Catatan Anazkia

Karena hanya tulisan yang bisa saya tinggalkan

  • beranda
  • Kisah
    • Serial
    • Cerpen
    • Celoteh
    • Reportase
    • Perjalanan
      • Gaya Travel
      • Trip Gratisan
      • Piknik Buku
  • Pojok Anaz
  • Murai
  • Sosok
  • komunitas
    • Volunteer
    • KBO
    • Semestarian
    • Blogger Hibah Buku
Di Malaysia, libur sekolah tlah tiba. Biasanya, kalau musim libur githu, cucu-cucu majikanku pada berubah, jadi "anak baik-baik" Kerjanya, seharian nonton TV. Atau, paling banter ngacak-ngacakin rumah. Kadang ribet juga, kalau sudah melihat mereka seharian hampir terdampar di depan TV. Tapi, lebih ribet kalau mereka selalu mengekor sama aku. Kalau hari-hari biasa, hanya satu yang mengekori kalau saat libur tiba, bisa tiga orang yang mengekori (kek buntut aja)
Beberapa hari lalu, sewaktu aku menjemur baju Amir 9 tahun mengikutiku ke belakang rumah. Merengek dan merayu, supaya aku membukakan TV di kamar tantenya. Aku mengelak, pura-pura tidak tahu bagaimana caranya membuka. Meskipun Ia tak percaya, aku cuek aja. Lama kelamaan, tuh anak bosen juga. Dan memilih bermain di belakang rumah. Kedua adiknya pun ikut main bersama, Arwa dan Aufa. Arwa 6tahun dan Aufa, 2 tahun. Sementara aku, sambil menunggu cucian yang belum selesai ikut saja bermain-main bersama mereka. Aku duduk saja di atas rumput. Amir dengan Arwa protes, katanya "gak kotor apa?" Tidak lama setelah itu, Amir nyeletuk, "Gimana kala kita berkelah aja?" (berkelah, rekreasi) Akupun langsung mengiyakan. Mengambil tikar di dalam rumah, dan langsung menggelarnya. Maka, jadilah rekreasi kecil-kecilan. Aku juga mengambil bantal untuk Aufa. Biar dia mudah tiduran sewaktu minum susu. Tak lama setelah itu, Arwa juga mengambil bantal untuk dia dan abangnya. Makanan kecil dan air sejuk aku sediakan, langsung dibawa ke belakang. melihat tampang-tampang mereka, sepertinya sangat kegirangan sekali. Aku juga bisa sambil nyambi kerja. Mencuci, menjemur dan bermain bersama mereka. Menunggu cucian yang belum selesai lagi, aku mengambil laptop. Sayang sekali, batreinya tidak begitu penuh dan hanya bisa bermain selama 50 menitan saja. Dalam masa beberapa menit itu, iseng aku buka facebook. Menulis status, "Berkelah di belakang rumah" Akhirnya ngobrol deh dengan Wina di Medan, Nurhasanah di Banjarmasin, Mbak Ajeng di Surabaya (bener gak yah...???) juga mbak Elly di palembang. Meskipun tak bertahan lama, selain batrei yang tak penuh, juga si kecil Aufa, yang selalu menyibuk. Akhirnya, kututup laptop. Melihat Arwa dengan Amir, mereka justru asyik bermain tanah. dan Aufa sibuk sendiri entah apa yang dia buat. Aku mengakat cucian yang sudah kering, melipatnya di atas tikar dan memasukannya kedalam bakul. Angin yang semilir, membuat mataku terasa berat. Akhirnya, aku bilang kemereka kalau mau tidur. Dan, terlenalah aku di atas bantal neemo. Kira-kira 20 menitan, aku tertidur. Saat terbangun, cuaca gelap. Buru-buru aku mengangkat cucian dan memasukannya kedalam rumah. Meskipu terasa aneh, ada yang kurang dalam cucian. Sementara, anak-anak itu nyantai saja saat di suruh masuk ke rumah untuk mandi. Malah seolah enggan. Saat hari betul-betul gelap, dan rinai hujan mulai menitik. Barulah mereka masuk rumah, dengan wajah terpaksa. Dan kecurigaanku tentang kain yang berkurang, terjawab sudah. Rupanya, selama aku tidur Aufa memasukan baju-baju yang sudah kering kedalam baskom yang berisi lap. Lap-lap tersebut sedang aku rendam dengan pemutih. Karena banyaknya kain yang dimasukan, beruntung warna tidak menjadi pudar. Akhirnya, aku membasuh lagi baju -bajutersebut. Duh, bikin kerjaan dua kali aja tuh anak. Kesel bukan main (sapa suruh tidur...??? hehehe) Dan esoknya, Aufa memandikan hapeku :(( :(( Aku ndak punya hape...
