Catatan Anazkia

Karena hanya tulisan yang bisa saya tinggalkan

  • beranda
  • Kisah
    • Serial
    • Cerpen
    • Celoteh
    • Reportase
    • Perjalanan
      • Gaya Travel
      • Trip Gratisan
      • Piknik Buku
  • Pojok Anaz
  • Murai
  • Sosok
  • komunitas
    • Volunteer
    • KBO
    • Semestarian
    • Blogger Hibah Buku
Tatkala tanganku tak mampu menulis seindah kata-katamu, maka ku tulis bait-bait kalimat bukan untuk menyaingimu tapi, sebagai kado persahabatan untukmu.
Kau cari bidadari Syurga Yang terlahir di dunia Bukan dari Nur, atau cahaya Ia tercipta Tapi, dari rahim wanita Yang mulia akhlaknya
Diantara belahan bentang bumi-Nya Kau temu Ia, kau jumpai dia Kau puja parasnya, Kau puji akhlaknya Dan kau berharap, Ia yang akan menyempurnakan Dien mu Kelak... Ketika langkahmu dalam rencana-Nya Tiba-tiba, Ia menepi Dia pun pergi Dan kau, kini sendiri... Dalam sendirimu kau ukir kata Tentang bahtera rumah tangga Juga kapal dan nahkoda Mungkin dia bukan yang terbaik Pun sebaliknya Harapku pada Illahi Yang menguasai langit dan bumi Semoga kau menemukan pengganti Bukan hanya cantik parasnya Tapi juga cantik agamanya Juga cantik pada akhlaknya
Insya Allah, Allahumma amin... Dalam kata yang tersendat-sendat, dalam kalimat yang tercungap-cungap. Ketika harus kembali belajar mengeja kata. Sungguh, betapa menulis itu harus di lakukan terus menerus tanpa henti. Untuk sahabatku, mohon maaf jikalau ada yang tak berkenan dengan kata-kataku.
Foto di ambil dari, http://satriopinandito.wordpress.com/2009/02/13/bidadari-di-surga/
Sungguh keberkahan Ramadhan. Alhamdulilah, di bulan ini aku menerima beberapa hadiah buku. Pertama, kiriman novel dari mbak Fanny. Terimakasih mbak, tapi novelnya belum habis aku baca. Dan kedua, saat kemarin Abah (majikan aku) ke Jakarta, di bawakannya aku segepok pesanan bukuku. Yang menarik, aku mendapat satu buku gratis dari penulisnya plus tanda tangannya. Karena ia lebih tipis, dan hanya kumpulan cerpen saja maka, tidak lama aku mengkhatamkannya. "Emak Ingin Naik haji" dari Asma Nadia.

"Masjidnya bagus di sono ya, Zen? Lampunya banyak," Mak terkekah. "Eh, berape sekarang ongkosnya, Zen?" "ONH biasa atau plus, Mak?" Mak tertawa. Beberapa giginya yang ompong terlihat. "Kagak usah plus-plusan. Mak kagak ngerti." "Kalo kagak salah dua ribu tujuh ratusan." "Murah itu!" Kali ini Zen tertawa. "Pakai dolar itu, Mak. Kalau dirupiahin mah dua puluh tujuh jutaan." Suara riang Mak kontan meredup, "Dulu sih kita punya tanah. Tapi keburu dijual waktu Bapak sakit." Beberapa saat Mak hanya menghela napas panjang. Suaranya kemudian terdengar seperti bisikan, "Mak pengin naik haji, Zen. Pengin."

Sedikit kutipan dialog "Emak Ingin Naik Haji" Aku sungguh terharu membaca cerpen ini. Kisah seorang Emak dan anak lelakinya Zein. Mereka tinggal berhadapan dengan rumah gedong yang setiap tahun pemiliknya naik haji. betapa Emak ingin ke Tanah Suci. Tapi, keinginan itu hanyalah angan-angan semata. Meskipun begitu, Zein berusaha mati-matian menunaikan impian Emaknya. Sampai ia berniat merampok rumah juragan Haji. Tapi, niat itu tidak terlaksana. Zein justru mengikuti undian di sebuah surat khabar dan, kebetulan, ia memenanginya. Malangnya, ketika Zein hendak mengabarkan berita gembira itu, ia harus terlanggar oleh mobil. Ia tergeletak begitu saja di jalanan aspal dan, surat khabar itu, berhamburan di jalan di timpa air hujan. Cerpen dengan mengambil layar setting Betawi ini di kemas dengan begitu apik dan menarik saat di baca. Aku salut dengan gaya dan cara penyampaian mbak Asma. Meskipun ia hanya sebuah cerpen tapi, ia bersifat multitokoh dan multikonflik (mengutip harian Republika). Betapa menggambarkan wajah Indonesia. Wajah-wajah kesenjangan sosial antara kaya dan miskin yang begitu nyata. Sungguh penggambaran sistem kapitalis, di mana yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin. terbukti, di saat yang lain begitu inginnya naik haji dan tiada biaya tapi, di pihak lain masih ada saja orang yang naik haji dengan mudahnya hampir setiap tahun.

