Pembantu Terbelakang, pembantu di Belakang
Ku tulis ini, atas postingan Jeng Sri tentang TKW. Semoga sedikit goresan ini bermanfaat. Insya Allah...
Pembantu terbelakang, itulah pandangan pada kasat mata umumnya. Di lihat dari sebab-sebab apa dan kenapa pembantu rumah tangga seolah-olah terbelakang adalah bagaimana penempatan pembantu itu bermula ketika ia di rumah majikannya. Mengingat lagi kebelakang, sewaktu awal-awal aku jadi pembantu. Sepertinya, setiap pembantu, kamarnya di belakang. Berdekatan dengan dapur dan sumur. Dan, hampir semua seperti itu. Kalau penempatan saja sudah di belakang, apa pemikiran pun harus terbelakang juga?
Pertama kali aku bekerja sebagai pembantu di Tangerang, di sebuah Perumahan.
Kamar aku di tengah-tengan antara dapur dan kamar mandi. Kemudian, ketika Aku bekerja di pamulang kamarnya di atas sendirian, ini bermakna, di bawah sudah tidak ada tempat lagi jadi, di buatlah kamar di atas untuk pembantu. Itu bukan hanya aku temen-temen yang lain juga githu. Nah, kalau di perumahan KS (Krakatau Steel) lebih keren lagi, mereka di buatkan kamar di tepi rumah (deket dengan Garasi). Bukan jauh2 masih satu tembok tapi, ketika masuk ke kamar, mereka harus keluar dulu dari rumah majikannya.
Dari sini, apa aku masih mikir kalau pembantu itu harus terbelakang? Hmmm… Rasanya tidak!
Ada sebuah pengalaman yang membuat aku berubah fikiran bahwa tempat pembantu yang di belakang tidak mewajibkan pembantu untuk bersifat terbelakang. Misalnya…??? Bermula mula saat aku membaca sebuah Majalah Remaja Islami di situ biasanya ada rubrik remaja berprestasi. Suatu ketika Majalah Annida mengangkat topik profile seorang pembantu rumah tangga yang berasal dari Hongkong. Subhanalloh, sungguh luar biasa ketika aku membaca baris demi baris kalimat itu, aku tidak percaya tapi, ia benar-benar nyata ada di Hongkong sana.
Tapi, yang aku lebih salut majikan pembantu ini subhanalloh, luar biasa baiknya. Kalo tidak salah, namanya Mbak Susan(ketua FLP Hongkong pertama tahun 2004) Mbak Susan, boleh menggunakan fasilitas apapun yang ada di rumah majiakannya dari telefon sampai internet. Setiap minggu, majikannya memberikan dia cuti. Dan yang aku masih ingat, kata-kata Mbak Susan adalah, ketika kita bekerja sebagai pembantu dengan majikan jangan asal yes boss aja. Nah, kalau di Hongkong khan tantangannya banyak banget tuh… Dari majikan yang melarang shalat, menyuruh memasak babi, melarang pakai jilbab pokoknya, 1001 masalah lainnya. Tapi, aku rasa Mbak Susan Nih orang yang bener-bener beruntung. Waktu itu, aku mimpiin banget punya majikan kayak gitu.
Dan, setelah aku selidiki Dari berbagai majalah, ternyata kebanyakan pembantu di Hongkong memang lebih educated.
Mereka pembantu tapi, bisa internet. Mereka pembantu tapi, bisa menulis dan menjadi seorang penulis. Mereka pembantu tapi, masih bisa berorganisasi. Mereka pembantu tapi, di sela-sela kesibukanya dalam mengurus rumah mereka masih bisa menuntut ilmu. Dan yang pastinya, mereka tidak terbelakang seperti yang aku fikirkan. Ini menjadi motivator buatku, untuk merubah dan berubah supaya aku tidak merasa terbelakang.
Terlepas dari pemahaman keterbelakangan ku, bahwa semua pembantu itu terbelakang aku juga membandingkan gimana sich orang Malaysia nempatin pembantunya ketika di rumah?.
Setelah aku teliti dan lihat, model-model rumah di Malaysia mereka kebanyakan rumahnya tingkat (orang Malaysia menyebutnya rumah teres) di mana mereka mengkhususkan tingkat atas hanya untuk kamar dan ruang istirahat. Dan di bawahnya, khusus untuk ruang tamu, ruang makan, dapur sebelum dapur ada kamar mandi dan kamar yang bentuknya lebih kecil. Aku ambil kesimpulan, “Sama aja di belakang dekat dengan dapur.” Bukankah kerja seorang pembantu itu di dapur?