Hidup adalah pilihan. Apapun bentuknya, setiap waktu kita dihadapkan dengan berbagai pilihan. Dalam hal kecil sekalipun, kita terkadang harus selalu memilih. Misalnya, hendak makan malam dengan apa malam ini...??? Kitapun, harus memilihnya. Pun dalam dunia blog. Aku memasukinya, juga pilihan. Pilihan untuk menulis, menuangkan ide juga terkadang menceritakan uneg-uneg dihati. Juga, pilihan untuk memberikan waktu. Waktu untuk menulis dan waktu untuk membalas kunjungan sahabat sesama bloger yang telah berkunjung keblog kita.
Beberapa waktu lalu, seorang sahabat bloger menegurku. Tanyanya, "Kenapa jarang sekali keblog saya mbak sekarang...?" Duh, terasa tidak enak hati. Sekarang, aku memang mengurangi jatah waktu ngeblog. Disatu sisi, di rumah majikanku sibuk hendak mengadakan hajatan (salah seorang anaknya menikah) Disisi lain, terkadang aku berfikir, aku masih mencari-cari arah tulisan dan tujuan. Kemana arah aku menulis juga, tujuan aku menulis diblog. Berlebihan? Aku rasa tidak. Buatku, ketika menulis diblog menjadi pilihan untuk menyalurkan hobi, aku pun harus memiliki tujuan dari pilihan itu sendiri. Menulis yang memberikan manfaat untuk orang lain, tak hanya susah2 merangkai kalimat demi kalimat cerita yang tak bermakna tapi, berharap juga, tulisanku berguna untuk sesama. Tak mudah memang. Dalam dunia blogger, aku mengagumi beberapa penulis yang memilih jalur blog sebagai pilihannya. Mungkin aku tak sehebat mereka. Tak usahlah kusebut siapa orangnya, untukku, mengenali mereka didunia maya sudah memberikan pelajaran nyata. Belajar, tak harus dibangku sekolah... Kalau menulis dijadikan pilihan, tentu saja ia berkaitan dengan bacaan. membaca tanpa menulis, bisu. Menulis tanpa dibaca, tuli. Andaiannya seperti itu. Tapi, tak selalu kedua-duanya mampu dilakukan setiap saat, atau istiqomah. Aku, sering terjatuh dalam keadaan males membaca dan menulis. Tak jarang, berhari-hari aku tak menyentuh buku, dengan alasan, tak ada waktu. Sungguh penyakit yang terkadang mendarah daging. Dan cerita ini, mengingatkanku pada Mbak Fanda. Sosok blogger wanita ini, identik dengan buku. Blognya pun bernama, Baca Buku Fanda. Menceritakan berbagai buku yang dibacanya. Sungguh bermanfaat sekali melihat hobinya. Membaca, dan bercerita kepada sahabat semua. Aku kagum pada hobinya. Yang sepertinya tak pernah mengalami pasang surut. Tidak sepertiku, yang terkadang, hanya mampu mencari waktu, untuk membaca buku. Aku pun teringat, dengan agenda klub buku online, yang sudah beberapa kali tertunda. Aku merasa bersalah dengan Mbak Fanda dan sahabat-sahabat semua. Aku mohon maaf atas semua penundaan itu. Semoga dilain waktu, aku bisa lebih menghargai waktu, utnuk membaca buku juga menulis yang telah aku baca. Juga, mohon maaf sebesar-besarnya, kepada sahabat blogger, yang blognya belum kukunjungi.
