Mengapung Bersama Nil

kali ini, untuk pertama kali, aku akan mereview sebuah novel. Tidak percaya diri, itulah kenapa selama ini aku tak pernah posting review. Dan, korban pertama kali reviewku adalah salah seorang sahabatku sendiri(wekekeke.. Rif, diriku mengaku-ngaku sahabatmu, bakalan di ketawain Arwani neh...). Makanya, aku berani untuk mereviewnya. Itung-itung belajar.
Awal membaca novel ini, aku cukup bingung. Ada beberapa babak yang mirip sekali dengan novel Arif sebelumnya "Keping Pasir Gurun Sahara" Secara, dulu dia pernah kirim draft novel tersebut kepadaku. Lama kelamaan, aku baru ngeh, kalau salah satu bab judul dalam novel tersebut pun sama. (weleh.. bingung nih...)
Awal cerita, aku sudah di kejutkan dengan adegan kejar-kejaran seorang pencopet. Dan, lebih terkejut lagi saat yang mencopet adalah gadis bercadar. Salwa nama gadis itu, himpitan hidup yang membuatnya nekat berbuat demikian.
Sang Baba yang hanya buruh pencuci lantai apartemen kini tak mampu lagi untuk mengerjakan semuanya. Ia terbaring di sudut kamarnya karena penyakit batuk kering telah menggerogotinya. Salwa dan Ibunya bersusah-susah membanting tulang demi mencari sedikit uang untuk berobat Bapanya. Nasib membawa kepada Salwa yang di pertemukan tanpa sengaja di sebuah kereta api dengan seorang pelajar Indonesia. Niat Salwa yang hendak mencuri dompet Naufal ternyata, dengan ringan tangan Naufal memberikannya(kesamaan ama Kepng Pasir Gurun Sahara yah di sini).
Di sinilah, konflik demi konflik mulai bermunculan. Tanpa di duga, apartemen tempat Salwa bekerja adalah tempat di mana tinggal pak Sunardi pejabat KBRI. pak Sunardi memiliki seorang putri bernama Naila yang kemudian menjadi sahabat Naufal. Runut konflik begitu jelas, meskipun ada beberapa yang nampak begitu di percepat. Kadang, aku gereget sendiri membacanya. Di kejutkan kepada masalah yang sesungguhnya Salwa bukanlah anak dari orang tuanya saat ini.
Ia hanya seorang bayi yang di temukan di sungai Nil, terapung di dalam sebuah peti. Dan Salwa, terlahir dari rahim Nawal Majdi, seorang putri Ikhwanul Muslimin (tahu khan Ikhwanul muslimin..??? kalau gak tahu, klik aja tuh...) dan muslimah yang sangat taat, tapi terhina di mata masyarakat. Di sini aku menganggumi keberanian sang penulis yang mengambil unsur politik. Juga aku cukup tergelak saat membaca adegan Neila anak Pak Sunardi yang sibuk memilih model kerudung tatkala ia baru saja memakai hijab. Imajinasi penulis betul-betul di letakan sebagai seorang perempuan. Bagaimana Arif menjelaskan satu demi satu model kerudung dari overslag, pita bergelombang, gaya timur tengah juga bando. Aku tersenyum-senyum sendiri membacanya. Aku malah baru tahu yang cewek. Setting Mesir begitu kental maka tak heran kalau aku ambil kesimpulan cerita ini menggunakan setting kontekstual. Di mana ia menceritakan tentang sungai Nil, juga Ikhwanul Muslimin yang memang jelas-jelas hanya ada di Mesir. Kalau kisah cintanya sih umum... Sang Baba yang menginginkan Salwa menikah dengan Nufal rupanya menumbuhkan bibit cinta di hati mereka. Sayangnya, dalam masa yang bersamaan, Naufal harus terbang ke Belanda selama tiga minggu untuk urusan dakwah. Di sini, konflik Salwa kembali terangkat, ia harus rela dan pasrah