Catatan Anazkia

Karena hanya tulisan yang bisa saya tinggalkan

  • beranda
  • Kisah
    • Serial
    • Cerpen
    • Celoteh
    • Reportase
    • Perjalanan
      • Gaya Travel
      • Trip Gratisan
      • Piknik Buku
  • Pojok Anaz
  • Murai
  • Sosok
  • komunitas
    • Volunteer
    • KBO
    • Semestarian
    • Blogger Hibah Buku
Ketika membeli buku, aku akan tertarik dengan judul atau dengan penulisnya, yang tulisannya sudah biasa aku baca. Tetapi, tatkala seorang sahabat menghadiahkannya biasanya, ia akan bertanya dulu buku apa yang aku lebih suka?. Agak susah jadinya. Beberapa bulan lalu, saat seorang sahabat menanyakan buku apa yang aku mau, aku berfikir. Aku tidak mau seperti ketika dulu, saat ia menghadiahkan buku untukku, dengan bahasa yang sama sekali aku tidak tahu gramatikal bahasanya. Sungguh menyedihkan!. Aku hanya cukup puas, dengan hanya membaca judulnya saja, full arabic language.

Pingsan aku! Ketika ku tanya, alasannya sederhana saja. "Di sini gak ada buku bahasa Indonesia mbak." Hmmm... Bisa ku terima. Maka, saat ia susah-susah hendak mengirimkan sebuah buku berbahasa Indonesia, yang hanya full foto copian saja aku mengiyakannya. Meskipun setelah sampai bukunya, aku tidakk begitu semangat untuk membacanya. Maklum, fotokopian. Agak susah di bawa-bawa. Di baca sambil tidur pun, repot membacanya (alesan!). Tapi, sekali dua kali membaca bukunya, aku lama-lama menyukainya. Bab demi bab ku nikmati, kalimat demi kalimat ku hayati. Hingga sampai lembar terakhir, buku itu, lusuh tak bermaya. Kesian....


Prie GS, budayawan asal kota Semarang ini siapa yang tidak mengenalinya. Tapi, selama ini aku hanya bisa membaca karya-karya fiksinya saja. Membaca essaynya, sebuah tulisan dengan gaya penilaian hidup satu demi satu, di rumuskan dari hal-hal kecil sampai hal yang paling kecil sekalipun. Yang terkadang, bahkan sering aku sendiri tidak pernah memikirkannya. Di mulai dengan gambaran pesawat jatuh. Banyak pesawat jatuh belakangan ini. Akan tetapi, banyak benarkah? Tidak, tidak banyak. Kata "banyak" hanya berasal dari persepsi manusia yang keliru, yang menganggap pesawat harus selalu tidak bisa jatuh. Padahal, menurutnya siapa yang berani bermain di ketinggian harus siap jatuh. Jadi, kodrat pesawat adalah "jatuh" sebagaimana hidup harus mengenal kematian (halaman1).

Ah, sungguh sentilan yang sangat mengena. Selama ini, aku menganggap biasa-biasa saja ketika aku mendarat dengan selamat setelah menaiki pesawat. Betapa seharusnya aku bersyukur masih selamat. Sungguh kuasa Allah... Membaca lembar demi lembar buku ini, membuatku tersadar bahwa, banyak sekali hal yang kadang aku anggap spele ketika di renungkan ia menjadi hal yang berarti dan harus di syukuri. Dalam bab, "Ketika Manusia Menjadi massa" Siapapun kita, pejabat, wartawan, mahasiswa, sopir omprengan, ketika telah berkumpul dan menjadi massa akan tergoda oleh jebakan yang sama : kekuasaan. Dan, godaan kekuasaan selalu saja sama wajahnya:keangkuhan. Ketika manusia memassa, yang muncul tak cuma niat memperjuangkan tujuan, tetapi juga kejengkelan dan dendam.

Oleh karena itu, sifat massa sangat sensitif dan sangat berbau kemarahan. Massa dengan kekuasaan memiliki ragam bahasa. Bahasa paling lunak adalah persuasi, kemudian meningkat menjadi agitasi, dan kalau perlu bisa berubah menjadi kekerasan dan anarki (hal 174). "Bangsaku Selalu Terburu-buru" pada halaman 219. Bagaimana bangsa ini akan menjadi baik jika untuk mematuhi kebaikan yang sederhana saja masih demikian susah. Jembatan penyebrangan sudah tersedia, tetapi masih saja banyak orang nekat menyebrang di bawahnya. Pagar penyekat jalan sudah sedemikian rupa, tetapi orang-orang itu masih saja nekat main lompat. Inilah gambaran watak yang mebuat bangsa ini menjadi terkenal:watak nerabas! Mereka sunguh bukan orang-orang primitif.