Majang award dari mbak Fanda. Kupinta maafmu, Mbak Fanda. Atas segala kekuranganku yang tak pandai membagi waktu. Selamat hari raya Qurban 1430H
Ada banyak kerinduan dalam hidup, rindu kepada-Nya. Rindu kepada sesamanya, rindu kepada kedua orang tuanya. Juga, rindu kepada tempat-tempat yang di rindukan. Tak semua kerinduan tercapai dan sampai. Ada kalanya, hanya dalam hening ia bersuara. Ya Allah, sampaikan salam rinduku untuknya... Begitulah, tak semua sama kalimat dan tujuannya. Tapi, tetap sama hanya meminta kepada-Nya.
Seberapa jauh kita mengenali Facebook? juga, seberapa sering kita mengganti status facebook? Tentunya, bagi yang memiliki acount facebook. Aku sendiri, setelah jarang blogwalking kini, selalu terdampar di situs jejaring tersebut. Lebih simpel memang, hanya menulis beberapa kalimat. Tidak perlu panjang-panjang seperti menulis di blog. Meskipun, ada juga fasilitas notes yang tak jauh beda dengan blog. Berbicara status facebook, kadang, aku sendiri bingung kalau hendak menulisnya. Tak jarang, aku menulis kalimat yang cukup acak kadut. Atau terkadang, kalimat yang cukup simpel. Meskipun terkadang, menimbulkan berbagai makna arti dari beberapa teman-teman yang koment. Bahkan, salah seorang sahabatku pernah mengkritik gaya statusku. Katanya, aku seperti anak 17an aja nulis status facebook. Tentang cowok aja. Ini gara-gara aku pernah menulis kalimat seperti ini, "Merindui seawal pagi, mencinta sampai ke senja." Padahal, kalimat itu, kudapat setelah melihat sebuah drama kehidupan nyata. Menyaksikan sepasang Kakek, Nenek yang bergandengan tangan, sangat mesra sekali. Subhanallah... Aku berfikir, seberapa besar cinta kedua orang tua itu?. Sampai kesenja, cinta mereka masih terlihat mesra. Mungkinkah ketika mereka muda dulu, selalu saling merindu...??? Dan, ketika beberapa waktu lalu. Aku melihat status facebook salah seorang temanku. Isinya, cukup mencuit hati, "lihatlah... embun pagi menempel lembut di dedaunan... menebarkan aroma basah sisa semalam.. tetes demi tetes kuhitung ia dalam detik... meninggalkan ujung daun dan perlahan jatuh ke tanah... lalu hilang tanpa berbekas... hmmm... inikah saat yg tepat untuk ku pergi..? seperti itukah jika aku nanti tak kembali...? tanpa satu bekaspun tertinggal dalam hati...??" Sudah lama aku tak melihat Ia berkelana di dunia maya. Buru-buru aku memberi komentar. Melihat komentar-komentar sebelumnya, juga balasan sang teman, membuatku terasa sedih. Entah kenapa, sangat terasa sebuah kepasrahan hidup. Kepasrahan yang begitu dalam. mengenali sosoknya dari sebuah blog, aku jadi teringat akan semua perjalanan hidupnya. Begitu banyaknya dilema hidup yang dialaminya. Tapi, aku salut. Ia terbuka menceritakan masalahnya kepada siapa saja (karena selalu diposting diblog). termasuk, cintanya kepada seorang gadis. Padahal, Ia sudah memiliki isteri. Ah, mengingatnya membuatku menitikan air mata. Jujur, aku salut dengan keberaniannya. Keberanian mengakui mencintai orang lain, meskipun ia dicaci, meskipun banyak juga yang membenci. Aku melihat, postingan-postingan terakhirnya penuh dengan kepasrahan kepada Illahi. Sungguh semua masalah telah mendewasakannya. Kembali kepada status facebooknya. Membacanya, seolah ia sudah pasrah dengan segala ketentuan-Nya. Pun, kalau Allah memanggilnya sewaktu-waktu. Ah, entahlah... aku tak bisa menggambarkannya seperti apa. Sepanjang sore aku merenung. Mungkin, manusia yang sudah tahu kapan ajalnya datang, ia lebih siap dengan kedatangan sang ajal. Mengingat segala laku burukku, kesedihan terasa. Betapa aku merindukan perasaan seperti itu. Perasaan menyiapkan diri, untuk kembali kepada yang hakiki.