Yang menarik, cerpen ini sudah di angkat ke layar lebar. Dan Insya Allah, akan di tayangkan pada bulan Oktober. Setting film mengmbil lokasi di beberapa daerah yaitu, Jakarta, Pulau jawa dan Mekkah. Aditya Gumay sang penulis skenario dan sutradara menemukan cerpen ini ketika Beliau menghadiri acara perpisahan TK Al Azhar di taman mini. Dia mendapat goody bag berisi majalah-majalah lama. Salah satunya adalah Noor terbitan Desember 2007. Dari situ, beliau langsung tertarik untuk membuat filmnya dan langsung menulis skenario untuk film tersebut.

Padahal, Aditya Gumay belum bertemu penulisnya. Para pemain Emak Ingin Naik Haji, Aty Kanser, reza Rahadian, Didi Petet, Niniek L Karim, Ayu Pratiwi, Cut Memey, Henidar Amroe, Adenin Adlan, Helsi Herlinda, gagan Ramadhan, Genta Windi lestari, Dedy Saroenk, Yongky dll. Ada riak-riak kesedihan membaca cerpen ini. Betapa setiap muslim memimpikan harapan itu. Naik haji. Ya, naik Haji. Semoga Allah senantiasa memberikan Rahmat kepada hamba-hamba-Nya yang selalu memimpikan kesana. Insya Allah..