Bukan orang-orang desa yang selama ini di asumsikan sebagai orang bodoh dan susah di atur. Mereka adalah orang-orang kota yang apapun status sosial mereka, mulai senang membaca dan nonton televisi. jadi, ini bukan soal pendidikan, soal kepintaran, soal kepintaran, dan kebodohan. Akan tetapi, soal mental dan kelakuan. Aku lebih tergelitik saat membaca bab "Khotbah Di Sekitar Kita" gambaran yang sangat rill, betapa banyaknya khotbah di adakan. tapi, kejahatan masih di mana-mana, penindasan kepada siapa saja. Pembukaan yang cukup unik ketika sebuah soalan di ajukan.

"Kita tidak tahu persis, apakah kita jenis masyarakat pengkhotbah, pendengar khotbah, atau sekedar penyelenggara khotbah?" Jadi kefikiran pertanyaanku beberapa hari yang lalu. Betapa di setiap khotbah, selalu terselit kalimat Ittakullah (bertakwalah kepada Allah) dan kalimat, yaa ayyuhaladzina aamanuu (Hai orang-orang yang beriman). Tapi, terkadang khotbah di dengar sambil lalu saja tidak sedikit pendengarnya tidur begitu saja. (Jadi, kalau aku tarawih deket rumah setelah rakaat ke 4, ada tadzkirah lumayan panjang, seringnya aku atau terkadang orang di sebelah kanan kiriku, juga depan belakangku pada tertidur). Renung-renungkan... Di kutip dari, Judul: Merenung Sampai Mati Penulis: Prie GS Penerbit: Tiga Serangkai Solo Harga: Gak tahu, dapet di kasih (foto kopian lagi)
"Cerita ini ku tulis dalam rangka belajar membaca untuk menulis dan menulis untuk membaca. Mohon maaf, lama tidak muncul (sok sibuk)"
Alhamdulilah... Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesehatan kepada saya, hingga hari ini masih di beri kesempatan untuk menemui Ramadhan yang bermakna. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi sahabat bloger yang muslim. Mohon maaf, jikalau selama ini melalui tulisan saya ada yang tidak kena dan melukai sesiapa. Semoga saya mampu belajar dalam Ramadhan ini juga, memperolehi kemenangan seperti yang di janjikan-Nya. Insya Allah, Allahumma Amin... Untuk sahabat semua, mohon maaf jika nanti saya tak berkunjung untuk sementara waktu, kesibukan semakin bertambah jadi, sementara, saya berundur dari jagad blogsphare. Semoga kembali dengan semangat baru, juga azam baru. Terimakasih atas ilmu dan sharing dari sahabat-sahabat semuanya.
Ya Allah, jangan jadikan hamba orang yang kikir, yang mengambil untuk sedekah dari uang yang paling kecil. Semoga Ramadhan ini, saya selalu bisa belajar membaca, memahami juga mengamalkannya.
Aku ibarat musafir Yang berkelana di dunia maya
Tanpa terasa, hari itu berlalu sudah. Sehari yang di nanti berpuluh hari tlah ku lewati. Dua tahun tak terasa aku sudah berada di sini, di dunia tanpa batas yang bernama blog. Awal mula mengenali blog, dari sebuah majalah remaja. Dari situ, aku mulai berkelana di dunia maya. Dan, menemukanku pada sebuah milis. Dari milis juga aku mengenali seorang hamba Allah yang tulisannya sangat sederhana, tapi mengena. Pak Agus Syafi'i namanya.

Apa yang sahabat bayangkan ketika berbicara Nil...??? sungai di Mesir kah? Universitas Al-Azhar..??? Atau kisah Firaun yang tenggelam bersama pasukannya. Atau ketika kita membicarakan karya sastra para mahasiswa Al-Azhar maka, kita akan teringat karya-karya besar kang Abik. Penulis fenomenal Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih. Juga, menjadi fenomenal saat di filmkannya. Tapi, sekarang aku tidak membicarakan karyanya.

kali ini, untuk pertama kali, aku akan mereview sebuah novel. Tidak percaya diri, itulah kenapa selama ini aku tak pernah posting review. Dan, korban pertama kali reviewku adalah salah seorang sahabatku sendiri(wekekeke.. Rif, diriku mengaku-ngaku sahabatmu, bakalan di ketawain Arwani neh...). Makanya, aku berani untuk mereviewnya. Itung-itung belajar.

Awal membaca novel ini, aku cukup bingung. Ada beberapa babak yang mirip sekali dengan novel Arif sebelumnya "Keping Pasir Gurun Sahara" Secara, dulu dia pernah kirim draft novel tersebut kepadaku. Lama kelamaan, aku baru ngeh, kalau salah satu bab judul dalam novel tersebut pun sama. (weleh.. bingung nih...) Awal cerita, aku sudah di kejutkan dengan adegan kejar-kejaran seorang pencopet. Dan, lebih terkejut lagi saat yang mencopet adalah gadis bercadar. Salwa nama gadis itu, himpitan hidup yang membuatnya nekat berbuat demikian.