"Belum pernah aku merindu, pada perasaan sehalus itu"
Aku mengenalinya di dunia nyata. Dulu, mula-mula sekali ketika masih sama-sama duduk di bangku SMA. Meskipun bukan pada sekolah yang sama. Aku ditemukan dengannya di sebuah komunitas penulisan. Pustakaloka Rumah Dunia saat itu. Atau sekarang, lebih terkenal dengan Rumah Dunia. Meskipun belum lama aku mengenal, aku sudah mulai banyak mengetahui tentang riwayat hidupnya. Apalagi, ketika Ia menyodorkan selembar surat kabar harian lokal. Namanya ada disitu, juga tentang khabarnya ia menang dalam sebuah penulisan. Lomba menulis essay yang diadakan oleh UNICEF. Hadiahnya, gak tanggung2, lima juta!.
Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya. Saat dunia maya menemukan namanya, akupun mengadd profile facebooknya. Hingga pada suatu ketika, aku menulis sebuah status facebook, ia memberikan komentarnya. Ruoa-rupanya, ia tak lagi mengingatku. Almaklumlah, aku ketika itu tak begitu akrab dengannya. :D Kenapa aku menulis tentang Endang yah...??? Dia, anaknya kreatif banget. Sumpe! meskipun kini kuliah di UI dengan mengambil fakultas sejarah (bener gak yah...???) tapi, tulisan2nya gokil abiz! jaka sembung banget tuh anak. Dan, aku salut Rata Penuhdengan semangat hidupnya, juga usaha yang dilakukannya. Hanya hendak mengcopas, sedikit obrolannya beberapa waktu lalu di facebook (ko facebook mulu yah aku nie..???) Anazkia Tarwito: Mencari penghapus, hanya untuk menghapus sebuah nama Endang Rukmana likes this. Anazkia Tarwito Endang, makasih jempolnya :) (sekalian tanda tangan aja Ndang di sini. hehehe... Endang Rukmana: Inih, anggap z komenku tanda tangan... :D Aku suka. Sewaktu2 aku kutip, ya, dgn sedikit modifikasi maybe. Aku cantumin qo namamu sbg creator & inspiratornya. Hehe. Anazkia Tarwito: @Endang, hehehe.. dikau sekarang dah jadi orang terkenal. Masih inget gak, sewaktu kita melintasi jalan di Ciloang, menuju Rumah Dunia. Sungguh Ndang, aku iri kepadamu. Semangatmu menulis luar bisa. Perjuangan hidupmu sungguh tak sia2. Ah, betapa menulis sangat membutuhkan kerja keras dan pengorbanan. Semoga aku bisa menyusulmu... Read More Ndang *nangis bombay* Inget gak Ndang, sewaktu kamu mengulurkan profilemu yang di muat di FB sewaktu memenangi lomba essai yang dapet duit jutaan. hehehe... Republik Narkoba, aku juga masih inget gimana detail2 ceritanya. Gaya ceritamu itu lho Ndang, kagak ade matinya. :D Endang Rukmana: Aku harus melihat photo profilmu dulu, ya, spy bs ingat2 dirimu lg. Heuheu. @Anazkia. Mulai sedikit bisa mengingatmu kembali. Mba Anas waktu itu pasti pendiem, yah? Klo rame pasti aku lanhsung inget. Hehe. Ngeles mode on...:D Btw, mampir2, ya, ke blog aku juga: endangrukmana.wordpress.com. Tangkyuh! :-) Anazkia Tarwito: @Endang, bukan hanya pendiem tapi juga pemalu *hahahaha* Sering segan aja kalau ma temen2 RD. Iya Ndang, waktu Writing Camp di Anyer pertama kali dulu, aku juga ngelihat Endang cuek2 aja. hanya memperhatikan perkembangannya. Meskipun jauh di rantau, sering buka web RD, jadi banyak tahu perkembangan temen2. tapi, aku rasa dikau yang paling sukses diantara kita kelas menulis angkatan pertama RD. Congrat! Endang Rukmana: @Anazkia. Jgn lebay. Hehe. Maksudku aku ngerasa pencapaianku blom ada apa2nya. Beberapa waktu lalu aku jg sempet terpuruk. Skrg baru mulai bangkit stlh aktif di fesbuk. Hihi. Lg masa2 recovery niyh... Mari saling mendoakan, nyah, Teh! :-) Melihat karya yang telah dihasilkan Endang Rukmana. Ini masih banyak yang lainnya. Hmmmm.. Melihatnya jadi semangat neh... Yang mo kenal, silakan add FBnya
Sedikit tulisan, sambungan dari "One Paid Day Off Campaign, Mustahil!" beberapa waktu lalu. Tulisan ini cukup panjang, bahkan masih ada satu seri lagi :) Duh, banyak amat yah?. Ini hanya pandanganku, sebagai objek, bukan mau menghakimi siapa-siapa. Cuma ingin berbagi pandangan, melihat dari berbagai sudut. Kalau ada saran, silakan di tulis di koment.