Kabar menariknya, 100% royalti dari penjualan buku ini di persembahkan untuk sosial kemanusiaan da membantu memenuhi mimpi ke tanah suci, bagi saleh dan salehah yang kurang mampu. Jadi, jangan segan-segan untuk membeli buku ini. Karena, dengan membelinya kita bersama-sama mewujudkan mimpi mereka (termasuk juga mimpiku ke sana). Selamat untuk mbak Asma Nadia. Semoga menjadi amal jariyah, Insya Allah... Foto di ambil dari facebook mbak Asma dan blog mbak Asma. "Mak, betapa inginnya aku membawamu kesana..." Judul : Emak Ingin Naik Haji Penerbit: Asma Nadia Publishing House Jmlh hal: 192 Harga: Rp. 40.000 (tapi aku dapet gratis, coz beli banyak :D mau di jual lagi) Bisa di dapat di seluruh toko buku Gramedia di Indonesia
Untuk Sahabat semua, SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1430 H. Mohon maaf atas segala salah dan khilaf saya, baik yang terucap, maupun yang tak terungkap. Semoga amal ibadah kita di terima di sisi-Nya. Dan kita, bertemu lagi dengan bulan Ramadhan yang mulia. Insya Allah...
Fiuh... Lama gak up date, rasanya, ada yang kaku dalam jemari dan otakku. Aku benar-benar beku untuk merangkai kata menulis kalimat. Kuhitung-hitung, ku kira-kira apa gerangan hendak aku bercerita. Sepertinya, semua ide yang ada menguap sudah. Hendak menuliskan cerita lalu saja, yang sudah lewat beberapa minggu. Sore itu, aku tergesa-gesa menuju halte bus. Berharap tidak lambat sampai tujuan. Nyatanya, aku sudah terlambat. Tak henti-henti aku melirik jarum jam di layar hape, angka tiga sudah melebihi masanya. Aku semakin gelisah (jiah... ko kayak mo bikin cerpen sih...???) rubah haluan ah...
Sore itu, aku minta izin keluar dengan majikanku. Izin ku dapat, tanpa aku harus berdebat. Aku mengikuti sebuah seminar, yang sungguh-sungguh aku "tersesat" di dalamnya. Sebelum pergi, aku selalu melihat apa saja yang harus ada dalam tas dan, passport adalah yang utama. Maklum, tinggal di negara orang, salah sedikit bisa di tangkap, khan berabe. Aku Alhamdulilah beruntung, majikanku menyerahkan passport sejak dua tahun lalu, sebelum pemerintah Indonesia dan kerajaan Malaysia meributkannya. Seperti halnya cuti yang di permasalahkan, majikanku pun sudah memberikannya jauh-jauh hari. Ah, andaikan semua majikan seperti majikanku. Menaiki taksi aku menuju UIAM (Universitas Islam Antar Bangsa Malaysia). Dari logat bicara sang sopir, aku mengenali ia dari Negeri Kelantan. betul jawabannya ketika aku menanyakan kepadanya. Beberapa dialog terlontar, sekali dua kalimat bertukar. Ia menanyakan keberadaanku. Ku jawab saja, bahwa aku orang Indonesia. Tiada keanehan, tiada nada permusuhan, sang sopir bertanya, Apakah aku lahir di Malaysia? ku jawab tidak, aku baru empat tahun tinggal di Malaysia. Pak sopir mengangguk mahfum. Memasuki UIA, aku tepat di berhentikan di depan gedung utama, ketika aku masuk kedalamnya, harus menaiki beberapa tangga. Kebetulan, aku sudah beberapa kali kesana. Sebelumnya, aku sudah menghubungi panitia, di mana keberadaan acara. Rupanya, ia ada di fakultas ekonomi. tak sulit buatku karena, beberapa kali sebelumnya aku juga pernah pergi kesana. hanya kelasnya saja yang beda. Meskipun sudah beberapa kali datang, aku harus kembali menghubungi panitia, untuk menjemputku. Kalau biasanya aku datang ke UIA saat hari libur saja, kali ini, aku datang saat hari biasa. Di mana, para mahasiswanya masih banyak yang bertebaran di seluruh kampus. Banyak sekali ku temu wajah-wajah berbeda rupa dan warna, dari yang putih, sampai hitam, dari yang tinggi, sampai yang paling kecil. Ramadhan memberikan suasana lain di kampus itu. beberapa poster dan ajakan untuk berbuat amal shalih bertebaran. Dan yang paling menarik menurutku adalah spanduk bertuliskan "No Dating" tepat di sebelah masjid utama UIA. Di tengah jalan, aku bertemu dengan seorang ibu, ia menyapaku dan aku bertukar tanya. Ternyata, ia seorang dosen di UII (Universitas Islam Indonesia) di Jogja. Ia tengah menyelesaikan S3 nya di Malaysia. Ia bertanya, apakah aku sedang mengambil master? Aku tersenyum simpul, ku jawab saja aku bekerja. Terlintas jawaban di benakku, sepertinya, aku harus melebelkan PhD (Pembantu Harus Di rumah) jadi gak di tanya2, kuliah apa enggak. Ku harap pertanyaan mereka adalah do'a, karena sudah beberapa kali yang menanyakan, "Lagi ambil master yah" (TK aja aye kagak lulus). Masuk ke ruangan, aku sungguh kebingungan. Aku telat, ruangan sudah penuh. Bu Dosen tadi duduk di bangku paling depan, bersebelahan dengan seorang lelaki. Aku menuju ke belekang, masih ada sisa kursi kosong, nasibnya sama, sebelahnya, seorang lelaki. Aku duduk saja. Diam, tanpa kata. Sebelah kiriku, seorang anak perempuan kecil, sedang khusu membaca buku english. Sungguh aku di buai cemburu, betapa bersyukurnya kamu bisa memahami bahasa itu. Sedang aku setua ini, tak mampu mengeja alpabetnya. Kali ini, aku betul-betul merasa tersesat dalam jama'ah. Biasanya, aku sering mengikuti jama'ah-jama'ah fiksiah dalam seminar. tapi, kali ini sungguh di luar dugaan. Aku mengikuti jama'ah penulis ilmiah. Hmmm... suasana baru yang cukup kaku. Tapi ini sungguh pengalaman seru. Ada empat pembicara di situ. Semua hebat, semua bijak aku terkesima di buatnya. Prof.Dr Mulyadhi Kartanegara, alumnus Chicago University USA sedang membentang "Kiat-Kiat Menulis Buku" Aku tahu, ini di tujukan untuk para mahasiswa yang sedang mengadakan tesis, skripsi atau entah apa namanya. Tapi, ia mencuri perhatianku. Siapa tahu, aku juga bisa menulis buku dengan judul "Menjadi Pembantu, Di Tanah Melayu" Sebagai oleh-oleh untuk Emakku, karena aku tak mampu menghadiahkan rumah untuknya. (Wekekeke... hanya mimpi...) Batas jeda yang di cipta, di gunakan untuk bertanya. Seorang lelaki mengacung jari, mengenalkan diri. ternyata, ia mahasiswa Malaysia, Aku rasa, dialah satu-satunya di situ. Bertanya, dengan soalan yang cukup rumit menurutku. Bahasanya full melayu tapi, ia tetap percaya diri. Masa terlerai untuk berganti kepada pembicara selanjutnya juga untuk rehat sejenak shalat ashar. Sendiri, aku betul-betul