Sang Baba yang hanya buruh pencuci lantai apartemen kini tak mampu lagi untuk mengerjakan semuanya. Ia terbaring di sudut kamarnya karena penyakit batuk kering telah menggerogotinya. Salwa dan Ibunya bersusah-susah membanting tulang demi mencari sedikit uang untuk berobat Bapanya. Nasib membawa kepada Salwa yang di pertemukan tanpa sengaja di sebuah kereta api dengan seorang pelajar Indonesia. Niat Salwa yang hendak mencuri dompet Naufal ternyata, dengan ringan tangan Naufal memberikannya(kesamaan ama Kepng Pasir Gurun Sahara yah di sini).

Di sinilah, konflik demi konflik mulai bermunculan. Tanpa di duga, apartemen tempat Salwa bekerja adalah tempat di mana tinggal pak Sunardi pejabat KBRI. pak Sunardi memiliki seorang putri bernama Naila yang kemudian menjadi sahabat Naufal. Runut konflik begitu jelas, meskipun ada beberapa yang nampak begitu di percepat. Kadang, aku gereget sendiri membacanya. Di kejutkan kepada masalah yang sesungguhnya Salwa bukanlah anak dari orang tuanya saat ini.

Ia hanya seorang bayi yang di temukan di sungai Nil, terapung di dalam sebuah peti. Dan Salwa, terlahir dari rahim Nawal Majdi, seorang putri Ikhwanul Muslimin (tahu khan Ikhwanul muslimin..??? kalau gak tahu, klik aja tuh...) dan muslimah yang sangat taat, tapi terhina di mata masyarakat. Di sini aku menganggumi keberanian sang penulis yang mengambil unsur politik. Juga aku cukup tergelak saat membaca adegan Neila anak Pak Sunardi yang sibuk memilih model kerudung tatkala ia baru saja memakai hijab. Imajinasi penulis betul-betul di letakan sebagai seorang perempuan. Bagaimana Arif menjelaskan satu demi satu model kerudung dari overslag, pita bergelombang, gaya timur tengah juga bando. Aku tersenyum-senyum sendiri membacanya. Aku malah baru tahu yang cewek. Setting Mesir begitu kental maka tak heran kalau aku ambil kesimpulan cerita ini menggunakan setting kontekstual. Di mana ia menceritakan tentang sungai Nil, juga Ikhwanul Muslimin yang memang jelas-jelas hanya ada di Mesir. Kalau kisah cintanya sih umum... Sang Baba yang menginginkan Salwa menikah dengan Nufal rupanya menumbuhkan bibit cinta di hati mereka. Sayangnya, dalam masa yang bersamaan, Naufal harus terbang ke Belanda selama tiga minggu untuk urusan dakwah. Di sini, konflik Salwa kembali terangkat, ia harus rela dan pasrah pada nasib yang menjadikannya seorang penari perut. Sangat di luar logika ketika harus membayangkan seorang hafidzah dan mahasiswi Al-Azhar rela meletakan dirinya serendah itu. Tentu saja, ini kembali kepada permainan nasib. Salwa terpaksa! ya Terpaksa! mampukah cinta naufal dan Salwa di satukan? dan, sejauh manakah Salwa rela mengabdikan dirinya menjadi seorang penari perut? Semuanya, penulis ceritakan dengan cukup gambalng. Hanya ada beberapa kritik untuk penulis, mengapa meski ada adegan yang berdua2an antara Salwa dan Naufal. Apalagi, ketika Naufal dan Salwa melarikan diri ke Elminya, dan bertemu dengan Umar. Kenapa Umar tak satu kamar dengan Naufal...??? (halah, kira-kira Arif baca gak yah reviewku...???) hehehehe... Novel yang di tulis oleh mahasiswa Al-Azhar jurusan sastra Arab ini cukup kemas dalam susunan bahasanya. Tak mengherankan memang karena, saat ini penulis pun masih menjabat sebagai ketua FLP (Forum Lingkar Pena). Dan sedang menikmati liburannya di kampung halaman juga mengadakan tour Jawa untuk promosi novelnya.