pada nasib yang menjadikannya seorang penari perut. Sangat di luar logika ketika harus membayangkan seorang hafidzah dan mahasiswi Al-Azhar rela meletakan dirinya serendah itu. Tentu saja, ini kembali kepada permainan nasib. Salwa terpaksa! ya Terpaksa! mampukah cinta naufal dan Salwa di satukan? dan, sejauh manakah Salwa rela mengabdikan dirinya menjadi seorang penari perut? Semuanya, penulis ceritakan dengan cukup gambalng. Hanya ada beberapa kritik untuk penulis, mengapa meski ada adegan yang berdua2an antara Salwa dan Naufal. Apalagi, ketika Naufal dan Salwa melarikan diri ke Elminya, dan bertemu dengan Umar. Kenapa Umar tak satu kamar dengan Naufal...??? (halah, kira-kira Arif baca gak yah reviewku...???) hehehehe... Novel yang di tulis oleh mahasiswa Al-Azhar jurusan sastra Arab ini cukup kemas dalam susunan bahasanya. Tak mengherankan memang karena, saat ini penulis pun masih menjabat sebagai ketua FLP (Forum Lingkar Pena). Dan sedang menikmati liburannya di kampung halaman juga mengadakan tour Jawa untuk promosi novelnya.
Sang Baba yang hanya buruh pencuci lantai apartemen kini tak mampu lagi untuk mengerjakan semuanya. Ia terbaring di sudut kamarnya karena penyakit batuk kering telah menggerogotinya. Salwa dan Ibunya bersusah-susah membanting tulang demi mencari sedikit uang untuk berobat Bapanya. Nasib membawa kepada Salwa yang di pertemukan tanpa sengaja di sebuah kereta api dengan seorang pelajar Indonesia. Niat Salwa yang hendak mencuri dompet Naufal ternyata, dengan ringan tangan Naufal memberikannya(kesamaan ama Kepng Pasir Gurun Sahara yah di sini).
Di sinilah, konflik demi konflik mulai bermunculan. Tanpa di duga, apartemen tempat Salwa bekerja adalah tempat di mana tinggal pak Sunardi pejabat KBRI. pak Sunardi memiliki seorang putri bernama Naila yang kemudian menjadi sahabat Naufal. Runut konflik begitu jelas, meskipun ada beberapa yang nampak begitu di percepat. Kadang, aku gereget sendiri membacanya. Di kejutkan kepada masalah yang sesungguhnya Salwa bukanlah anak dari orang tuanya saat ini.
Ia hanya seorang bayi yang di temukan di sungai Nil, terapung di dalam sebuah peti. Dan Salwa, terlahir dari rahim Nawal Majdi, seorang putri Ikhwanul Muslimin (tahu khan Ikhwanul muslimin..??? kalau gak tahu, klik aja tuh...) dan muslimah yang sangat taat, tapi terhina di mata masyarakat. Di sini aku menganggumi keberanian sang penulis yang mengambil unsur politik. Juga aku cukup tergelak saat membaca adegan Neila anak Pak Sunardi yang sibuk memilih model kerudung tatkala ia baru saja memakai hijab. Imajinasi penulis betul-betul di letakan sebagai seorang perempuan. Bagaimana Arif menjelaskan satu demi satu model kerudung dari overslag, pita bergelombang, gaya timur tengah juga bando. Aku tersenyum-senyum sendiri membacanya. Aku malah baru tahu yang cewek. Setting Mesir begitu kental maka tak heran kalau aku ambil kesimpulan cerita ini menggunakan setting kontekstual. Di mana ia menceritakan tentang sungai Nil, juga Ikhwanul Muslimin yang memang jelas-jelas hanya ada di Mesir. Kalau kisah cintanya sih umum... Sang Baba yang menginginkan Salwa menikah dengan Nufal rupanya menumbuhkan bibit cinta di hati mereka. Sayangnya, dalam masa yang bersamaan, Naufal