Sabtu malam, ketika Aku membuka-buka e-mail ada sebuah e-mail dari unimig Indonesia. Sewaktu membukanya, ada sebuah prolog dari Pak Ikbal (Presiden UNIMIG (Unoin Migrant), "Dear Mbak Eli, apakah bisa hadir dalam undangan ini, mewakili UNIMIG? karena saya besok pagi ke Medan, kalau bisa hadir bagus sekali untuk menambah wawasan, sekaligus mewakili UNIMIG dan menambah kenalan." Sudah jam sebelas malam lebih. Kebetulan, ahad itu, Aku memang hendak keluar rumah. Meskipun awalnya hendak berkunjung ke rumah teman maka, Aku merubah haluan untuk mengikuti undangan tersebut. Beruntung, ketika aku belum mengabarkan kedatanganku. Aku segera sms Pak Iqbal dan menyetujui untuk pergi. Sekaligus minta petunjuk arah pergi. Esoknya, aku menuju ke sana, bertempat di Shah's Village Hotel, Petaling Jaya Selangor. Sebetulnya, ketika membaca forward e-maill tersebut Aku sudah ragu karena, semua dari tulisan e-maill itu bertuliskan bahasa Inggris. Jangan-jangan, forum pun berbahasa Inggris. Setelah sampai di sana, kecurigaanku terbukti. Dalam forum seminar itu menggunakan bahasa Inggris. Aku sungguh terkejut. Bermula dari pendaftaran, panitia telah menanayakan kepada ku menggunakan bahasa Inggris. Aku cuek aja berbahasa Melayu, toh orang tersebut faham. Dan aku, berkata kalau wakil dari UNIMIG. Panitia mahfum, kemudian menanyakan keberadaan pak Iqbal. Aku mengambil tempat duduk terdekat dari pintu masuk. Kebetulan, di situ juga aku melihat wajah-wajah Melayu rasanya aku tak canggung. Setelah melihat dua deretan meja di sebelahku semua yang duduk di antara mereka berwajah India, China juga aku rasa bukan orang Melayu. Setelah perkenalan, baru aku mengetahui mereka berasal dari Filipina dan Mianmar. Terasa malu juga dalam hati, kenapa Pak Iqbal tidak memberikan undangan ini kepada yang lebih bijak, aka, ia memiliki kemampuan berbahasa Inggris? tapi, apapun aku tak menyesalinya. Buatku, ini pengalaman yang sangat berharga. Tema dalam seminar tersebut adalah, "INVITATION FOR THE LAUNCH OF DOMESTIC WORKERS’ CAMPAIGN TOOLKIT & CAPACITY BUILDING" Diskusi ini, sebetulnya menerusi diskusi sebelumnya "ONE PAID DAY OFF CAMPAIGN" yang aku sendiri tidak mengikuti. Dan di forum ini juga, aku bisa membuka mata, betapa rendahnya kualitas pembantu Indonesia di Malaysia. Pembukaan dimulai, panitia sedikit menyediakan hiburan. Meskipun tidak seberapa suka dengan sajiannya, aku melirik juga empat orang perempuan yang menari dengan sangat sederhana sekali. Kalau melihat facenya, ia berwajah Indonesia asli dan salah seorang di antaranya berwajah India. Aku berbisik kepada orang sebelahku menanyakan kebenarannya. Dan, jawabannya tepat sekali, ia TKW Indonesia yang tersandung masalah sedangkan yang satunya berasal dari India dan sekarang sedang menunggu proses. Sementara, ia tinggal di Tenaganita (Sebuah NGO bergerak di bidang tenaga kerja bermasalah dan penyelenggara seminar). Acara kembali dilanjutkan dengan sesi perkenalan. Aku memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa Indonesia dan berterus terang tidak bisa berbicara bahasa Inggris. mereka mahfum. Setelah sampai di hujung meja ke tiga, ketika orang-orang Filipina memperkenalkan dirinya, aku merasa kalau mereka bekerja di sektor