Kau pernah memberiku Nil Dalam rupa cinta Dalam bias pelangi Hadir gemerlapkan hari Yang ingin kujelang Ingin kumengapung bersama Nil Mengejar cintamu di sana Di telaga surga Karena pernah hidupku Luruh redam Tenggelam dalam badai ketiadaan Lalu kau pegang tanganku Kita jalin kekuatan Bersamamu Bersama kita arungi Nil Dalam lembah cinta yang tak bertepi Dalam titian takdir Illahi
Semua gambar dan di atas aku ambil dari rumahnya Arif Friyadi
Judul: Mengapung Bersama Nil Penulis : Arif Friyadi Jumlah Halaman : 252 Penerbit : Lingkar Pena Publishing House Harga : Rp 29000.00 ISBN : 978-602-843600-7 Terimakasih kepada yang telah mau bersusah2 mencarikan novel ini membungkusnya, juga mengirimkannya.
Pertama kali ke rumah Trimatra, dulu aku mengira bahwa ia adalah seorang bloger wanita. Sekali ke sana, aku di suguhkan pada template hitam yang cukup unik. Dengan di sisi kanannya ada banner gambar seorang wanita. Dulu, ada juga gambar tas. Aku kira, ia seorang wanita. Shopaholic, itulah yang terlintas di kepalaku. Sekali dua kali ke sana, aku masih enggan untuk membaca-baca artikelnya. Kalaupun membaca, aku masih confius. "Ini blog cewek apa cowok yah???". Kadang review blog, kadang juga review produk, ada juga motivasi juga tentang religi. Aku mengenali blognya, dari blog mbak Rie-Rie. Dari situ, aku rajin mengunjunginya. Ngomongin mbak Rie-Rie, jadi inget sebuah obrolan...
Aku heran, ketika suatu sore menemukan shoutboxku bertuliskan, "Mbak, kenal mbak Rie-Rie juga yah?. Itu khan pacarku." Guest, nama yang di tulisnya. Aku langsung meluncur ke URL nya. Rupanya, itu blog Trimatra. Baru aku ngeh kalau blog tersebut merupakan blog lelaki. Secara, selama ini aku selalu memanggilnya mbak. Beberapa hari kemudian, aku langsung konfirmasi kepada mbak Rie-Rie. Aku: "Mbak, Trimatra itu pacar mbak yah?" Mbak Rie-Rie: "Bukan. Ko kamu nanya githu?." Aku: "yah dia bilang di shoutboxku kalau dia pacar mbak." Mbak RR: "Enggak. Itu bukan pacarku. Malahan, waktu itu dia nanya-nanyain kamu ama aku. Dia naksir kamu tuh... Aku: "Ih, mbak, ada-ada aja nih. Itu mah mo review blog aku kali mbak. Lagian, dia khan suka review blog cewek." Trimatra, identik dengan bloger wanita. Beberapa kali, Ia mereview blog sahabat-sahabatnya. Tapi, ada juga blog lelaki yang di reviewnya. Seingatku, blog Sibaho pernah pernah di reviewnya. Yang aku suka, Trimatra sangat peduli dengan kerajinan batik. Tak hanya batik, juga kerajinan tangan lainnya. Lihatlah, ketika ia mengunjungi Mekkah, tahun 2006 lalu yang di liriknya ialah sebuah lobi yang memajang bunga-bunga kering lihatlah kalimatnya ketika menggambarkan betapa ia mencintai karya seni. Buah kelapa ternyata hanya dikonsumsi seperlima persen dari volume buah, sisanya berupa serabut, batok dan ampas kelapa sering kita buang di bak sampah. Namun di tangan pengrajin HM.Tanjung daerah kasongan bantul, sisa buah kelapa itu disulap menjadi rangkaian bunga2 kering yang laku keras di pasar internasioanal. Masih mau bukti? musim haji tahun 2006 lalu saya menginap dihotel diwilayah Aziziah satu kilometer dari makkah Saudi Arabia, di ruang lobby hotel itu ada dekorasi berupa rangkaian bunga2 kering, hahaha...mataku ini dah kelewatan ijo klo liat kerajinan, kuhampiri-kudekati-kuperhatikan hemmmm "made in indonesia" label yang terselip di rangkaian bunga2nya. Disana katanya 1 bunga berharga 5SR atau tujuh kali lipat harganya dibanding beli di kakilima malioboro, jogja. Pantesan temen aku yg bikin2 bunga kering kayak gitu cepet sukses bayangkan saja di bulan mei ini saja telah mengirim lebih dari 2 kontainer berisi 100.000 bunga ke negara2 Asia dan Eropa. Juga, beberapa postingannya supaya tidak berjiwa buruh di negara sendiri. Betapa ia, memberikan motivasi untuk maju dan berkembang. Juga, keterlibatannya dalam dompet dhuafa. Ngomongin dia, masih banyak seabreg kegiatannya. Tapi, kini ku lihat kelesuan di blognya. Sungguh orang yang ku kenal dulu begitu jauh perubahannya. Tiba-tiba menjadi puitis dan mellowis. Puisinya penuh dengan kepasrahan dan kekalahan. (konon, ia ketularan aku. Padahal, emang gi doyan melon tuh orang) Aku merindukan postingannya yang dulu. Semoga masalah yang di hadapi cepat terselesaikan. Dan Allah, senantiasa bersamanya. Insya Allah... Untuk temen-temen anggota KBO, mohon maaf. Konfrensi malam ini tidak bisa di adakan. Di karenakan banyak yang berhalangan dan banyak juga yang belum menyelesaikan bukunya (termasuk aku). Konfrensi akan di adakan setelah Idul Fitri, dengan judul buku yang sama. Info selanjutnya, segera menyusul. Dan, kenapa aku memajang photo mbak Rie rie dalam postingan ini..??? yah karena aku kangen aja ama mbak Rie-rie (jadi, gak ada hubungannya ama Trimatra)
Aku pernah online dengan seorang freelance editor. Ngobrol banyak tentang penerbitan, buku dan membaca. Di akhir-akhir kalimatnya, beliau menuturkan kalau ingin belajar menulis, rajin-rajinlah membaca terutama, karya sastra. Bersyukur rasanya bisa mengenalinya.