harus terbang ke Belanda selama tiga minggu untuk urusan dakwah. Di sini, konflik Salwa kembali terangkat, ia harus rela dan pasrah pada nasib yang menjadikannya seorang penari perut. Sangat di luar logika ketika harus membayangkan seorang hafidzah dan mahasiswi Al-Azhar rela meletakan dirinya serendah itu. Tentu saja, ini kembali kepada permainan nasib. Salwa terpaksa! ya Terpaksa! mampukah cinta naufal dan Salwa di satukan? dan, sejauh manakah Salwa rela mengabdikan dirinya menjadi seorang penari perut? Semuanya, penulis ceritakan dengan cukup gambalng. Hanya ada beberapa kritik untuk penulis, mengapa meski ada adegan yang berdua2an antara Salwa dan Naufal. Apalagi, ketika Naufal dan Salwa melarikan diri ke Elminya, dan bertemu dengan Umar. Kenapa Umar tak satu kamar dengan Naufal...??? (halah, kira-kira Arif baca gak yah reviewku...???) hehehehe... Novel yang di tulis oleh mahasiswa Al-Azhar jurusan sastra Arab ini cukup kemas dalam susunan bahasanya. Tak mengherankan memang karena, saat ini penulis pun masih menjabat sebagai ketua FLP (Forum Lingkar Pena). Dan sedang menikmati liburannya di kampung halaman juga mengadakan tour Jawa untuk promosi novelnya.
Kau pernah memberiku Nil
Dalam rupa cinta
Dalam bias pelangi
Hadir gemerlapkan hari
Yang ingin kujelang
Ingin kumengapung bersama Nil
Mengejar cintamu di sana
Di telaga surga
Karena pernah hidupku
Luruh redam
Tenggelam dalam badai ketiadaan
Lalu kau pegang tanganku
Kita jalin kekuatan
Bersamamu
Bersama kita arungi Nil
Dalam lembah cinta yang tak bertepi
Dalam titian takdir Illahi

Judul: Mengapung Bersama Nil
Penulis : Arif Friyadi
Jumlah Halaman : 252
Penerbit : Lingkar Pena Publishing House
Harga : Rp 29000.00
ISBN : 978-602-843600-7
Terimakasih kepada yang telah mau bersusah2 mencarikan novel ini membungkusnya, juga mengirimkannya.
28 komentar
Bagus kokn review ini na/ Penasaran, saya pengen cari novelnya. Novel dengan label Islami sepertinya memang sedang booming ya.
BalasHapusWah...akhirnya Ana jadi juga mereview novel. Sudah bagus Ana, mungkin kamu agak kurang teliti aja, karena ada beberapa salah ketik. Selebihnya sudah mengalir kok...
BalasHapusAna, sambungan kisahku dah terbit lagi. Kali ini komentarin dong cara penulisannya. Kalo ceritanya sih nyambung agak panjang.
Gud job naz....mantabbb...
BalasHapusHmmmm ikhwanul muslimiiin...perlu meluncur ke sana deh......
BalasHapuswah,, bagus neh novelnya.. udah ada di gramed belum yak?? pengen baca neh...
BalasHapusfoto2nya juga keren!!
wuaw.... aq jadi pengen mengapung juga niy di Sungai Nil, hehehehehe
BalasHapusmau beli niy buku..... ngiler gara2 baca reviewan mbak anaz...
woooh...
BalasHapusiya sih.kalo ada yang bilang sungai nil, pasti ngebayanginnya jadi firaun..
lumayan bagus kok review nya..
oiya, jangan lupa komen balik yaaa... ada yang baru nih :D
wekekekeke.. tumben nih si teteh
BalasHapusjangan suruh aqw bca yow coz dikotaq ngga ad yg jual, dari pada beli mendingan penulisnya suruh crita ja hehehe...
oh ya tu ibu/sodari2nya ada yg jadi pengemis ngga mba ...??? lum genap kalo ngga da crita tuu.... di daerah H-7 ada anak yg minta2 umurnya sekitar 9 tahun anaknya cantik lho hehehe... peace
mampir aja dulu ya naz... lagi capek habis 17-an nih...