Terlepas dari pandangan itu semua, aku ingin merubah imej keterbelakangan pembantu itu sendiri. Tak kira di mana kamar pembantu ia di tempatkan, sama ada di belakang, di depan atau di tengah yang penting, daya fikir dan cara fikir kita tidak terbelakang. Ibarat kata seorang pelajar di sebuah majalah remaja, “Berfikir seperti raja, bekerja seperti hamba” Mengikuti jejak-jejak para pembantu di Hongkong…
Nyatanya, tidak semudah itu…???
Sepertinya sulit. Coba, sekarang aku melihat kondisi para pembantu yang ada di Malaysia. Di lihat dari latar belakang para pembantu sendiri kita datang dari bermacam-macam latar pendidikan. Terutama pendidikan formal. Tak jarang dari para pembantu sendiri yang tidak mengenal baca tulis. Terbukti ketika Aku tiba di Bandara kedatangan LCCT Sepang, ada beberapa ibu-ibu yang tidak bisa mengisi formulir kedatangan. Nah, ini satu punca “label keterbelakangan pembantu.”
Selain dari latar belakang yang berbeda, para pembantu (khususnya TKW di Malaysia) kebanyakan setelah datang dan bekerja dengan majikan di Malaysia mereka tidak mengetahui apa yang telah menjadi hak-haknya. Kita lebih banyak mengetahui kewajibannya saja yaitu, bekerja dan bekerja. Satu hak yang kita tahu adalah mendapat gaji, hanya itu.
Nah, ini yang kebanyakan kita alami. Tanpa mengetahui hak-hak yang telah ada, kita seolah-olah biasa saja ketika hak-hak itu tidak di berikan padahal, hak-hak majikan sudah kita tunaikan.
Aku baru mengetahui tentang hak pembantu, setelah hampr tiga tahun kerja di Malaysia. Itupun, ketika Aku buka website imigressen Malaysia. Baru aku tahu, ternyata seorang pembantu tidak di perbolehkan mencuci mobil, bekerja lebih dari satu majikan, mendapatkan istirahat yang cukup, memberikan kebebasan beribadah kepada yang muslim (untuk yang majikannya China), tidak memasak babi (ini pun untuk orang China)
Nah, nyata banget dari semua yang ada di atas, kebanyakan para majikan menyepelekan. Dan pembantupun tidak ambil tahu. Akhirnya, terjadi ketimpangan di mana majikan dengan sewenang-wenang ini itu tanpa melihat kerja pembantu atau bukan.
Selain dari beberapa perkara di atas, banyak hal yang membuat para pembantu di lihat terbelakang (khususnya pembantu di Malaysia). Misalnya, masalah bahasa. Tidak semua yang datang ke Malaysia faham dan mengerti bahasa Indonesia. Nah, bahasa Indonesiapun tidak tahu, ini apatah lagi bahasa Melayu.
Juga kedatangan para pembantu sendiri yang terkadang dari desa terpencil, tiba-tiba datang ke sebuah Bandar kita merasa terkejut dengan segala seuatu yang baru di temuinya. Kita bukan bekerja, malah banyak nontonnya, kita jadi exited dengan hal-hal yang baru kita temui (kalau kata bahasa sosiologi mah kayanya Culture Shock) atau ketika di suruh menggunakan alat-alat dapur yang semuanya menggunakan elektrik kita tidak bisa. (aku banget waktu pertamakali jadi prt) ngaku.info
Ini yang banyak mengakibatkan penganaiayaan majikan terhadap pembantu. Majikan merasa kesal karena, mereka sudah membayar mahal untuk mengambil pembantu tapi pembantu sendiri, malah tidak bisa bekerja.
Seperti kasus Nirmala Bonat (alhamdulilah, sekarang majikannya sudah di penjara 18 tahun, semoga setelah ini tiada lagi kasus penganiayaan TKW) Yin Pek Ha bilang (majikannya Nirmala) kalau Nirmala Bonat itu menganiaya diri sendiri dan dia “bodoh” dalam membuat kerja rumah. Nirmala Bonat menganiaya diri sendiri…??? Aku tidak percaya suer! Tapi, kalau dia “bodoh” dalam membuat kerja rumah aku sih percaya aja. Jangan ngibul deh Yin Pek Ha… please dech ah…
Dan, tidak semua majikan bisa menerima cara kerja pembantunya. Ada jenis majikan yang perfect semuanya mau sempurna atau malah kadang ada yang over protective dengan kebersihan. Nah, kalau kita-kita yang dari kampung yang kadang bersifat sebodo teuing dengan kebersihan apa itu gak jadi bomerang dengan majikan?