rumah tangga. Tiba perkenalan pada empat perempuan penari tadi, mereka bicara tergagap-gagap. Bahkan, untuk berkata "Saya bekerja sebagai pembantu rumah" pun tersendat-sendat. Berbeda, sangat beda dengan orang-orang Filipina tadi. Ah, aku mulai membatin, perbedaan mulai terlihat jelas. Berkali-kali, hati kecil tertanya-tanya. Mengapa hanya kami di forum ini juga mengapa tak ada siapapun yang lebih bijak dari perwakilan kami. Ah, pertanyaan itu kubunuh cepat-cepat. Aku harus mengikuti seminar ini sampai selesai, baik faham ataupun tidak. Itu tekadku. Salah seorang perempuan yang menari tadi, duduk di sebelahku. Di sela-sela acara aku menyelipkan kertas kepadanya, bertanya nama, asalnya juga pekerjaannya. Dan siapa dua orang temannya. Yudian Buraen namanya, ia berasal dari NTT dan kedua temannya berasal dari Jawa. Dia juga menunjukan temannya, yang tepat berada di bangku sebelahnya. Ia selalu menangis, konon, keluarganya di Indonesia terkena musibah gempa. Aku bertanya, apa iya dari Padang? Jawabnya iya. Bingung, padahal tadi menyebutnya dari jawa. Tapi, kalau aku lihat sejak tadi orang tersebut selalu berwajah muram, selama menari pun, ia kelihatan sangat terpaksa sekali. dan selama berjalannya diskusi, ia selalu menangis. (Kisah inilah yang akan ku tulis dalam cerita satu lagi) Sebetulnya, aku banyak tidak memahami materi. Semua materi di sajikan dengan bahasa Inggris. Meskipun, sedikit banyak aku mengetahui hal-hal yang berkaitan. Tentang hak-hak pekerja yang terabaikan khususnya pembantu rumah tangga. Kasus penderaan, tidak di ayar gaji, tidak ada cuti, tidak diperbolehkan berhubungan dengan keluarga dan masih banyak lagi serangkaian langgaran para majikan kepada pekerjanya. Mengikuti dari kasus ke kasus, aku sungguh terenyuh. Betapa banyaknya TKW kita yang terampas haknya? Anehnya ketika pemateri menyajikan ulasannya dan membahas tentang keterkaitan tenaga kerja bermasalah dan kedutaan, banyak sekali yang pihak kedutaan tidak mengetahuinya. Ini memang bukan kisah baru. Tapi, akankah kasus seperti ini yang selalu muncul untuk TKW Indonesia? khususnya di Malaysia. Selama tidak ada kerja sama yang baik, dari hari ke hari bahkan ke tahun beribu masalah TKW akan seperti ini. Hendaknya, perbaikan di mulai dari kualitas TKW sendiri sebelum di berangkatkan. Juga PR untuk para agent penyalur pekerja di Indonesia. Sesi demi sesi terlewati. Aku banyak terdiam. Pun tatkala diskusi diadakan untuk menyelesaikan studi kasus yang diajukan. Untuk menyelesaikan sebuah masalah. Dua masalah yang melibatkan tenaga kerja berasal dari Indonesia dan India. Kedua-duanya, datang ke Malaysia melalui agen. Namun, nasib berkata lain ketika sampai di Malaysia mereka terombang-ambing setelah bekerja. mereka teraniaya, haknya terampas, janjinya tidak tertunaikan. Itulah hakikatnya, tidak sedikit yang telah sampai ke Malaysia pekerjaan dan gaji yang dijanjikan tidak sesuai. Berpindah-pindah majikan, majikan tidak berlaku adil, tidak membolehkan keluar, tidak boleh berhubungan dengan dunia lain, menyuruh masak babi kepada pekerja yang beragama Islam, bekerja lebih dari 12 jam, makan sehari sekali, pelechan seksual dan banyak lagi. Dua kasus terbahas sudah. Masing-masing dari