BalasHapusBagus koq Mbak repiunya, kayaknya seru bngt ceritanya.
BalasHapusAyo Mbak Semangat, maju terus pantang mundur, merdeka...!
aku rasa sungai nil dan mesir itu berjodoh...
BalasHapus"indah ya klo kita bisa menemukan jodoh kita yg diberikan tuhan dari langit"
seingatku itu penggalan dialog AAC
Wahh.waahh..sampe merenung aku ngebacanya....bagus mbak...
BalasHapuswuahh seru nih, saya juga mesti rajin baca nih, jadi tergoda untuk membuat sesuatu yang bisa di bayangkan oleh orang2 yang baca hohooo
BalasHapusBTW, mbaaaa ,,, ini udah pinter reviewnya, ayo teruskan hehehehe
Keren... udah bisa nulis review yang bagus niy..!!
BalasHapusAyo semangat utk nge-review buku-2 lainnya mbak.
Aku tunggu lho...
reviw buku ya.... tapi kok jd ngiler liat sungai nilnya yaa??
BalasHapusBukunya beli dimana yaa??
BalasHapusSelamat pagi Ana,.... review buku yang mantap, dengan wallpaper sungai Nil yang sangat Indah.
BalasHapusKereennn...review nya..
BalasHapusaku suka, nih..
dan puisi itu...(ehemm)..aku suka...rasanya spt berada di pinggir sunga nil.
oh, buku religius seperti ini memang cocok untuk penerbit lingkar pena. tpi lama aku ga baca nopel baru hiiii
BalasHapuswah, saya jadi mengapung nih baca repiunya Anazkia.
BalasHapuswah...
BalasHapusanaz akhirnya mereview and detail sekali...asik bgt deh rasanya jd pgn baca, gk kek aku klo nge-review sangat singkat hahahaha...
Kayaknya bagus tuhhhhh
BalasHapustapi belinya kejauhan nggak yaaa
hmmm...tokohnya cukup manusiawi, dengan labilnya keimanan. Tapi walaupun begitu, masih terasa sangat amat aneh, seorang hafidzah yang taat bisa jadi tari perut, walaupun keadaan yang memaksanya [hmmm...mungkin aku blum baca bukunya kali yah?!] eniwei, review yang menarik mbak ana. mungkin leih difokuskan ke reviewnya, tanpa ada cerita tentang ke tidak pedean ;)
BalasHapusmesir.....jadi pengen kesana .......
BalasHapuspinjem donk naz novelnya hehhhe
kayaknya bagus neh novelnya
BalasHapusaku tunggu peluncurannya deh :D
Terima kasih reviewnya, bisa jadi rujukan belanja buku bulan depan untuk koleksi pribadi maupun koleksi perpustakaan sekolah kami.
BalasHapusAyo mbak buat review lagi, supaya saya ketularan semangatnya.
Selamat berjuang.
Subhnallah... terimakasih atas postingan tulisannya ukhti ya.. jazakillah khairan. Semoga novel saya bermanfaat untuk bangsa dan agama.. Amin..Arif Friyadi, Penulis Mengapung Bersama Nil.
BalasHapuswow.. kenal arif friyadi juga ya? hag hag hag... ternyata punya cukup banyak kenalan masisir nih? :D
BalasHapusarwani juga tau? wow... xixixixi.. salam kenal dari temennya arwani kalo gitu.
Personal blog, kadang anti sama spammer yang hanya menyebar link. Lebih mengutamakan pertemanan antarpersonal. Komentar kembali dimoderasi masih banyak obat-obatan yang nyepam :D :P