drama kehidupan nyata. Menyaksikan sepasang Kakek, Nenek yang bergandengan tangan, sangat mesra sekali. Subhanallah... Aku berfikir, seberapa besar cinta kedua orang tua itu?. Sampai kesenja, cinta mereka masih terlihat mesra. Mungkinkah ketika mereka muda dulu, selalu saling merindu...???
Dan, ketika beberapa waktu lalu. Aku melihat status facebook salah seorang temanku. Isinya, cukup mencuit hati, "lihatlah... embun pagi menempel lembut di dedaunan... menebarkan aroma basah sisa semalam.. tetes demi tetes kuhitung ia dalam detik... meninggalkan ujung daun dan perlahan jatuh ke tanah... lalu hilang tanpa berbekas... hmmm... inikah saat yg tepat untuk ku pergi..? seperti itukah jika aku nanti tak kembali...? tanpa satu bekaspun tertinggal dalam hati...??"
Sudah lama aku tak melihat Ia berkelana di dunia maya. Buru-buru aku memberi komentar. Melihat komentar-komentar sebelumnya, juga balasan sang teman, membuatku terasa sedih. Entah kenapa, sangat terasa sebuah kepasrahan hidup. Kepasrahan yang begitu dalam. mengenali sosoknya dari sebuah blog, aku jadi teringat akan semua perjalanan hidupnya. Begitu banyaknya dilema hidup yang dialaminya. Tapi, aku salut. Ia terbuka menceritakan masalahnya kepada siapa saja (karena selalu diposting diblog). termasuk, cintanya kepada seorang gadis. Padahal, Ia sudah memiliki isteri. Ah, mengingatnya membuatku menitikan air mata. Jujur, aku salut dengan keberaniannya. Keberanian mengakui mencintai orang lain, meskipun ia dicaci, meskipun banyak juga yang membenci. Aku melihat, postingan-postingan terakhirnya penuh dengan kepasrahan kepada Illahi. Sungguh semua masalah telah mendewasakannya.
Kembali kepada status facebooknya. Membacanya, seolah ia sudah pasrah dengan segala ketentuan-Nya. Pun, kalau Allah memanggilnya sewaktu-waktu. Ah, entahlah... aku tak bisa menggambarkannya seperti apa.
Sepanjang sore aku merenung. Mungkin, manusia yang sudah tahu kapan ajalnya datang, ia lebih siap dengan kedatangan sang ajal. Mengingat segala laku burukku, kesedihan terasa. Betapa aku merindukan perasaan seperti itu. Perasaan menyiapkan diri, untuk kembali kepada yang hakiki.
"Belum pernah aku merindu, pada perasaan sehalus itu"
27 komentar
Kerinduan yang hakiki ,sungguh anugerah mbak,hanya untuk orang2 pilihan yang telah sampai pada kerinduan itu ,kerinduan hakiki keluar dari hati yg bersih tanpa noda ,ya...sehalus yg kau lukiskan kini...semoga rindumu tergapai ya.
BalasHapusHmmm, siapakah dia? Aku jadi penasaran nih..
BalasHapuslepaskan kerinduanmu...maka Dia akan menyambutnya dengan cinta :)
BalasHapusmanakala kita senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya, niscaya kerinduan itu akan terbalas.
BalasHapusbtw,... status FB aku nggak pernah diupdate.
...bentangkan sayapmu melukis kepakan cakrawala, berseterulah dalam badai kepingan rindu itu, petiklah flamboyan memucat merah pasi mu, menyeringai kasturi wewangian dalam mantera menyala, aku meringkuk dipusara ruang dan waktu, merindukan sayatan sembilu-Mu...
BalasHapus*karena-Nya kamu merindu, rindu yg mngkn tdk semua org bisa memiliki... :)
nice posting, Naz...
Inilah yang saya takutkan bila menulis status di FB terlalu mendayu-dayu, takut membuat orang terpesona pada kehalusan rasa itu, padahal bisa jadi saya sengaja menciptakannya (meluangkan waktu cukup lama) untuk dipajang agar orang-orang memikirkannya, hehehe. Pernah dulu saya membuat status di FB, tentang pagi yang indah, tentang suasananya, ritmenya, tentang tetes embun, daun jatuh, tentang matahari yang setinggi pohon kelapa di belakang rumah tetangga, dsb. Selalu dikoemntari teman, kebanyakan teman SMA saya, mereka trenyuh dan menyebut saya pujangga. Cukup lama saya tercenung, maksud hati ingin membagi rasa bahagia, ingin memotivasi orang supaya mensyukuri hari, lama-lama kok saya malah merasa tdk nyaman. Saya kira, perasaan halus, gambaran emosi jiwa tidak bisa juga dijadikan pameran untuk konsumsi publik, akhirnya saya stop menulis status seperti itu. Kecuali di blog, lain cerita. Tentang perasaan halusmu Anazkia, saya yakin sekali itu. Terlihat dari isi blog ini. Rindu pada perasaan halus kesiapan akan masa setelah ajal menjemput, itu bagus. Hanya harus tetap mseimbang, bahwa hidup pun harus dilaksanakan dengan penuh semangat. Nice post.
BalasHapusrindu itu akan tetap ada selama kita memeliharanya. Di samping itu, saya setuju dengan mbak Elly bahwa neraca harus tetap seimbang, biar rindu itu kelak bermuara bahagia. Bukankah Sang Pencinta selalu menuntut keseimbangan?