grup membentangkan kajian penyelidikan. Aku, masih tetap terdiam. hanya sebagai penonton. Ah, mirisnya. Andaikan aku mampu berbahasa Inggris. Andaian itu, tetap menari-nari tanpa kupinta. Sementara, aku terbengong-bengong saja menyaksikan grup dari Filipina. Setelah aku selidiki dan amati, mereka, sama sepertiku. Hanya sebagai pekerja rumah. tapi, lihatlah kemampuannya, lihatlah cara berbicaranya. Sangat educated. Berbeda, sangat beda dengan para pekerja dari Indonesia yang sama-sama pekerja rumah tangga. Tersadar, betapa minimnya kualitas pembantu Indonesia di Malaysia. Memang, dari segala hal, Filipina lebih tinggi kualitasnya berbanding tenaga kerja Indonesia. Lihatlah, berapa gaji standar yang ditetapkan pemerintah Filipina lebih dari RM. 1000, sangat jauh dengan pekerja Indonesia yang hanya mencecah sekitar RM.400-500/bulan. Pun dari segi pendapatan majikan, majikan yang mengambil pekerja dari Filipina harus berpenghasilan lebih dari RM. 5000. Berbeda dengan majikan pekerja Indonesia yang hanya diwajibkan berpenghasilan RM.3000. Melihat skill dan kemampuan mereka, aku memang kagum dan salut. Tak heran, ketika pemerintah Filipina bisa dengan mudahnya memberikan peraturan dengan tegas kepada kerajaan Malaysia untuk memberikan syarat dan ketentuan kerja juga gaji. Jauh sekali perbedaannya dengan pemerintah Indonesia. Persetujuan perjanjian antara pihak pemerintah Indonesia dan kerajaan Malaysia cenderung merugikan pekerja rumah tangga. Pekerja rumah tangga yang termasuk ke dalam pekerja informal, susah sekali untuk mendapatkan hak-haknya. Terutama, haknya untuk mendapatkan cuti. Pemerintah Indonesia yang menginginkan gaji pekerja rumah Indonesia dinaikkan menjadi RM.800 mendapat kecaman berbagai pihak di Malaysia. Mereka menganggap, pemerintah Indonesia terlalu berlebihan, sedangkan kualitas pekerja rumah Indonesia sering dipertanyakan. PR kepada pemerintah dan para agen, untuk kembali menaikan kualitas para pekerja rumah tangga sebelum pergi ke negara tempat tujuan. Wallahu'alam...
Posting pemanasan, setelah hampir semingggu mendekam dalam penjara kata tapi, rupanya menjadi buruan dalam bahasa kalimat cerita *mulai lebay neh* Gara-gara "gila-gilaan" bermain kata dengan jama'ah facebukiyah. Akhirnya, diriku menjadi gagu dalam bercerita (kwalat sama guru besar mungkin dukun dari Banjarmasin wekekeke...) gara-gara mengingkari janji, membuat janji untuk menulis "Menanti Andaian Janji" Jiah, mulai keder nih :D. Ok, serius-serius. Gini-gini, kebelakhangan ini, aku sedang menyoroti berita tentang TKI wabil khusus adalah TKW Indonesia, yang ada di Malaysia. Tapi, beberapa postinganku terpaksa aku endapkan dulu, menunggu enakmen2 selanjutnya (weleh2...) maksudnya mah, data2ku gak akurat githu. Yang sudah siap di antaranya adalah, "Rendahnya Kwalitas Pembantu Indonesia Di Malaysia" Terus, juga tentang "Wanita-Wanita Penganiaya" Menyoroti penganiayaan PRT yang identik dengan majikan perempuan. Ini sudah hampir siap tapi, di lihat dari penyusunan bahasanya ko kacau beliau. Makanya, urung untuk aku posting. Satu lagi, sebuah feature yang sedang ku coba menulisnya yaitu, tentang seorang TKW, yang sudah 5 tahun bekerja tapi, tidak di bayar haknya. (memiriskan...)