Bicara karya sastra di blog, mengingatkan aku pada seorang bloger juga penyiar radio yang hobinya juga memposting dan bercerita tentang sastera. Tak hanya hanya sastrawan negara tapi, juga melanglang buana kepada para sastrawan luar negara. Aku betah berlama-lama di sana. Meskipun tak selalu meninggalkan jejak. Begitu baik orangnya, beberapa kali aku merequest para sastrawan dan, dengan baik hatinya, ia tak segan menampilkan. Masih teringat beberapa nama yang ku minta di tampilkannya, Eliza Handayani, Helvi Tiana Rosa, Buya Hamka, P ramudya Ananta Tour dan banyak lagi. Duduk di sana seolah di suguhkan dengan realita begitu susahnya untuk mendidik dan menyukai karya-karya sastra khususnya produksi lokal sendiri (menunjuk ke aku). Lihatlah pada postingan Arena Wati, seorang sastrawan negara Malaysia yang ternyata adalah kelahiran Makassar Indonesia. Beranjak dari sana, setelah wejangan untuk belajar sastra dan membaca maka, teringatlah aku akan seorang wanita yang hobinya adalah membaca mbak Fanda namanya. Lihatlah beberapa koleksi bukunya. Mungkin tak terhitung. Maka, tak segan dan sungkan kalau hendak berburu buku, kesanalah bertanya nya. Dan aku juga bertanya, "mbak, akankah di adakan konfrensi minggu ini? sepertinya. banyak anggota yang tidak mengikutinya?" Lepas dari mbak Fanda, aku juga menemukan beberapa sahabat bloger lainnya yang dari sana aku bisa menjalin silaturrahmi dan ukhuwah... Dicky Polar, seorang yang cukup lucu ketika membuat postingan tapi, terkadang kena pada sasarannya. Aku suka postingan yang mbahas tentang teroris, dah kesana khan...??? makasih Dicky awardnya. Ngomong-ngomong, mau kemana nih...?? ko permisi...??? Selanjutnya, aku kembali berjalan ke Semarang. Mas Cahyadi, ia pun telah sudi memberikan awardnya untukku. Mohon maaf, baru ku posting. Ketikamenulis tentang kematian, yang tak lama setelah itu mbah Surip meninggal. betapa, kematian itu begitu dekat... Makasih awardnya mas Cahyadi.. Dan, yang terakhir adalah award dari Nen's. Award yang telah lama ia bagi, baru hari ini aku menjemputnya. Dan, aku pun belum lama mengenalinya. Makasih banyak. Maaf, peernya aku sudah pernah mengerjakan. Jadi, agk usah yah.. :) dan, aku hanya ambil dua wardnya, yang lain sudah oernah ku pasang :)
Award dari Ivan Kavalera
Awrad dari mbak fanda
award dari Nen's
award dari mas Cahyadi
Award dari Polar
Subhanallah... Allahu Akbar... tiada kata terucap ketika pagi ini dengan rajinnya aku membuka Face book dan Blogspot. Sungguh kuasa Allah, hari ini aku masih mampu membuka mata, menghirup udara-Nya juga beraktifitas seperti sedia kala. Alhamdulilah Ya Allah... Ucapan terimakasih tak terhingga ku ukir di sini kepada sahabat dunia maya tentunya. Meskipun, ada beberapa juga sahabat dunia nyata yang mengucapkannya. Namamu, tak mampu ku tulis satu persatu. Semoga silaturrahmi ini kekal adanya. Ya Robb, betapa ketika Engkau memberi musibah di satu sisi maka, Engkau memberikan kebahagiaan di sisi lain. Nyata terbukti bahwa, di setiap kesulitan itu ada kemudahan dengan harapan dan impian ku berjalan lagi untuk mencapainya. Kini, genap sudah 27 tahun usiaku (gak nyangka eui dah tuwir) hehehe... Mbak fanny, makasih banyak cakenya yah...
Ku buka lagi buku diary berwarna biru. Masih utuh karena lama tak tersentuh. Masih banyak halaman yang kosong. Aku membawanya dua tahun lalu ketika pulang ke Indonesia. Buku biru yang beberapa waktu lalu membuatku terpingkal-pingkal seorang diri tapi, menjadikanku sadar diri bahwa aku tak boleh berhenti bermimpi. Hampir tidak percaya, ketika aku pernah menuliskan ingin tinggal dan bekerja di Malaysia. Saat itu, aku hanya iseng menulisnya dan tak terfikir akan menjadi nyata. Ku selak lagi halaman selanjutanya, beberapa mimpi tertulis di situ berderet beraturan meskipun dengan tulisan tangan yang belepotan. Hampir dua lembar dengan total impian adalah 70 point. Mimpi yang tertulis pada 28 September 2004 yang ketika itu usiaku baru 22 tahun. membacanya, terkadang ada bulir kesedihan, melihatnya tak sedikit juga air mata ini beraturan keluar. Mimpi pertama, tentunya adalah harapan setiap muslim, naik haji. Ya. naik haji. Itulah mimpiku yang pertama. Di lanjutkan ke nomor 27, kalau gak naik haji ya minimal umrah... membeli komputer urutan ke 12, Alhamdulilah sudah tercapai dan banyak lagi urutan-urutan yang sudah tercapai. termasuk mimpi nomor 36, membeli buku yang banya....k banget. Meskipun tak sampai banyak banget tapi, ia sudah cukup lumayan saat ini. Dan nomor urut 70 adalah, punya banyak teman+sahabat. Alhamdulilah.. dah banyak temen dan sahabat. Betapa mimpi nomor 1 mulai kelihatan sinyalnya ketika setahun dulu. tatkala majikanku memberikan penawaran untuk mengikuti umrah. Sungguh berbunga-bunga hatiku saat itu. Mimpi nomor 27 akan terwujud. Bukan gratis mengikutinya, aku hanya di minta membeli tiketnya saja. Buka pula sedikit duitnya karena, ia perlu beberapa ribu ringgit untuk kesana. maka, ku kumpul azam dan semangat baru. Kembali ku kutip harapan-harapan untuk segera ke rumah-Nya. Mendekati bulan 12 hatiku semakin berbunga. Tapi, apa hendak di kata. Sepertinya, mimpi itu harus kandas. Tak mengapa. lembar bukuku masih banyak. Khan ku tulis lagi impian dan semangatku. Aku harus yakin dengan mimpiku. Allah pasti mendengar doaku. "Aku ingin bermimpi, tanpa tidur tanpa memejam mata." Semoga seorang sahabat yang telah membuatkan blog untukku tidak pernah berhenti bermimpi untuk meraih segala cita-citanya. Yakinlah, bahwa Allah tak pernah tidur. Aku yakin, bukankah kau lebih faham...??? Kini, kembali ku raih mimpi Meskipun harapan Umrah telah punah Semangatku kembali mencari maisyah (rizki) Semoga ia akan menjadi berkah Untuk tahun depan mengadakan walimah Insya Allah...
Teringat cerita seorang sahabat dekat. Ia menceritakan kalau seorang sahabat dekat lelakinya tidak begitu suka ketika mengetahui aktif di blog dan ada banyak teman lelaki yang comment di blognya. Padahal, tulisannya biasa-biasa saja. Juga, koment para sahabat blogernya juga sangat biasa. Sungguh mengejutkan saat teman lelakinya berujar, "Kamu khan sudah ada yang memiliki" Duh, ko githu amat yah...??? padahal, belum pun ada ijab kabul menurutku, batasan memiliki dan di miliki adalah pada ijab kabul pernikahan. Wallahu'alam. Apa hubungannya yah ama Postingan aku...???