sendiri. Ada beberapa yang tadi ku kenal tapi, ia sudah pulang sepertinya. Masuk kembali ke ruang seminar, mengikuti sesi selanjutnya. Kali ini, aku tak lagi duduk di belakang. Agak ke depan, di sebelah kananku, seorang perempuan. Bertanya basa-basi, tidak sengaja, aku keceplosan ngomong bahasa melayu. Di anggapnya aku orang melayu, Aku menukas cepat, berkata, bahwa aku orang Indonesia dan kembali full Indonesian language. Aku pun bertanya tentangnya, rupanya, ia orang Malayisa. Aku betul-betul terkejut kali ini. Baru kali ini aku dengar orang malaysia bisa berbicara bahasa Indonesia dengan fasihnya (baru denger aja kale...) Lantas ia menceritakan serba sedikit tentangnya. Ujarnya, Ibunya berasal dari Mandailing tapi, sudah menjadi warga negara Malaysia. Dan sang ayah, adalah keturunan orang Minang Indonesia. Dan Dia, selama ini belajar dan menetap di Gontor sebuah pesantren di Jawa Timur. Tidak heran, saat ia fasih berbicara bahasa Indonesia. Aku mengangguk-angguk, berfikir. Pak Alwi yang sedang memberikan tema "Menulis Popular" betul-betul tak populer di telingaku. Aku mengingat beberapa bulan lalu, ketika mengikuti sebuah pengajian di sini juga, seorang ustadz berkata, konon 40% dari penduduk Malaysia adalah keturunan Indonesia. Wallahu'alam.
Sebelum posting tulisan ini, aku jalan2 dulu ke selat Google, menyinggahi pulau Wikipedia. Di sana, aku mencari sumber dan bahasan tentang konsonan huruf. Maklum, ilmu yang bertahun-tahun dahulu, telah lama terkubur. Padahal, seharusnya, ilmu itu, harus selalu ada dan siap sedia untuk di ingat saat aku mengingatnya. Tapi, itulah kenyataannya. Adakalanya, di saat aku hendak mengingat, aku malah lupa begitu jauhnya. Dan anehnya, di saat aku hendak melupakan sesuatu tapi, aku malah mengingat dengan jelasnya. Sebuah prolog yang gak nyambung. Ok, sekarang, kita back to topik...
Mungkin kita masih mengingat, konsonan ialah, terdiri dari huruf-huruf yang bukan vokal. Tapi, ketika hendak menjadi kata, ia harus berganding bahu dengan huruf vokal. Seperti nama Fanda dan Fanny. Dua nama itu, saling berdekatan dan berkaitan dengan huruf vokal lainnya. Apa jadinya, kalau nama mbak Fanny dan mbak Fanda hanya terdiri dari huruf konsonan saja. gak bisa bayangin deh... ;)) Kelamaan gak BW dan ngunpet dari dunia maya, membuatku terkagum-kagum pada kedua nama itu. Tiba-tiba, mereka membuat duet blog. Cukup seru! tak jarang yang mampu ngeblog berduet, gimana enggak, tentunya, harus menyamakan misi dan visa tulisan seperti apa yang akan mereka tulis. Tapi, mengingati mereka adalah para profesional dalam tulis menulis maka, blog itu, tetep eksis dengan cara dan gayanya sendiri. Selamat untuk duo F. Tabik! (ngomong2, ada gak yang mau duet bikin blog ama aku...???) hihihihi... over neh... Dan, kali ini, aku pengen mbahas konsonan huruf lain lagi. Dia sebenernya, berdiri sendiri dalam satu blog, dan blognya juga di kelola oleh sendiri. Blognya terkenal, ngalahin blognya artis. Mungkin, namanya kali yang membawa tuah... entahlah... Buwel nama blognya, bawel dapet julukan dari teman-temannya. Buwel dan Bawel, dua kata yang saling berdekatan konsonan hurufnya tapi, berbeda arti pada pemaknaan katanya. Buwel, dalam bahasa sononya (maksudnya, bahasa tegal) katanya adalah sebuah panggilan dalam keluarganya. Artinya, kalau tidak salah, buntet yang berarti bungsu (Ada khan di blognya) Dan Bawel, yang berarti cerewet dan rewel hihihi.. ini mah ngarang pisan eui... Sederhana saja kenapa Buwel di katakan bawel. Komennya ada di mana-mana, hobinya ngoprek blog orang aja. Menelusuri, dari postingan pertamanya juga, dapet award dari mana aja. Ngalahin blognya artis eui... Ke rumahnya Buwel, banyak banget di sajikan dengan puisi-puisi religinya yang kelihatan sangat nyufi dengan gaya bahasa nyuluki (akunya jadi bingung sendiri) kalau melihat postingan-postingan pertamanya Buwel, dulu ia tak selalu menulis puisi. Banyak juga posting tentang permainan catur, tutorial blog juga artikelnya tentang agama. Kalau Buwel biasa ngoprek blog orang tapi, tak banyak yang mengoprek blog Buwel. Bahkan, untuk kang Boed yang terbuwel di blognya Buwel pun tidak sampai ke postingan pertamanya. Hanya mbak fanny saja yang sampai ke langkah awal Buwel. Kalau tidak salah, Buwel posting lagu yang "metal" abis (mellow total kata mbak fanny). Meskipun, ada juga puisi untuk Alfiani juga Bafi. Kalau yang pernah ngoprek blognya, tentunya tahu siapa mereka (hihihi.. aku sok tahu) soale, aku pernah ngoprek blognya Buwel. Aneh aja ama orang itu, koment di postingan pertamaku, rupanya, dia juga ngoprek blog aku selain bloger2 lainnya. Maaf yah Wel, puasa2 ngeggosipin dirimu. Semoga lekas menemukan pengganti Wage Isnaini :P Dan, semakin kesini, apa yang di lihat, di fikir dan di rasa ia menumpahkannya dalam bentuk puisi. Ada yang aku faham dan tak sedikit yang aku betul-betul tidak faham. Seperti puisinya, "Menunggu Kekasih" secara imbas pandang, aku mahfum puisi ini untuk-Nya. Tapi, aku ada sedikit bahasa yang tidak memahaminya. hendak protes, takut marah yang membuatnya. "Kau bilang nyanyi ku sumbang" kata-kata itu sungguh aneh menurutku. Kata yang bijak, ia sebuah mukasyafah yang aku sendiri masih geleng-geleng kepala untuk mengetahuinya. Juga puisi tentang warna-warna. Aku menganggapnya hanya puisi biasa yang penuh warna tapi, katanya lagi menggambarkan hati-hati manusia. Wallahu'alam, gambarannya tidak saklek 100% betul, hanya penulisnya saja yang yang tahu makna puisi itu sendiri. Dua tulisan di atas untuk majang award dari blognya F2 juga award dari Buwel. Penny said (komennya mbak Penny di blogku kemarin... bagi saya, membaca utk menulis itu agak repot (atau mungkin krn belum biasa kali ya??)karena kita harus betul2 paham isi buku tersebut (bedah buku), sebelum akhirnya kita tulis ulang rangkuman isinya. Untuk mbak Penny, buatku, membaca tak harus membaca buku, banyak di sekitar dan sekeliling kita yang masih belum terbaca. Wallahu'alam.
award dari F2
Award dari Buwel
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Teman-teman