Nah, karena semua itu masih dalam draft, meskipun ada beberapa yang telah siap tapi, jujur markujur, aku belum berani mempostingnya. Untuk itulah, sementara, aku kembali mengingat-ingat sebuah pesan dari dua orang sahabat mayaku. yaitu, mas Trimatra dan Bening. Kalau mas Trimatra, mungkin dah pada familiar kali yah...??? Tapi, kalau Bening, mungkin banyak yang belum kenal. Kalau yang belum kenal, yah monggo silakan berkenalan :) Kembali ke pesanan mereka. Beberapa minggu lalu, bahkan dah hampir berbulan, mas Trimatra, memintaku untuk posting tentangnya. Entahlah, mengapa harus diriku. Katanya, karena blogku rame pengunjung (ini gak banget, soalnya, aku dah lama gak BW) gpp deh, sepi atau rame, aku buat aja amanahnya. jadi, apa amanahnya...??? Katanya, mas Trimatra akan segera mengakhiri masa lajangnya jadi, undangannya suruh aku yang nyebarin (tambah gak mudeng, undangannya aja belum ada) :D Dengan siapa dia menikah, mungkin kalau sahabat semua mengikuti aktif blognya, akan mengetahuinya. Sepertinya, dalam posting Tempat Di Mana Aku Membuat Istana, di sana telah di ceritakan. Jadi, sahabat semua, baca lagi yah kisahnya... (mirip kek cerita sinetron hehehe...) Bocorannya, katanya, namanya Rahma Saraswati. Kebenaran ceritaku semua, harap konfirmasi ke orangnya yah...?? jangan nanya-nanya ma aku Aku khan hanya melakukan amanah :D ngeles mode on. Selamat aja untuk mas Trimatra. Semoga rencanya berjalan seperti yang di inginkannya. Dan Allah selalu melindungi mereka, Insya Allah... Nah, berbeda denga Trimatra, kalau Bening best prend aku nih, dia mau berundur dari dunia bloger katanya. Entahlah, apa alasannya. Mungkin, dia hendak mengistirahatkan syaraf-syarafnya dan kembali dengan sejuta ide dan tulisan baru. Semoga... Pokoknya, aku akan menunggu kehadiranmu, dalam dunia jagad maya (jiah, bahasamu Naz). keknya, ini dulu yah postingku. Singkat gak padat dan tiada pendapat soalnya, takut tersesat dalam kalimat, takutnya, malah jadi debat :). Cukup sekian posting singkatku. kembali berbenah diri, untuk mengejar kata di tepian senja Selat Sunda. Siapa yang mau bergabung, silakan bergabung di facebook. Selagi tahan dengan segala "kegilaannya" :) Lupa, sekalian malam nanti BW. Maaf yang belum kukunjungi...
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Teman-teman

Sering Dibaca

  • Minyak Gamat Bukan Hanya untuk Obat Luka
  • Diary Blogger Indonesia
  • RM. 100 Dari Denaihati
  • Betapa Inginnya Mengumrohkan Ibu Saya
  • Beli Sprei Bisa Umroh?

Harta Karun

  • ►  2022 (5)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2021 (8)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2020 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2019 (41)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2017 (21)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (63)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (23)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2015 (137)
    • ►  Desember (25)
    • ►  November (20)
    • ►  Oktober (34)
    • ►  September (19)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (52)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2013 (40)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (12)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2012 (74)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (14)
  • ►  2011 (87)
    • ►  Desember (10)
    • ►  November (8)
    • ►  Oktober (18)
    • ►  September (13)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2010 (141)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (12)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (17)
    • ►  Februari (18)
    • ►  Januari (23)
  • ▼  2009 (124)
    • ►  Desember (11)
    • ▼  November (6)
      • Berkelah Di Belakang Rumah
      • Maaf Kepada Sahabat Bloger Semua Terutama, Mbak Fanda
      • Belum Pernah Aku Merindu, Pada Perasaan Sehalus Itu
      • Endang Rukmana
      • Rendahnya Kualitas pembantu Indonesia di Malaysia
      • Request , Trimatra Menikah Dan Bening Berundur
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (17)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (12)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2008 (105)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (16)
    • ►  Mei (19)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (22)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2007 (30)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (12)
    • ►  Agustus (2)

Kategori

Ads Blogger Hibah Buku Celoteh Cerpen Featured GayaTravel KBO komunitas Murai Perjalanan Piknik Buku Pojok Anaz Reportase resep reveiw Semestarian Serial Sosok Teman TKW TripGratisan Volunteer

Catatan Anazkia By OddThemes | Turatea.com