Sekedar menilik dan melihat beberapa sahabat bloger baik para bapak-bapak, juga ibu-ibu. Aku salut dengan kehadiran mereka di dunia maya yang aku yakin begitu sibuknya di dunia nyata. Lihatlah mbak Elly, seorang wanita karir ini sampai hari ini masih eksis dalam dunia bloger. Komentarnya aktif di mana-mana juga pengunjungnya hadir dari kalangan siapa saja. Selain itu, ia juga seorang ibu rumah tangga yang ketika menulis penuh dengan metafora-metafora kehidupan nyata. Yang kadang aku selalu berfikir, siapakh objek yang di maksudnya. Meskipun ia begitu dekat ku rasa tapi, butuh empati yang nyata unruk memahami tulisannya. Eksisnya mbak Elly dalam dunia blog, aku rasa tak lepas dari dukungan dan semangat suaminya.

Aku yakin itu, andaikan suami mbak Elly melarang ngeblog, tak mungkin akan ku baca kisah Bejo, Abu nawas, Negeri kira-kira, juga cerita tentang bunga-bungaannya. Yang lebih tertarik aku membaca tulisan, "Angin datang Bawa Cinta Chentini" sungguh aku menemukan mbak Elly dalam dunia nyatanya. Mbak Reni, tak jauh beda dengan mbak Elly saling berkaitan satu sama lain. Seorang penulis bloger, ibu rumah tangga juga wanita karir. Tulisannya sederhana, mudah di fahami. Seorang ibu dengan jiwa yang sangat di siplin saat mendidik anaknya. melalui tulisanya dapat ku baca dan fahami bagaimana caranya beliau mendidik Shasa anak semata wayangnya. Juga kisah cintanya yang membuat aku geleng-geleng kepala. Betapa bersyukurnya mbak Reni di anugrahi keluarga yang bahagia. Dan, sekali lagi, aku yakin ini tak terlepas dari dukungan suaminya yang tidak melarangnya ngeblog. Satu lagi, seorang ibu rumah tangga juga wanita karir tapi, tak perlu keluar pagi setiap harinya.

Konon (kata sang empunya) ia adalah seorang arsitek yang bekerja di rumah saja. Selalu juga beliau bercerita sekilas-sekilas tentang sang suami juga malaikat-malaikatnya. Betapa aku suka dan gembira saat beliau menuliskan di sebuah buku Naruto milik anaknya, Untuk mas Rashif, Anakku, Lelaki kecilku tersayang, Cintailah wanita karena Allah.. jemput dia di tempat yang Allah sukai.. nikahilah dia yang tegar dan berbakti.. berusahalah sekuat tenaga untuk tidak melihat segala kekurangannya.. berusahalah pula untuk membahagiakannya.. cintai dia karena Allah.. hanya karena Allah.. Tak ada yang lain...