BalasHapusaq tak mau banyak berkomentar karena yang jelas setelah aq membaca keseluruhan tulisan ini membuatku merasakan kerinduan, tapi saat ini aku hanya mau merinduNya..... Sang Pencipta.
BalasHapusemangnya status facebook tuh bisa dipercaya 100%???
BalasHapuskayaknya ga deh
ada yang asal2an (kek aku)
ada yang sok serius
ada yang sok pinter
ada-ada aja lah pokoknya
OK...
BalasHapusTHANKS...
Segera di link balek neng,, Oia kalau bisa ganti nama nya dari Informasi teknologi informatika jadi Laksamana Embun
Sepertinya inilah rindu yang sebenar-benar rindu.
BalasHapusDuh ...
Alangkah manisnya rindu itu.
keliatannya saya tau siapa orang yang mbak maksud... jika tebakan saya benar saya turut bersedih.. walaupun saya belum mengenalnya terlalu jauh... tapi dari beberapa postingan terakhirnya aku bisa membaca betapa berat beban hidupnya.. jika memang beliau sudah dijemput.. doaku senantiasa mengantarnya.... maaf kalo aku sedikit sotoi... hehehehehe....
BalasHapussekarang aku komen disini dulu... lain kali di facebook lagi....
BalasHapusMet sore mbak Ana.. pa kabar?
nah lho kan... jadi ikutan acak kadul..heheheh
hmmm... apa yg Mbak Anaz rasakan adalah sama seperti apa yg saya rasa, saya tau benar siapa orang yg dimaksud karna dia adalah sahabat dekat saya. Saya juga menangis ketika membaca tulisan2 terakhirnya, baik di blog maupun facebook. dulu ketika beliau masih sehat, semua berbondong-bondong ke tempatnya mencari jawaban yg selalu beliau punya, tapi skrng stlh dia sakit, semua seolah melupakannya begitu saja.
BalasHapusTragis memang...!
Mbak Anaz... tlng komentar Rangga di perjelas, saya ndak rela Mas Rio dibilangnya 'sudah dijemput' dia masih sehat koq, setidaknya itu yg saya tau dari chating kami kmrn.
BalasHapusdia cuma sedikit down karna dokter sudah memvonis sakitnya, itu saja.
hmmm... mas rio..... aku juga jadi sedih neehh.... aku cuma bisa mendoakan deh,, moga mas rio mendapatkan yang terbaik,, Allah tau yang terbaik untuk hamba-Nya...
BalasHapussama seperti Yolizz,,aku berdoa yang terbaik buat mas Rio. Semoga Allah akan selalu mendampingi...
BalasHapusstatus fb saya kosong,,,hehe tanpa satu rasa apapun bahkan merindupun tidak. karena ku telah dapatkan yg kurindukan ^hallah^
BalasHapusStatus Fb gw mafia war smuaaaaaa...
BalasHapuswkwkk...........
ah... lagi-lagi tentang sebuah kerinduan... seperti juga rinduku untuk berkunjung ke tempat ini...
BalasHapuswah,aq jd ikut agak gmn gt....g brani ngomong bnyk deh,yg jelas ini kunjungan pertama q,dn aq ingin berbagi senyum dgn mbk naz....slm knal y mbk,lbih afdol aq ucpkn 'assalamu alaikum' ;-) # ;-) # ;-)
BalasHapusItulah mukjizat kata-kata, Mbak...
BalasHapusAh. Kerinduan yang begitu sunyi.
Salam akrab...
assalamualaikum sahabatku, jjr aku trsentak membaca postingan kamu kali ini. sama seperti kamu, aku juga ngerasa sdh waktu dia ngerasa hdpnya gak lama lg. aku gak tau hrs
BalasHapusbilang apa yang pasti aku hanya bs berdo'a semoga dia bisa kembalì semangat menjalani hari-harinya
Hmmm...postingan mbak Anaz sungguh menggugah hati
BalasHapuskalo menurut saya ya mbak,menulis status di facebook itu ya biasa aja..
maksudnya gini, saat kita sedang sedih, rindu, kangen, bahagia, kita kan kadang pengin meluapkan apa yang kita rasakan
gak mungkin kita pendam sendiri,
jika kemudian dikomentarin oleh orang lain, kalo komentarnya berkenan atau dari temen deket ya biarin aja tapi kalo kadang komentarnya ga nyambung dan itu entah dari siapa (aku gak kenal) aku langsung delete aja.(sekalian tak remove friend) agak kejam memang
tapi itu demi kebaikan saya juga.
*menarik nafas dalam selesai membacanya* Mungkin aku tahu siapa yang dimaksud sama Mbak Anaz walo tidak begitu kenal. But that is life,tidak semua yg kita inginkan bisa kita dapatkan. Justru disitulah pembelajaran terbesar kita untuk bisa 'ikhlas'. Apa kabar mbak, lama gak BW kesini.. Ketemunya di FB terus sih..
BalasHapusyuk kita santai biar otak tidak tegang, pasti dah tahu deh..
BalasHapusya terkadang kita sering terperdaya dengan hal hal yang nampak. tapi jangan terlalu jauh
ehmmm...padahal aku suka asall..klw nulis status , harus lebih berhati - hati nich ...hwkwkwkwkwk
BalasHapusPersonal blog, kadang anti sama spammer yang hanya menyebar link. Lebih mengutamakan pertemanan antarpersonal. Komentar kembali dimoderasi masih banyak obat-obatan yang nyepam :D :P