Itu masalah majikan. Nah, kalau untuk pembantu sendiri, aku rasa karena banyak mendapat tekanan di luar kemampuannya para pembantupun jadi tertekan. Ini yang menyebabkan banyaknya kasus pembantu yang lari dari majikan. Mereka tidak peduli dengan resiko yang di tanggung, sama ada selamat atau di tangkap ama Polisi. Bahkan, tak sedikit pembantu yang dendam dengan majikannya sehingga tega berbuat jahat, sama ada mencuri, menculik anaknya atau bahkan membunuhnya. Naudzubilah…, wallahu’alam.
Kategori:
TKW
25 komentar
haduuuuuuuh panjang bener... koment dulu aja akh... bacanya ntar lagi,,, hihihihi
BalasHapussemoga saja jengsri mendapatkan juragan yang lebih baik!!Amin,,
BalasHapusNeng kenapa akhir--akhir ini kok enggak bisa dibuka blognya??
Neng tukeran link donk,,link neng sudah majang di blog aku *suer*
membaca nya jadi inget ama blognya mbak rie rie
BalasHapustetap semangat ya Ana, apapun pekerjaan kita, selama halal kenapa musti minder? :)
BalasHapusmemang betul sekali, kebanyakan orang sekarang memang berpikir kalo pembantu itu emang aga terbelakang, syarat jadi pembantu pu sekarang ga sekolah pun ga masalah asal kerjanya tekun.
BalasHapusKalo menurut aku si mbak..mending pemerintah mengoptimalkan uasaha kecil menengah..biar para rakyat bisa dapat lapangan kerja..emang sih gak gampang. Tapi kalo pemerintah mau pasti bisa..nah banyaknya TKI dan TKW ke luar negeri ini secara gak langsung merendahkan martabat dan harkat negara kita di negeri orang...(tapi yah mau gmn llagi..di negeri sendiri aja gak dapat kerjaan huhuhu) bingung ngadapinya hahahah
BalasHapus@ Hoiron : Koq jengsri yang di do'ain dapat juragan yang lebih baik????
BalasHapusberbicara masalah kualitas eksport kita ini, memang serba komplit.
Permasalahannya terletak pada PJTKI yang tidak selektif dalam mengirim TKW yang mempunyai sumber daya yang dodol.....
Benner deh kata Bung Moris, mending pemerintah mengupayakan pembukaan lapangan kerja baru dalam negeri sehingga tenaga kerja kita bisa terserap dan tidak lagi pergi ke LN.
Semoga presiden terpilih nantinya akan memikirkan hal ini jauh lebih baik....
Maaf yah naskia.... koq saya ceritain negeri sendiri nih.....
tekanann dari luar itu yang gimana mba'.. :D
BalasHapustetep semangat Ana...!
BalasHapuskangen dirimu ana...kapan kita ngobrol lg sm mba queen jg ???
Halo mbak Ana. Tulisan yang sangat bagus, kita bisa melihat masalah TKW ini dari sudut pandang mbak Ana. Semangt terus ngeblognya ya.
BalasHapusMbak Ana
BalasHapussaya sampai bingung mau komentar apa
sebagai sesama wanita, saya merasa sangat bangga
tetap semangat yaa :)
Ya.
BalasHapusIni PR buat kita semua. Bagaimana mengirimkan TKW yang Educated, Punya Skill, hingga bolehlah pembantu tapi pembatu yang terhormat. Terjaga hak dan Kewajibannya.
Untuk yang di Malaysia memang ada sisi Histori yang tak bisa kita lepaskan begitu saja, hingga ada semacam kesengajaan untuk merendahkan. Semoga ini cepat berubah, dan ini diperparah dengan TKW yang dikirim kadang lewat jalur ilegal yang tentu Skill dan Pendidikannya kurang. Makin gampanglah di kerdilkan
Semoga kedepan dunia Ketenagakerjaan luar negeri lebih baik.
Keep On smile, semangat terus.
Tulisannya bagus deh, mbak.