Tulisannya selalu menyapa di blog aku membacanya dan, aku yakin andaikan sang suami tak mengizinkannya, akankah mbak Tisti masih ngeblog?. hampir sama dengan wanita kedua diatas. Dukungan suami, tentu yang membuat mereka masih bisa berada di dunia blogger. Dari ibu rumah tangga, beralih kepada para bapak rumah tangga yang pastinya adalah lelaki (ya iyalah, gimana sih anaz ini?) Cerita sahabat di atas, agak memilukan sepertinya. belumpun menjadi haknya tapi, sudah di larang begitu rupa. Bahkan, ada irama mengatakan kalau telah menjadi isterinya akan di larang ngeblog lagi.

Tapi, bagaimana agaknya para isteri menyikapi yang suaminya rajin ngeblog? tanyakan saja pada para isteri blogger (aku khan gak kenal.. wekekeke..) makanya, ku tulis saja sedikit tentang para suami yang sukses sampai hari ini di blog. Bang Atta asal Pekan baru, mas Try asli semarang juga, Mas Rio asli Surabaya. Aku yakin, seperti ketiga wanita di atas tanpa dukungan dari sang isteri tiada mereka akan menuliskan ide-idenya juga kisah-kisah hidupnya. Dan sedikit pertanyaan, adakah para isteri dari blogger lelaki akan di perbolehkan ngeblog...??? (wedeww..., apa-apaan sih Naz?) Eh, ko nulis lelakinya sedikit sih? yang perempuan banyak...?? gak genderitas nih Naz...??? Bukan! ini karena aku gak tahu mau nulis apa tentang para bapak-bapaknya hehehe... Tapi, aku sering banget mendapatkan pelajaran juga dari para blogger lelaki. bang Atta misalnya, yang peduli banget ama lingkungan hidup.

Aku jadi mengurangi mengeringkan baju di mesin cuci sejak baca postingannya tentang hemat (apa yah? aku lupa) Juga mas Try yang terkadang upload hal-hal yang banyak aku gak tahu. Alm Mbah Surip aku mengenalinya dari blog mas Try, juga TV livenya dan banyak lagi ilmu-ilmu lainnya. Sedang mas Rio, aku banyak mendapatkan tutorial blog. Inilah hidup, juga cerita tentang para bloger ibu rumah tangga dan bapak rumah tangga. Kedua-duanya saling membutuhkan dukungan dan semangat dari para pasangannya. Jadi inget seseorang pernah bertanya kepadaku, Dia: "Naz, kalau kamu dah punya suami dan ngambek apa akan di posting di blog? itu khan aib" Aku: "Yah enggaklah. Aku belajar dewasa donk..." Dia: "mang blog bisa dewasa githu?" Aku: "Bukan blognya tapi, tulisannya" Aku tertawa...
Award dari mas Try



Award dari mbak Elly
Award dari mbak Reni
Award dari Bang Atta
Award dari Mas Rio
Award dari mbak Tisti
Menyusul adalah award dari mbak Fanda, Mas Ivan Kavalera, Dicky Polar dan mas Cahyadi :). Mohon maaf jikalau ada kata yang salah dalam posting ini. Terutama kepada para nama-nama yang ku cantumkan di atas.
Datang dan pergi, silih berganti ibarat siang menutup malam. Akan halnya kehidupanku di dunia maya. Terkadang, kesibukan dunia nyata menyita waktuku. Juga liku-liku kehidupan dunia nyata yang terkadang begitu penuh dengan rahasia dan dugaan hidup dari-Nya. hampir seminggu aku tidak up date pun aku tak mengunjungi semua sahabat bloger. Kepada sahabat semua, mohon doanya. Beberapa waktu lalu, kakaku masuk rumah sakit dan menjalankan operasi. Tak lama setelah itu, kaka sepupuku pun di operasi. Dan, khabar terakhir adalah adikku pun mengalami sakit. Hampir tak percaya saat kakaku mengabarkan bahwa adikku terkena ginjal. Muda lagi usia adikku, baru mencecah 21 tahun. Betulkah penyakit itu bisa menyerang usia semuda itu...??? (duh, ko malah curhat sih...???) untuk temen2, mohon doa semuanya...
Back to topik...
Kali ini, aku mau update tentang KBO bulan ke 3. Karena banyak yang menyepakati konfrensinya tanggal 15 maka, Insya Allah minggu depan KBO mengadakan konfrensi untuk bulan ke 3. Untuk sahabat semua, sudah selesaikah bukunya di baca? (kalau aku belum, coz agak berat bukunya dan note book lagi (ngeles). Belajar dari sebelum-sebelumnya, aku berharap KBO kali ini lebih baik lagi. Dan bukunya pun dah khatam di baca. Supaya tidak banyak salah lagi ketika konfrensi, ada beberapa hal yang harus di ingat bahwa di sana kita berdiskusi tentang buku yang kita baca. Segala aspirasi sahabat sangat di butuhkan. Baik pertanyaan-pertanyaan maupun jawabannya. Selama ini, sepertinya yang aktif bertanya adalah bu Mods padahal, pertanyaan berhak di berikan kepada siapa saja. Untuk aturan konfrens, sahabat mungkin sudah familiar. Di mohon untuk memberikan tanda tanya (?) saat hendak mengajukan pertanyaan dan di akhiri dengan tanda pagar (#) untuk menutup pertanyaan. Semoga YM kali ini tidak error lagi. Mohon maaf kepada sahabat semua yang rumahnya belum sempat ku kunjungi. Dan, ada sebuah amanah dari Wina, sebelum terbangke Indonesia beberapa waktu lalu, ia menitipkan salam untuk sahabat bloger semua. Kini, ia telah selamat sampai di Indonesia.
Setelah basa-basi perkenalan. Keakraban itu semakin terjalin. Masing-masing bercerita dan saling mendengarkan. Rupanya, Wina sudah lama malang melintang di Malaysia. Hanya saja, Wina tidak pernah berada atau bekerja di Kuala Lumpur (gak heran kalau dia jarang naik LRT=kereta api) Aku banyak mendengar cerita Wina tentang para bloger, secara meskipun aku sudah lama ngeblog tapi, baru beberapa bulan ini saja aku mengenali BW dan kawan-kawannya.