Sering Dibaca

  • Kontes Blog Bermula
  • Blogger Return Contest
  • Nikahilah Aku, Dengan Buku
  • Serpihan-Serpihan Kasih
  • Karakter Tokoh

Harta Karun

  • ►  2020 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2019 (41)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2017 (21)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (63)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (23)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2015 (137)
    • ►  Desember (25)
    • ►  November (20)
    • ►  Oktober (34)
    • ►  September (19)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (52)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2013 (40)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (12)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2012 (74)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (14)
  • ►  2011 (87)
    • ►  Desember (10)
    • ►  November (8)
    • ►  Oktober (18)
    • ►  September (13)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2010 (141)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (12)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (17)
    • ►  Februari (18)
    • ►  Januari (23)
  • ▼  2009 (124)
    • ►  Desember (11)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ▼  September (4)
      • Kau Cari, Bidadari Syurga
      • Emak Ingin Naik Haji
      • Suatu Sore, Di Sebuah Seminar
      • 2 Konsonan
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (17)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (12)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2008 (105)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (16)
    • ►  Mei (19)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (22)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2007 (30)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (12)
    • ►  Agustus (2)

Kategori

Ads Blogger Hibah Buku Celoteh Cerpen Featured GayaTravel KBO komunitas Murai Perjalanan Piknik Buku Pojok Anaz Reportase resep reveiw Semestarian Serial Sosok Teman TKW TripGratisan Volunteer

Catatan Anazkia By OddThemes | Turatea.com