BalasHapusUntuk urusan majikan dan pembantu kembali pada pribadi masing-2. Dimanapun tempatnya, kalau emang orangnya baik, pasti akan memperlakukan pembantunya dengan baik. Sementara itu, kalau si pembantu punya semangat untuk maju... pasti hidupnya akan berubah.
So.., tetap semangat ya mbak !!
fiuuhhh.....bingung mau coment apa..........
BalasHapussebenernya sejak aku kenal blog ini aku sadar ternyata tidak semua pembantu itu "terbelakang"
menurut pemikiran pendek aku,semua orang yang bekerja adaah pembantu, yang membedakan adalah tugas dan tangungjawabnya...
pembantu rumah tangga tugasnya membantu pekerjaan rumah dan bertanggungjawab kepada pemilik rumah...
karyawan suatu perusahaan tugasnya membantu menyelesaikan pekerjaan managernya....
manager bertugas membantu pekerjaan si pemilik perusahaan...
pemilik perusahaanpun tugasnya membantu memenuhi kebutuhan perusahaan lainnya / konsumennya.....
jadi semua orang yang bekerja adalah pembantu....
dan orang yang tidak bekerja, merekalah yang mesti kita bantu...
majikan dan pembantu, pemberi kerja dan pekerja harus saling kerjasama
BalasHapusWuaduh... maaf Mbak, sumpah saya ndak tau, lha ndak ada Photonya.
BalasHapusMaaf ya Mbak..
Biarpun pembantu, biar anak nelayan, biar mantan copet, yg penting skrg sudah merasa ada di jalan yg lurus. Salam prsahabatan Mbak dari saya orang kecil, kalangan bawah, ngeblog hanya ikut-ikutan saja.
BalasHapusSaya sangat berharap bisa ndapat uang dari ngeblog, untuk jajannya kedua anak saya.
Teman2 semua, kunjungi saya dong, saya sudah insyaf koq.
Padahal karena adanya mereka kita jadi sangat terbantu,sedang mereka memerlukan gaji dari kita.Asaz saling manfaat saja..
BalasHapusaku datang lho mbak
BalasHapusPendapat saya dalam hal ini sangat jelas. Kesalahan adalah kepada syarikat2 pencari pekerjaan itu sendiri. Jika mereka prihatin, mereka sepatutnya melengkapi bakal2 pembantu rumah dengan ilmu yang cukup. Tentang adat2 resam kaum atau golongan bakal majikan. Selepas itu, mereka perlu menyatakan dengan jelas peraturan2 yang tidak dibenarkan terhadap pembantu rumah kepada bakal majikan. Para majikan yang ingin mengambil pembantu rumah perlu diberi penerangan yang jelas. Setelah seseorng pembantu rumah diserahkan kepada majikan, Agen yang terlibat seharusnya membuat lawatan sekurang kurangnya seminggu sekali untuk mengetahui masalah pembantu rumah.
BalasHapusNah itu saja masalahnya bagi saya. :)
mbaaak.... huhuhu udh lama gag ke sini.
BalasHapusapa kbr mbak???
aku tuker alamat, jd ferdifauzan.blogspot.com
mw ngasih tw aja ke mbak.,... hehehe.
oya, aku baca dulu ya postingannya... hehehe belum baca soalnya. langsung ke komen aja dulu, huehuehue
mbak anaz, maaf telat, karna gak nongol ditempat ku updetannya. pokoke tetap semangat ajah, aku dukung lahir dan batin, jiwa dan raga! manusia itu sama disisi Allah, yang membedakannya hanyalan keimanan dan amal kebaikannya, so jangan pernah putus asa apalagi rendah diri hanya karna sebuah pekerjaan. bahasa betawinya kek gini:"Lu manusia gw manusia, so what geto lho?"
BalasHapusSEMANGAT!
wah, kalo pembantunya pintar
BalasHapusnanti jadi istri majikan-nya dong :p
ntar kalu pembantunya lebih educated dari majikan bisa mbikin majikan minder dunk.
BalasHapusmending pemerintah yang harus menyediakan lapangan jerja yang lebih banyak...
Sungguh tulisan yg sangat menyentuh hati ku.
BalasHapusPersonal blog, kadang anti sama spammer yang hanya menyebar link. Lebih mengutamakan pertemanan antarpersonal. Komentar kembali dimoderasi masih banyak obat-obatan yang nyepam :D :P