Beberapa hari ini bahkan, dah lama aku pengen banget denger lagunya The Fikr. Nyari2 di youtube gak ada dan gak berhasil. Alhamdulilah, berkat bantuan Arwani cah conssled ku temukan lagu itu. Makasih yo Wan, dirimu, selalu menolongku :D. Yang mau denger lagunya, coba klik aja, kalau bisa tapi. Soalnya, aku juga nyoba2 nih. Kalau gagal, orang yang selalu melihat bulan ketika gelap menyapa sepertinya tidak bisa mendengar. Bismillah.. semoga berhasil
Sekali lagi, setiap kali posting, kata maaf tak luput ku tulis. Untuk memohon maaf kepada semua sahabat bloger yang rumahnya belum sempat ku kunjungi dan ku singgahi. Dan khusus untuk mbak Elly, mohon maaf ketika aku salah meletakan paragraf. Sehingga menimbulkan pertanyaan di benak mbak Elly. Blog yang ku maksud sebuah blog copasan bukanlah blog mbak Elly. Kalau mau lihat jelasnya silakan klik aja di sini. Buatku, tak mengapa copas tulisan orang lain. Selagi ia masih di sebut sumbernya. Sudah lama aku ingin menulis cerita ini, cerita tentang pertemuan dua wanita buruh migrant, bukan hendak menunjuk tapi, hendak menunjukan apa dan bagaimana dunia nyata para buruh migrant kita di negeri jiran Malaysia. Untuk Wina, ku pinta maafmu saat ku tulis ini ada yang tak berkenan di hatimu.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Teman-teman

Sering Dibaca

  • Blogger Return Contest
  • Nikahilah Aku, Dengan Buku
  • Kontes Blog Bermula
  • The Girl Of Riyadh, KBO Pertama
  • Kloning Bang Atta, Jiahahaha...

Harta Karun

  • ►  2020 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2019 (41)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2017 (21)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (63)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (23)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2015 (137)
    • ►  Desember (25)
    • ►  November (20)
    • ►  Oktober (34)
    • ►  September (19)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (52)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2013 (40)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (12)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2012 (74)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (14)
  • ►  2011 (87)
    • ►  Desember (10)
    • ►  November (8)
    • ►  Oktober (18)
    • ►  September (13)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2010 (141)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (12)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (17)
    • ►  Februari (18)
    • ►  Januari (23)
  • ▼  2009 (124)
    • ►  Desember (11)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ▼  Agustus (12)
      • Merenung Sampai Mati
      • Ramadhan Al-Mubarak
      • Dua Tahun Ngeblog
      • Mengapung Bersama Nil
      • Ngeggosipin Trimatra
      • Berburu Sastra, Tanya mbak Fanda.
      • Menulis Mimpi, Dalam Diary
      • Genderitas Dalam Dunia Blogger, Adakah...???
      • Up-Date Klub Buku Online 3
      • Aku Dan Wina Part 2
      • Wanita Sholehah
      • Aku Dan Wina Part 1
    • ►  Juli (17)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (12)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2008 (105)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (16)
    • ►  Mei (19)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (22)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2007 (30)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (12)
    • ►  Agustus (2)

Kategori

Ads Blogger Hibah Buku Celoteh Cerpen Featured GayaTravel KBO komunitas Murai Perjalanan Piknik Buku Pojok Anaz Reportase resep reveiw Semestarian Serial Sosok Teman TKW TripGratisan Volunteer

Catatan Anazkia By OddThemes | Turatea.com